Memasuki musim hujan yang diperkirakan pada pekan kedua November, sejumlah langkah untuk mengantisipasi banjir pun dilakukan Pemkot Tegal, salah satunya memperbaiki saluran air.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan sejumlah wilayah di pantai utara Kota Tegal, Jawa Tengah, memasuki musim hujan pada pekan kedua November. Sejumlah langkah untuk mengantisipasi bencana banjir pun dilakukan, salah satunya memperbaiki saluran air.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tegal mencatat, 18 kelurahan dari total 31 kelurahan di kota itu rawan banjir. Salah satu kelurahan yang terdampak banjir paling parah adalah Kelurahan Kraton, Tegal Barat. Di wilayah tersebut, banjir selalu datang setiap musim hujan. Hal itu berlangsung sejak lima tahun belakangan.
Ketinggian airnya beragam, tetapi tahun lalu pernah sampai 0,5 meter.
Sukri (56), warga Kelurahan Kraton, mengatakan, saat hujan lebat, sebagian permukiman warga terendam banjir. Tidak hanya merendam jalan, banjir juga sering kali merendam bagian dalam rumah warga.
”Kalau hujannya lebat, air bisa masuk sampai ke dalam rumah. Ketinggian airnya beragam, tetapi tahun lalu pernah sampai 0,5 meter,” ujar Sukri saat ditemui pada Jumat (1/11/2019).
Menurut Sukri, banjir di daerah itu disebabkan posisi jalanan lebih rendah daripada posisi saluran air. Saluran air di daerah tersebut juga sering tersumbat sampah sehingga air mudah meluap.
Jumat petang, hujan lebat mengguyur Kota Tegal selama lebih kurang satu jam. Berdasarkan pantauan, beberapa ruas jalan di Kelurahan Kraton, seperti Jalan Nanas, Jalan Pisang, dan Jalan Sawo Barat, tergenang. Posisi jalan-jalan tersebut lebih rendah daripada posisi saluran air.
Untuk mengurangi genangan air di jalan, warga menyedotnya menggunakan pompa air. Air tersebut kemudian dialirkan ke selokan-selokan yang sudah selesai diperbaiki.
Sejak September lalu, beberapa saluran air di sejumlah wilayah Kota Tegal diperbaiki. Pekerjaan perbaikan itu hingga kini masih terus dilakukan, terutama di Kelurahan Kraton yang rawan banjir.
Pemerintah juga sedang membangun kolam retensi dan akan menormalisasi Sungai Siwatu yang kerap kali meluap karena mengalami pendangkalan.
Adapun jalan-jalan yang posisinya lebih rendah daripada saluran air juga ditinggikan. Perbaikan saluran air dan jalan tersebut merupakan salah satu upaya Pemerintah Kota Tegal membebaskan daerah tersebut dari banjir.
Tak hanya perbaikan saluran air dan peninggian jalan, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Tegal Sugiyanto mengatakan, pemerintah juga sedang membangun kolam retensi dan akan menormalkan Sungai Siwatu yang kerap kali meluap karena pendangkalan. Untuk seluruh proyek tersebut, pemerintah menggelontorkan dana sekitar Rp 15 miliar.
Sementara itu, BPBD Kota Tegal juga sudah menggelar rapat kesiapsiagaan bencana musim hujan bersama BPBD Jateng dan para pemangku kepentingan di Kota Tegal. Rapat koordinasi tersebut dilakukan pada akhir bulan lalu.
Dalam kegiatan tersebut, BPBD Kota Tegal merekomendasikan Wali Kota Tegal untuk mengeluarkan surat keputusan terkait penetapan status siaga darurat bencana banjir. ”Kami mengusulkan supaya Wali Kota menetapkan status siaga darurat bencana banjir selama tiga bulan, mulai dari 1 Desember 2019 sampai 29 Februari 2020,” kata Kepala BPBD Kota Tegal Andri Yudi Setiawan.
Selain rapat koordinasi dan mengusulkan penetapan status siaga darurat bencana, BPBD juga menggelar apel persiapan alat dan personel, memantau daerah-daerah rawan banjir secara berkala, serta mendirikan empat posko siaga darurat bencana.
Posko tersebut berada di Posko Induk BPBD, Posko Pengendali di Jalan Cempaka, Posko Lapangan Margadana, dan Posko Lapangan Tegal Barat. Keempat posko tersebut beroperasi penuh 24 jam.