Sebanyak 15 dari total 16 negara menyepakati secara tertulis negosiasi Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional di Bangkok, Thailand. Posisi India masih menggantung.
BANGKOK, KOMPAS Sebanyak 15 negara mengunci 20 bab pokok-pokok pengaturan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (The Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP), di Bangkok, Thailand, Senin (4/11/2019). Perundingan mengenai beberapa isu yang masih jadi masalah dengan India akan dilanjutkan secara paralel sampai penandatanganan RCEP yang ditargetkan pada November 2020.
Pernyataan bersama para pemimpin negara peserta RCEP ini merupakan hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) RCEP sebelum KTT Ke-35 ASEAN secara resmi ditutup, kemarin petang. Dalam penutupan KTT ASEAN, Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha menyerahkan keketuaan ASEAN tahun depan kepada PM Vietnam Nguyen Xuan Phuc.
Kita sudah bekerja, bernegosiasi guna mencapai titik temu selama tujuh tahun.
Perang dagang AS-China dan meningkatnya proteksionisme memberikan dorongan baru untuk segera menuntaskan negosiasi RCEP, yang telah berlangsung selama tujuh tahun. Perundingan blok RCEP diikuti 10 negara ASEAN dan enam negara mitra (China, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan India). Namun, India menarik diri pada menit terakhir perundingan.
Hampir semua pemimpin ASEAN hadir dalam KTT RCEP, termasuk Presiden Joko Widodo dan enam pemimpin negara mitra. ”Kita sudah bekerja, bernegosiasi guna mencapai titik temu selama tujuh tahun,” kata Presiden Jokowi. Presiden menyatakan, dalam beberapa hari terakhir ini, para perunding dari Indonesia terus mencari titik temu.
Indonesia menyadari, titik temu terhadap teks perjanjian belum mencakup semua negara RCEP. Meski demikian, negara blok RCEP menyampaikan penghargaan tinggi atas kepemimpinan Indonesia selama perundingan berlangsung. Presiden berharap, apa yang telah dihasilkan pada titik ini dapat ditindaklanjuti dengan penandatanganan RCEP pada 2020.
Posisi India
Dalam pernyataan para pemimpin, ditegaskan bahwa negosiasi berbasis teks untuk keseluruhan 20 bab telah rampung, mencakup juga semua masalah akses pasar. Disebutkan bahwa India memiliki masalah luar biasa yang signifikan, yang belum terselesaikan.
”Keputusan akhir India akan tergantung pada resolusi yang memuaskan dari masalah ini,” demikian pernyataan para pemimpin negara blok RCEP. ”Bentuk Perjanjian RCEP saat ini tidak sepenuhnya mencerminkan semangat dasar dan prinsip-prinsip panduan RCEP yang disepakati,” kata PM India Narendra Modi seperti dikutip media publik India, Prasar Bharati News Services.
Keputusan akhir India akan tergantung pada resolusi yang memuaskan dari masalah ini.
”Hal-hal itu tidak mengatasi masalah luar biasa dan kekhawatiran India.” India khawatir bahwa perjanjian itu, yang mengharuskan penghapusan tarif secara bertahap, akan membuka pasarnya untuk dibanjiri barang-barang murah China.
Selain China, India juga khawatir hasil pertanian dari Australia dan Selandia Baru akan membahayakan produsen lokal. Ketua Komite Perundingan RCEP Iman Pambagyo mengatakan, pernyataan bersama RCEP jangan dibaca sebagai kesepakatan 15 negara dan meminggirkan India. Sebab, di perundingan working group, India selalu hadir dan dilibatkan.(AFP/REUTERS/BEN)