Gubernur Bali Dukung Pelindo III Tata Kawasan Pelabuhan Benoa
›
Gubernur Bali Dukung Pelindo...
Iklan
Gubernur Bali Dukung Pelindo III Tata Kawasan Pelabuhan Benoa
Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan persetujuan dan dukungannya atas desain pengembangan dan penataan kawasan Pelabuhan Benoa di Kota Denpasar, yang diajukan PT Pelabuhan Indonesia III.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan persetujuan dan dukungannya atas desain pengembangan dan penataan kawasan Pelabuhan Benoa di Kota Denpasar, yang diajukan PT Pelabuhan Indonesia III. Perusahaan menyatakan membuat kawasan hutan kota di area Pelabuhan Benoa dan tetap membuka akses bagi masyarakat untuk melaksanakan ritual keagamaan di kawasan Pelabuhan Benoa.
”Desainnya ini saya sendiri yang evaluasi. Saya berkomunikasi dengan Dirut Pelindo III,” kata Koster di kediaman Gubernur Bali Gedung Jayasabha, Denpasar, Bali, Sabtu (2/11/2019). Pemerintah Provinsi Bali akan mengawasi pelaksanaan penataan kawasan Pelabuhan Benoa agar sesuai dengan desain yang sudah disetujui.
Sebelumnya, pada Agustus 2019, Koster bersurat pada Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III (Persero) agar menghentikan reklamasi di area seluas 85 hektar di kawasan pengembangan Pelabuhan Benoa. Koster menyebutkan, reklamasi di dua area dumping atau penimbunan itu berdampak pada rusaknya ekosistem bakau seluas 17 hektar di kawasan itu.
Setelah reklamasi dihentikan, pemerintah meminta Pelindo III memulihkan kondisi bakau dan menatanya sebagai kawasan ruang terbuka hijau, bukan untuk kawasan komersial.
Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Pelindo III merespons surat Gubernur Bali tersebut. Dalam pertemuan di Gedung Jayasabha, Denpasar, Sabtu (7/9/2019), Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kementerian Koordinator Kemaritiman Ridwan Jamaluddin dan Direktur Utama PT Pelindo III (Persero) Doso Agung memastikan proyek pengembangan Pelabuhan Benoa akan mengikuti dan mematuhi arahan Pemprov Bali, terutama menyangkut pemanfaatan kawasan.
Dalam desain terbaru pengembangan kawasan Pelabuhan Benoa, yang ditayangkan kepada media seusai pertemuan antara Koster, Ridwan, dan Doso Agung bersama jajaran Pelindo III di Gedung Jayasabha, Sabtu, terlihat Pelindo III menyiapkan kawasan hutan kota masing-masing seluas 13 hektar, atau sekitar 51 persen, dari luas lahan 25 hektar di area dumping 1 dan 23 hektar, atau sekitar 51 persen, dari luas lahan 45 hektar di area dumping 2.
Pelindo III juga membuka lahan seluas 1 hektar sebagai akses bagi masyarakat Kota Denpasar, khususnya warga Desa Pedungan, untuk melaksanakan ritual keagamaan melasti.
Pelindo III juga membuka lahan seluas 1 hektar sebagai akses bagi masyarakat Kota Denpasar, khususnya warga Desa Pedungan, untuk melaksanakan ritual keagamaan melasti. Pada areal pengembangan itu, Pelindo III juga membangun zona terminal energi yang antara lain akan menyuplai kebutuhan avtur ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, dan zona perikanan yang dilengkapi dermaga perikanan, gudang penyimpanan cold storage, dan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
”Poin pentingnya adalah Pelindo sudah mengubah desain pengembangan pelabuhan secara drastis dan mengikuti hasil keputusan dan arahan kami,” kata Koster di Denpasar. “Saya dapat mempertanggungjawabkan hal ini kepada masyarakat Bali,” ujar Koster.
Pariwisata
Doso Agung mengatakan, Pelabuhan Benoa sudah dapat disandari kapal pesiar (cruise) berukuran besar dengan panjang kapal melebihi 260 meter setelah Pelindo III merampungkan pengerukan dan pendalaman alur serta pelebaran kolam. Kapal pesiar besar itu memiliki 1.500 kamar dengan kapasitas 2.000 penumpang dan membawa lebih dari 1.000 awak kapal. ”Setiap sandar, wisatawannya dapat tinggal antara enam jam hingga delapan jam di darat,” kata Doso Agung.
Ridwan menambahkan, keberadaan Pelabuhan Benoa menjadi pintu gerbang wisatawan ke Indonesia, selain melalui bandara. Ia menyatakan, apresiasinya kepada Gubernur Bali yang juga membahas rencana penanganan wisatawan dari kapal pesiar selama kapal mereka sandar di dermaga Pelabuhan Benoa.
”Bali sudah bergerak lebih maju dibandingkan 10 daerah Bali baru. Mudah-mudahan target mendatangkan 20 juta wisatawan dapat lebih didukung dari Bali,” ujar Ridwan.
Adapun data terkini Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali menunjukkan sebanyak 590.565 wisatawan asing berkunjung ke Bali pada September 2019. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada September 2019 itu lebih rendah 4,59 persen dibanding jumlah kunjungan wisman ke Bali pada Agustus 2019 yang mencapai 618.982 kunjungan. Kedatangan wisman ke Bali masih didominasi dari angkutan udara melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Secara kumulatif, menurut data BPS Provinsi Bali per November 2019, jumlah kunjungan wisman ke Bali selama Januari hingga September 2019 mencapai 4,762 juta kunjungan. Angka itu menunjukkan kunjungan wisman ke Bali hingga September 2019 lebih tinggi sekitar 0,54 persen, atau sebanyak 25.190 kunjungan. Pada periode Januari hingga September 2018, tercatat kunjungan wisman sebanyak 4,647 juta kunjungan.
Terkait kunjungan wisatawan dengan kapal pesiar melalui Pelabuhan Benoa, Koster menyatakan akan berkoordinasi dengan kalangan pengusaha wisata dan asosiasi wisata untuk mengelola dan menangani wisatawan yang tiba melalui pelabuhan. “Mereka punya waktu enam sampai delapan jam selama kapalnya sandar. Ini perlu disiapkan rencana perjalanannya agar mereka juga dapat berkeliling di Denpasar dan sekitarnya,” kata Koster.