Masyarakat Indonesia dinilai memiliki kesadaran tinggi dalam menjaga lingkungan dan kesehatan diri. Meski begitu, kesadaran tersebut belum sepenuhnya diterjemahkan melalui aksi nyata.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Masyarakat Indonesia dinilai memiliki kesadaran tinggi dalam menjaga lingkungan dan kesehatan diri. Meski begitu, kesadaran tersebut belum sepenuhnya diterjemahkan melalui aksi nyata.
Tetra Pak Indonesia merilis Tetra Pak Indeks 2019, yaitu survei global tahunan dengan tema “The Convergence of Health and Environment” di Jakarta, Kamis (31/10/2019). Survei daring tersebut dilakukan pada sembilan negara, salah satunya adalah Indonesia. Masing-masing melibatkan setidaknya 1.000 responden.
Dalam survei tersebut, sebanyak 82 persen orang Indonesia menyadari bahwa kerusakan lingkungan perlu segera ditangani. Selain itu, sebanyak 79 persen sepakat bahwa perubahan iklim yang terjadi saat ini merupakan hasil dari aktivitas manusia.
“Kesadaran masyarakat Indonesia memang tinggi terhadap lingkungan. Sayangnya hal itu belum tentu dibarengi dengan aksi,” kata Communication Manager Tetra Pak Malaysia, Singapura, Filipina dan Indonesia, Gabrielle Angriani.
Hal tersebut terlihat dari minimnya perilaku mereka dalam menggunakan produk kemasan berkelanjutan. Tercatat, hanya sebanyak 42 persen responden yang berupaya menggunakan produk daur ulang, sedangkan ada 45 persen yang sudah mengurangi pemakaian plastik.
Gabrielle menilai, hal ini terjadi lantaran masyarakat juga kesulitan mendapatkan produk yang bisa didaur ulang maupun berbahan nonplastik. “Memang ada penghalang yang cukup besar. Untuk mendukung pendaurulangan pun, tempat sampah yang terpilah juga belum banyak tersedia,” katanya.
Hanya sebanyak 42 persen responden yang berupaya menggunakan produk daur ulang, sedangkan ada 45 persen yang sudah mengurangi pemakaian plastik.
Sebagian besar masyarakat juga menyadari ada keterkaitan antara lingkungan dan kesehatan. Sebanyak 68 persen masyarakat berpikir bahwa lingkungan memiliki dampak bagi kesehatan mereka. Sebaliknya, 59 persen masyarakat berpikir bahwa keputusan mereka membeli produk juga berdampak bagi lingkungan.
“Masyarakat juga sudah berpikir bahwa hidup dengan dampak minimal terhadap lingkungan adalah hal yang penting,” lanjut Gabrielle.
Jadi tren
Dari korelasi tersebut, ada lima hal terkait dengan makanan dan minuman yang menjadi tren pada masyarakat saat ini. Mereka cenderung menginginkan makanan dan minuman dengan bahan baku alami, tanpa bahan pengawet, organik, kemasan dapat didaur ulang dan dapat diisi kembali.
Kendati demikian, kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi makanan sehat juga tidak sepenuhnya diterjemahkan lewat aksi. Sebab, diketahui masih ada 54 persen masyarakat yang menyatakan bahwa mereka memakan semua hal yang disukai.
“Mereka juga berusaha untuk mengonsumsi makanan yang sehat, jika bisa,” tambah Gabrielle.
Tren masyarakat yang menggemari makanan organik juga disadari oleh Co-Founder Burgreens Helga Angelina Tjahjadi. Menurutnya, konsumen yang kerap datang ke tempat makannya selalu kritis menanyakan bahan-bahan yang digunakan pada menu makanan organik yang disediakan.
Helga mencermati konsumen yang datang ke tempat makannya rata-rata berusia 25 – 50 tahun. “Banyak juga dari kalangan ibu muda. Ternyata setelah memiliki anak, kesadaran mereka semakin meningkat demi kualitas ASI mereka,” katanya.
Tetra Pak Indeks 2019 dirilis berkat kerja sama dengan IPSOS Indonesia. Managing Director IPSOS Indonesia Soeprapto Tan mengatakan, Indonesia dipilih karena menjadi salah satu negara yang dianggap memiliki masalah sampah yang tidak pernah usai.
“Dari segi kesehatan, Indonesia dipilih karena menjadi negara dengan angka penderita diabetes terbesar,” ujarnya.