Petani mulai memanfaatkan air dari sistem irigasi Waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah, yang dibuka dari Bendung Klambu, Jumat (1/11/2019).
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
GROBOGAN, KOMPAS — Petani mulai memanfaatkan air dari sistem irigasi Waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah, yang dibuka dari Bendung Klambu, Jumat (1/11/2019). Secara bertahap, debit irigasi akan terus ditingkatkan hingga bisa mencakup seluruh wilayah pengairan di empat kabupaten.
Sistem irigasi Waduk Kedung Ombo, yang mengairi sekitar 60.000 hektar areal pertanian di Grobogan, Demak, Kudus, dan Pati, mulai dibuka pada Kamis siang. Adapun saluran air dari Bendung Klambu, yang merupakan bendung sentral di sistem irigasi itu, baru dibuka pada Jumat sekitar pukul 05.15.
Mudah-mudahan harga gabah tidak anjlok karena mungkin akan ada panen serentak.
Berdasarkan pantauan, Jumat, sejumlah petani di sekitar Kecamatan Klambu, Grobogan, antara lain di Desa Penganten, Terkesi, dan Jenengan, mulai memanfaatkan air dari irigasi. Sebagian besar dari mereka mengambil air dari saluran irigasi dengan menggunakan pompa. Mereka mengairi tanah sebagai persiapan menanam.
Sobirin (40), petani asal Desa Penganten, mengatakan, mundurnya pembukaan irigasi membuat musim tanam (MT) I mundur sekitar sebulan. ”Harusnya dari Oktober, tetapi mau bagaimana lagi, memang faktor alam. Panen diperkirakan Februari. Mudah-mudahan harga gabah tidak anjlok karena mungkin akan ada panen serentak,” tutur Sobirin, yang menggarap sawah sekitar 4.000 meter persegi.
Ia pun berharap musim hujan segera tiba, tidak menunggu hingga Desember. Sebab, volume air di Waduk Kedung Ombo bakal terus berkurang seiring dengan dibukanya irigasi. Adapun di sekitar Grobogan, Demak, dan Kudus pada Jumat sore mulai terjadi hujan deras meski durasinya singkat.
Petani lainnya, Pamin (63), mengatakan, sekitar lima tahun terakhir, MT I pada 2019 yang paling mundur. ”Petani sebenarnya sudah siap menanam. Awalnya diberi tahu, pertengahan Oktober irigasi dibuka, tetapi ternyata mundur lagi. Sekarang, saya hanya berharap air cukup dan tidak gagal panen,” ujarnya.
Bertahap
Koordinator Lapangan Bendung Klambu Slamet Riyadi mengatakan, pembukaan dilakukan bertahap untuk tiga saluran, yakni Klambu Kiri (arah Demak), Wilalung (Kudus), dan Klambu Kanan (Pati). Tahap awal, debit air 8 meter kubik per detik pada Klambu Kiri, 3 meter kubik per detik pada Wilalung, dan 5 meter kubik per detik pada Klambu Kanan.
Secara bertahap, debit akan dinaikkan hingga nantinya bakal lebih cepat menjangkau daerah irigasi di hilir. ”Saat ini baru tahap pembasahan. Nantinya, Klambu Kiri bisa mengalirkan hingga 20 meter kubik per detik, Wilalung 6,5 meter kubik per detik, dan Klambu Kanan 12 meter kubik per detik," kata Slamet.
Ia menambahkan, pembukaan irigasi dilakukan secara bertahap untuk menghindari rusaknya bangunan jaringan irigasi. Jika langsung dialiri dalam jumlah besar, bangunan jaringan irigasi berpotensi tergerus. Kendati demikian, pintu bendung tersebut dibuka 24 jam selama ketersediaan air mencukupi serta sesuai kebutuhan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Jateng Eko Yunianto mengatakan, penentuan tanggal dibukanya sistem irigasi Kedung Ombo berdasarkan kesepakatan pihak-pihak terkait, termasuk perwakilan petani. Rapat digelar tiap dua minggu untuk menyikapi perkembangan di lapangan.
Hingga minggu keempat Oktober, volume Kedung Ombo sebanyak 258,7 juta meter kubik. Jumlah itu mencakup sekitar 37 persen dari kapasitas tampung yang sebesar 689 juta meter kubik. Adapun tingkat elevasinya 78,9 meter, atau masih di bawah elevasi ideal untuk keperluan MT I sebesar 87-88 meter. Elevasi itu diharapkan meningkat seiring dengan musim hujan yang diperkirakan terjadi pada pertengahan November.