Jalur pendakian ke kawah Ijen sudah ditutup selama sebelas hari akibat kebakaran hutan dan lahan di Gunung Ijen di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Potensi perputaran uang Rp 2 miliar pun melayang.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS - Jalur pendakian ke kawah Ijen sudah ditutup selama sebelas hari akibat kebakaran hutan dan lahan di Gunung Ijen di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Potensi perputaran uang Rp 2 miliar pun melayang.
Sejumlah kunjungan wisatawan batal, lama menginap berkurang, serta pengeluaran wisatawan untuk konsumsi dan belanja juga merosot drastis. Tak hanya pelaku usaha pariwisata yang terdampak, sejumlah petambang belerang juga kehilangan penghasilan untuk sementara.
”Kami belum hitung kerugiannya. Namun, diperkirakan Rp 2 miliar hilang selama sebelas hari ini,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuarto Bramuda di Banyuwangi, Rabu (30/10/2019).
Dampak penutupan juga melanda kepada pemandu wisata, seperti dialami Mulyono. Bila biasanya ia dapat upah Rp 200.000-Rp 500.000 dengan memandu lima wisatawan, kini ia menganggur.
Uang yang dibelanjakan wisatawan mancanegara rata-rata Rp 2,7 juta per hari, sedangkan wisatawan domestik Rp 1,5 juta per hari. Adapun rata-rata lama menginap di Banyuwangi 2,8 hari.
Bramuda mengatakan, banyak wisatawan yang sudah datang ke Banyuwangi akhirnya memutuskan pergi ke Bali karena tidak bisa melihat fenomena api biru yang ada di Kawah Ijen. Sebagian wisatawan membatalkan atau menjadwalkan ulang kunjungan ke Banyuwangi.
Pemilik Didu’s Home Stay Djoko Subagyo menuturkan, ada 30-an tamunya dari Malaysia, Australia, Hongkong, dan negara Eropa yang batal datang. Padahal, sekali kunjungan mereka menginap tiga hari dua malam.
Jika tarif sekamar dua orang minimal Rp 300.000 semalam, Djoko bisa memperoleh Rp 13,5 juta. "Itu belum makanan dan paket perjalanan wisata,” ujarnya.
Penutupan jalur pendakian untuk melihat fenomena api biru itu juga mengecewakan calon pengunjung. Ada calon pengunjung yang menangis saat diberitahu adanya penutupan jalur.
Kondisi kebakaran
Pantauan di titik keberangkatan pendakian Gunung Ijen di Paltuding, Rabu kemarin, spanduk pengumuman penutupan jalur pendakian terpampang di gerbang pendakian. Loket wisata juga ditutup.
Pemantauan visual tidak tampak lagi kobaran api membakar hutan seperti pekan lalu. Kepulan asap juga tak tampak karena Gunung Ijen, Gunung Ranti, Cagar Alam Merapi Ungup-Ungup, serta Gunung Widodaren tertutup kabut. Hujan gerimis sempat turun di sekitar tanjakan erek-erek, 7 km sebelum Paltuding.
Sebagian besar kios atau warung makan di Paltuding juga tutup. Kartono, salah satu pemilik kios, mengatakan, sepekan terakhir ia hanya dapat penghasilan Rp 30.000 dari sejumlah relawan pemadam kebakaran yang membeli kopi.
Dalam kondisi normal, setiap malam Sabtu Kartono bisa membawa pulang Rp 600.000, pada malam Minggu bisa Rp 1,5 juta. Hari biasa sekitar Rp 100.000 sampai Rp 300.000.
Penutupan pendakian Ijen juga merugikan negara. Tiket masuk Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen merupakan Pemasukan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang disetorkan BKSDA Jawa Timur ke negara.
Hari Senin-Kamis PNBP yang diperoleh berkisar Rp 400.000 hingga Rp 500.000. "Akhir pekan bisa Rp 1 juta,” ujar Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Seksi III Jember Setyo Utomo.
Dari sisi volume kunjungan, dalam sehari kunjungan ke TWA Gunung Ijen berkisar 100-500 orang dengan tarif tiket Rp 5.000 untuk wisatawan domestik dan Rp 100.000 bagi wisatawan mancanegara. Hari libur, jumlah kunjungan bisa 2.000 orang dengan harga tiket Rp 7.500 wisatawan domestik dan Rp 150.000 wisatawan mancanegara.
Dampak penutupan juga melanda kepada pemandu wisata, seperti dialami Mulyono. Bila biasanya ia dapat upah Rp 200.000-Rp 500.000 dengan memandu lima wisatawan, kini ia menganggur.
Hal serupa dialami 114 penambang belerang. Harga per kilogram belerang dari kawah dihargai Rp 1.250 oleh penampung, PT Candi Ngrimbi. Itu setara Rp 200.000 per penambang per hari. "Sejak tidak boleh menambang, saya ngarit (cari rumput) untuk pakan ternak saja,” ujar Matrawi, salah satu penambang.
Menurut Pimpinan PT Candi Ngrimbi Unit 1 Banyuwangi Cung Lianto, dalam sehari para penambang bisa mengumpulkan total belerang 5.000 kg hingga 6.000 kg. Namun, kini tidak ada 1 kg belerang pun yang mereka setorkan. "Kami tentu tidak dapat mengupah mereka,” ujar dia.
Sebelumnya, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas sempat bertemu para penambang. Kesempatan tersebut ia gunakan untuk memberikan sejumlah santunan dan bantuan sembako.
Anas mengatakan, penutupan pendakian yang membuat mereka tidak bisa menambang merupakan bagian dari risiko kerja. “Saya sampaikan kepada mereka, bahwa harusnya tetap bersyukur karena tidak harus menanggung rugi seperti petani yang kehilangan modal. Kami sudah bantu sembako untuk meringankan beban mereka,” tuturnya.
Bersama sejumlah pelaku usaha yang bergantung pada Gunung Ijen, Anas juga berharap pendakian segera dibuka. Karena itu, ia meminta para penambang dan penyedia jasa troli ikut serta dalam memadamkan kebakaran dan membersihkan sisa-sisa kebakaran di jalur pendakian.
Harapannya, saat kondisi dinyatakan aman, jalur pendakian langsung siap digunakan.