Eko Yuli Irawan sudah tidak muda lagi, tetapi lifter kelas 61 kilogram itu belum tergantikan di tim angkat besi Indonesia. Pada usia 31 tahun, dia membutuhkan perhatian lebih detail selama persiapan Olimpiade Tokyo 2020.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Menyandang gelar juara dunia dan peraih tiga medali Olimpiade membuat tuntutan prestasi untuk lifter Eko Yuli Irawan sangat besar. Perlu ada perhatian khusus, terutama mencegah cedera, agar lifter kelas 61 kilogram yang telah berusia 31 tahun itu bisa tampil maksimal di Olimpiade Tokyo 2020.
Direktur Eminence Sports Medicine and Human Performance Centre Andi Kurniawan mengatakan, tuntutan agar Eko Yuli meraih emas Olimpiade sangat tinggi. ”Eko Yuli selama ini tidak terpengaruh dengan tuntutan atau beban psikologi itu, tetapi faktor cedera bisa mempengaruhi penampilannya,” kata Andi di Jakarta, Kamis (31/10/2019).
Andi menjelaskan, Eko Yuli merupakan lifter senior dengan riwayat cedera cukup panjang. Peraih medali emas kelas 62 kilogram (sekarang kelas 61 kilogram) Asian Games 2018 itu pernah cedera lutut dan hamstring. Menjelang Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2019 di Pattaya, Thailand, 18-28 September, Eko mengalami cedera engkel kiri. Cedera itu menyebabkan Eko gagal mempertahankan gelar juara dunia.
Di Pattaya, Eko mengemas dua medali perak untuk total angkatan 306 kg dan snatch 140 kg. Pada angkatan clean and jerk, juara dunia 2018 itu menempati peringkat keempat dengan 166 kg. Peraih gelar juara dunia 2019 dan tiga medali emas adalah lifter China Li Fabin dengan angkatan total 318 kg, snatch 145 kg, dan clean and jerk 173 kg.
Menurut Andi, dengan riwayat cedera yang cukup panjang, perlu ada perhatian serius untuk Eko. Lifter itu perlu penanganan cepat dan menyeluruh setiap kali mengalami cedera. Selain itu, perlu ada tim pemulihan dan tenaga medis untuk mendampingi lifter di pemusatan latihan nasional (pelatnas).
”Di pelatnas sudah ada tiga tim recovery, dari sebelumnya hanya ada dua orang. Memang belum maksimal, karena idealnya tim recovery menyatu dengan atlet. Kalau yang sekarang hanya datang tiga kali sepekan,” kata Andi.
Perbaiki teknik
Eko Yuli mengatakan, dirinya membutuhkan tenaga pemijat yang fokus untuk mendampingi sebelum dan sesudah latihan untuk mencegah cedera. ”Kalau sekarang masih bareng-bareng dengan yang lain,” katanya.
Saat ini, kondisi engkel kiri Eko sudah pulih 90 persen. Eko masih menjalani terapi penyembuhan kaki satu kali sepekan. Di samping terapi, Eko juga tetap berlatih untuk memperbaiki teknik angkatan. ”Kemarin teknik angkatan saya sempat berantakan karena cedera. Sekarang mulai penyesuaian gerakan lagi agar dapat mengangkat normal,” katanya.
Dalam waktu sebulan, Eko diharapkan bisa sembuh karena akan tampil di SEA Games Manila 2019. Ajang itu termasuk dalam kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. Dalam peringkat kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 di kelas 61 kilogram, Eko Yuli berada di peringkat dua. Dia berada di bawah Li Fabin yang mendapat banyak tambahan poin dari hasil cemerlang di Kejuaraan Dunia 2019. Untuk lolos ke Tokyo 2020, lifter harus masuk dalam peringkat delapan besar dunia.
Kini, Eko Yuli akan berjuang menambah perolehan poin di SEA Games. Pada ajang di Filipina itu, Indonesia akan mengirimkan empat atlet putra dan enam putri. Atlet putra terdiri atas Surahmat Suwoto Wijoyo (kelas 55 kg), Eko Yuli Irawan (61 kg), Deni (67 kg), dan Rahmat Erwin Abdullah (73 kg). Lifter putri Indonesia yaitu Lisa Setiawati (45 kg), Windy Cantika Aisah (49 kg), Juliana Klarisa (55 kg), Putri Aulia Andriani (59 kg), Restu Anggi dan Tsabitha Alfiah Ramadani (64 kg).
Wakil Ketua Umum PB PABBSI Djoko Pramono menuturkan, tim angkat besi Indnesia menargetkan menjadi juara umum cabang, ”Di sektor putra, bukanya sombong, tetapi kami optimistis bisa meraih semua emas. Sementara di sektor putri, setidaknya dapat tiga emas,” ujar Djoko.