Saling Untung di Maraton
Penyelenggaraan pariwisata olahraga harus bermanfaat bagi masyarakat lokal. Sebaliknya, keterlibatan warga menjadi kunci sukses kegiatan sehingga para pihak perlu bekerja sama.
MAGELANG, KOMPAS—Keterlibatan dan partisipasi masyarakat lokal menjadi salah satu kunci kesuksesan sport tourism atau pariwisata olahraga. Dengan partisipasi masyarakat, aktivitas pariwisata olahraga bisa berkelanjutan dan bermanfaat signifikan terhadap perekonomian daerah.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah Sinung Nugroho Rachmadi mengatakan hal itu di sela-sela Festival Sinergi dan Harmoni, Sabtu (2/11/2019), di kawasan Candi Pawon, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Festival Sinergi dan Harmoni diselenggarakan Yayasan Borobudur Marathon dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan harian Kompas. Festival itu merupakan bagian dari rangkaian acara menyambut Borobudur Marathon 2019 Powered by Bank Jateng yang akan digelar pada 17 November.
Masyarakat menjadi salah satu aktor inti dalam rangkaian Borobudur Marathon.
Festival diharapkan menjadi wadah masyarakat sekitar Candi Borobudur untuk berbaur dan bekerja sama. Festival juga diharapkan mendorong masyarakat bersinergi dan menjalin harmoni dengan penyelenggara, peserta, dan sponsor Borobudur Marathon.
”Festival digelar untuk melibatkan masyarakat setempat. Masyarakat menjadi salah satu aktor inti dalam rangkaian Borobudur Marathon,” ujarnya.
Saat penyelenggaraan lomba, berbagai kelompok masyarakat di Borobudur akan menampilkan pentas kesenian di sepanjang rute lomba untuk memberi semangat kepada para pelari.
Masyarakat juga diminta menyajikan aneka makanan dan minuman khas untuk dijual di area lomba. ”Hal itu menjadi faktor pembeda Borobudur Marathon dengan maraton lain. Ciri khas itu yang selalu kita jual di luar negeri,” kata Sinung.
Menurut Sinung, dengan partisipasi aktif masyarakat, Borobudur Marathon menjadi lebih semarak. Para pelari mendapatkan pengalaman baru saat berinteraksi dengan masyarakat lokal.
Di sisi lain, keterlibatan masyarakat penting agar kegiatan pariwisata olahraga seperti Borobudur Marathon bermanfaat secara signifikan terhadap perekonomian masyarakat. ”Kalau masyarakat bisa menjual produk, berarti ada peningkatan pendapatan,” ucap Sinung.
Acara dalam Festival Sinergi dan Harmoni antara lain lomba paduan suara dan lomba majalah dinding untuk pelajar, pertunjukan tari soreng yang merupakan kesenian khas Magelang, serta pameran makanan dan minuman di 25 stan yang dikelola warga Magelang.
Kalau masyarakat bisa menjual produk, berarti ada peningkatan pendapatan.
Festival Sinergi dan Harmoni menjadi semacam uji coba atau latihan bagi para pengelola stan kuliner sebelum menampilkan produk dalam acara puncak Borobudur Marathon. Salah satu yang diuji coba adalah sistem transaksi nontunai menggunakan uang elektronik yang bakal diberlakukan dalam Borobudur Marathon.
”Dengan berlangsungnya Festival Sinergi dan Harmoni, saya berharap 25 stan siap tampil pada perhelatan puncak Borobudur Marathon tahun ini,” ujar Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno.
Bimbingan produk
Sebelumnya, para pengelola stan kuliner dibimbing para chef (juru masak eksekutif) dari hotel-hotel di Magelang, misalnya Grand Artos Hotel & Convention, Plataran Heritage Borobudur Hotel & Convention Center, Hotel Puri Asri, dan Villa Borobudur Resort.
Selama lima bulan, para juru masak eksekutif dari sejumlah hotel memberikan bimbingan terkait kualitas produk kuliner dan tata kelola bisnis. Bimbingan antara lain mencakup standardisasi kebersihan, penentuan variasi dan kemasan produk kuliner, serta penghitungan harga jual.
Sejumlah pengelola stan kuliner menyambut baik penyelenggaraan Festival Sinergi dan Harmoni.
Saya jadi tahu takaran bumbu yang pas agar masakan enak.
”Saya mendapat banyak sekali manfaat dari mentoring (pembimbingan) itu. Saya jadi tahu takaran bumbu yang pas agar masakan enak,” kata Supiyanti (56), pengelola stan Angkringan Mangut Beong dari Desa Borobudur.
Hanung Nurhasanah (49), pengelola stan Soto Lesah, mengatakan, dalam pendampingan, dirinya dan teman-teman mendapat ilmu mengenai pembuatan kemasan yang baik untuk produk kuliner.
”Ini benar-benar kesempatan yang sangat berharga bagi kami,” kata perempuan asal Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Magelang, itu.