Penggunaan uang elektronik, baik berbasis cip maupun server, semakin luas. Peluang itu terbuka melalui kerja sama perbankan dengan laman pemasaran maupun toko di luar jaringan atau luring.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan uang elektronik, baik berbasis cip maupun server, semakin luas. Peluang itu terbuka melalui kerja sama perbankan dengan laman pemasaran maupun toko di luar jaringan atau luring.
Perluasan penggunaan uang elektronik ditandai dengan penandatanganan kerja sama PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) melalui produk LinkAja dengan 18 usaha yang bekerja sama dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Jumat (1/11/2019), di Jakarta. Diumumkan juga bahwa uang elektronik berbasis kartu atau cip dari Bank Mandiri, yakni e-money, dapat diisi ulang melalui LinkAja.
Usaha yang menandatangani kerja sama berasal dari berbagai lini usaha. Mereka adalah Bukalapak, Blibli, Citilink, Dwidaya, KFC, Kawan Lama, Upnormal Group, dan Hoka-Hoka Bento. Ada juga Taman Safari Indonesia, Ramayana, Sarinah, Watsons, Gramedia, Jumpstart Coffe, Caffee Pierro, Astragraphia, Smart Locker, dan ABN.
”Biasanya merchant-merchant bisa menerima kartu debit maupun kredit Bank Mandiri. Akan tetapi, kami ingin membuka akses lagi sehingga konsumen kami maupun LinkAja bisa bertransaksi di merchant-merchant ini,” kata Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi.
Hery mengatakan, masyarakat selalu menginginkan kemudahan, termasuk dalam mengisi ulang uang elektronik. Selama ini, pengisian ulang e-money banyak dilakukan di cabang Bank Mandiri atau di jaringan ritel. Melalui kerja sama tersebut, pengisian ulang e-money juga dapat dilakukan melalui LinkAja maupun laman pemasaran, seperti Tokopedia, Bukalapak, Blibli, dan Shopee.
Sampai dengan September 2019, Bank Mandiri mengoperasikan lebih dari 230.000 mesin pembaca data elektronik (EDC) dengan 570.000 transaksi harian senilai Rp 3 triliun. Sementara itu, jumlah e-money yang beredar per September 2019 sebanyak 19 juta kartu dengan lebih dari 863 juta transaksi dan 96,3 juta transaksi pengisian ulang e-money.
Saat ini, sekitar 80 persen penggunaan e-money di sektor transportasi, antara lain pembayaran tol, bus, dan kereta komuter.
Menurut Hery, dengan kerja sama seperti itu, pasar yang dijangkau akan semakin luas. Di sisi lain, transaksi nontunai yang semakin tinggi akan mengurangi penggunaan uang tunai sehingga biaya dihemat.
”Tunai itu mahal karena ada biaya memindahkan uang, lalu ada biaya dan asuransi. Dari sisi Bank Indonesia, tunai itu mahal karena pencetakan uang tunai itu membutuhkan biaya besar,” ujar Hery.
Direktur Utama Finarya Danu Wicaksana mengatakan, dengan kerja sama tersebut, digitalisasi transaksi di masyarakat akan semakin cepat. Masyarakat yang dijangkau juga semakin luas.
Saat ini, transaksi yang dilakukan melalui LinkAja sekitar 50 juta transaksi dalam sebulan dan telah bekerja sama dengan 220.000 usaha. Jumlah tersebut naik signifikan dibandingkan dengan delapan bulan lalu, ketika LinkAja diluncurkan, yakni 10 juta transaksi dalam sebulan.
Menurut Danu, pengembangan LinkAja akan difokuskan di luar Jabodetabek.
”Basis pengguna layanan lain di Jabodetabek bisa sampai 60 persen atau 70 persen, sementara basis pengguna kami ada di seluruh Indonesia, sedangkan di Jabodetabek hanya 20 persen, di Sumatera ada 31 persen. Di Indonesia timur ada 11 persen dengan pengguna berjuta-juta,” kata Danu. (NAD)