Menjaga Tetap Relevan dengan Zaman
Sekitar 14 bulan setelah membeli AOL, tepatnya pertengahan 2017, Verizon mengakuisisi Yahoo dengan nilai 4,83 miliar dollar AS. Kesepakatan akuisisi Yahoo tersebut meliputi pembelian layanan laman berita, surat elektronik, jejaring sosial Tumblr, dan divisi periklanan. Sebagai perusahaan teknologi komunikasi, Verizon sedang membangun portofolio konten daring.
Verizon juga ingin menghasilkan uang melalui iklan. Saat itu, asetnya termasuk Huffington Post dan TechCrunch, yang diakuisisi dalam kesepakatan dengan AOL. Aset lain adalah aplikasi video seluler go90.
Keunggulan yang bisa dilihat dari Yahoo saat itu adalah memiliki pengguna dalam jumlah besar, sedangkan AOL telah mengembangkan alat periklanan daring.
Dengan mengakuisisi kedua perusahaan teknologi itu, Verizon ingin menyatukan teknologi agar bisa bersama-sama digunakan untuk membangun perusahaan media digital yang relevan dengan zaman.
Namun, sepertinya ambisi itu tidak mudah bagi konglomerat telekomunikasi seperti Verizon. Facebook dan Google menjadi pesaing berat.
The Atlantic dalam tulisan berjudul Work Ruined Email (2/8/2019) menjelaskan, surel pertama kali muncul pada 1970. Seperempat abad kemudian, internet hadir dan surel menyebar luas. Setelah penetrasi ponsel pintar meningkat tajam dengan harga yang semakin terjangkau, maka komunikasi pribadi pindah ke aplikasi pesan instan dan media sosial. Cara berbagi foto dan dokumen bergeser dari surel pribadi ke aplikasi pesan instan dan media sosial.
Pergeseran itu sebenarnya dapat saja membunuh surel pribadi. Namun, dalam perkembangan komunikasi pemasaran digital dan teknologinya yang kian pesat, hampir 90 persen isi surel yang dikirim ke alamat surel pribadi menyangkut konten komersial.
Senior Director of Product Management for Yahoo Mail, Joshua Jacobson, melalui surel kepada Kompas, Oktober 2019, mengatakan, mayoritas pengguna memanfaatkan surel pribadi untuk berbelanja dan bertransaksi, menerima dokumen dari bisnis, menyimpan dan mengatur catatan pribadi, serta merencanakan perjalanan.
Perubahan lain dari surel adalah cara mengakses dari komputer dan web mail menuju aplikasi di ponsel pintar. Berdasarkan catatan Yahoo, Yahoo Mail diunduh lebih dari 100 juta di ponsel pintar Android dan iOS. Kendati pemakaian media sosial dan platform lainnya meningkat, surel masih menjadi alat utama.
"Kami berusaha memperkenalkan fitur-fitur baru yang memungkinkan pengguna mengambil kendali dan menghabiskan lebih sedikit waktu untuk mencari konten yang diinginkan," ujar Joshua.
Director of Product Management for Yahoo Mail, Shiv Sangkar, menceritakan, pada 2017, Yahoo Mail mendesain ulang antarmuka web dengan opsi yang memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan tema dan tata letak. Selain itu, Yahoo Mail memperkenalkan Yahoo Mail Pro. Kemudian, pada 2018, perusahaan memperkenalkan lebih banyak fitur personalisasi dan waktu kinerja yang lebih cepat.
Dengan view khusus bagi yang berlangganan, pengguna dapat menelusuri email berlangganan mereka dan berhenti berlangganan kabar atau informasi apa pun dengan sekali tekan tanpa meninggalkan aplikasi.
Menurut dia, sejumlah orang mengalami masalah dengan terlalu banyak alamat surel. Ukuran layar ponsel semakin lebar, sehingga konsumen sulit menjangkau menu di bagian atas layar dengan satu tangan. Apalagi, terlalu banyak pesan masuk dan konsumen tidak mengimbanginya dengan mencoba menghapus pesan yang dirasa tidak penting. Tidak ada satu pendekatan pengembangan surel yang cocok untuk mengatasi semua hal itu. Akhirnya, Yahoo Mail memperbarui sistemnya sehingga memungkinkan pengguna surel dari penyedia lain, seperti Gmail dan Outlook, masuk.
"Kami menjadikan Yahoo Mail sebagai kotak masuk multiguna dan dirancang untuk membantu mengatur kehidupan orang sesuai kebutuhan mereka," kata Shiv.
Relevan
Ditanya perihal strategi agar Yahoo Mail tetap relevan, Joshua menjawab, penting untuk mendengarkan konsumen serta memahami kebutuhan mereka. Setiap hari, tim mencermati pengguna, mulai dari penilaian, ulasan, sampai dengan umpan balik. Sekali dalam sepekan, tim mengundang beberapa konsumen ke kantor untuk berdialog.
"Salah satu strategi utama kami adalah membangun ekosistem yang terpusat pada anggota dan kami fokus untuk memperdalam produk. Bersama Verizon dan 5G, kami juga menjadi bagian dari revolusi teknologi penting berikutnya, menciptakan konten, iklan, dan teknologi selanjutnya. Kami juga akan terus fokus pada keterlibatan serta retensi yang kuat, terutama dari pengguna berusia muda," ungkap dia.
Mengutip The Atlantic, inovasi yang dimunculkan Yahoo Mail bukanlah sesuatu yang benar-benar baru. Google juga merilis program yang disebut Kotak Masuk, yang memudahkan pengguna memindai pesan dan mencoba mengaturnya berdasarkan topik.
CNBC.com melalui artikel Google\'s Rocky Path to Email Domination (26/10/2019) menyebutkan, Gmail telah berdiri sebagai layanan surel paling dominan dengan lebih dari 1,5 miliar pengguna aktif global.
Pada saat Google mulai mengerjakan layanan Gmail pada 1999, Yahoo Mail sudah memiliki 12 juta pengguna aktif dan Microsoft Hotmail memiliki sekitar 30 juta.
Monetisasi Gmail menjadi titik balik. Pada 2007, model bisnis iklan di Gmail mulai diperkenalkan. Pada 2018, Google mengakui telah mengizinkan pengembang aplikasi memindai akun Gmail untuk membidik iklan. Tahun ini, Kongres Amerika Serikat memanggil Google atas produk Gmail mereka yang dikaitkan dengan isu penyalahgunaan privasi.
TechCrunch melalui artikel Yahoo Mail Aims At Emerging Markets and Casual Users, Launches Versions for Mobile Web and Android Go (27/6/2018) menyebutkan, pengguna aktif Yahoo Mail setiap bulan 227,8 juta orang.
Yahoo Mail dan para penyedia surel lainnya terlihat \'memaksa\' lebih banyak pebisnis untuk mengubah cara mereka mengirim surel ke pengguna. Dalam perkembangan inovasinya, program di surel dapat diatur agar bisa menekan atau mempercepat pesan tertentu untuk selalu berada di atas lainnya. Namun, beragam model pengirim surel bersama penyebaran viral pesan mereka tetap memberikan risiko yang semestinya jadi perhatian di Indonesia.
The Atlantic melalui tulisan The Triumph of Email (6/1/2016) menyebutkan, beberapa analis memperkirakan ratusan miliar surel dikirim setiap hari. Profesor Informasi dari Universitas California, Gloria Mark, mengatakan, kaum pekerja mengecek kotak masuk surel mereka rata-rata 77 kali dalam sehari. Semakin sering orang menghabiskan waktu membuka surel, berdasarkan temuan Gloria, maka mereka semakin tidak bahagia.
Apakah hal ini merupakan risiko dari kompetisi inovasi program surel yang dikembangkan penyedia surel? Atau justru risiko privasi yang sudah selayaknya dicemaskan?