Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat mendistribusikan beras dan menggelar operasi pasar untuk meminimalkan potensi terjadi fenomena panic buying yang rentan memicu inflasi.
Oleh
KHAERUL ANWAR
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS-Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat mendistribusikan beras dan menggelar operasi pasar untuk meminimalkan potensi terjadi fenomena panic buying yang rentan memicu inflasi. Selain dipicu tingginya harga beras, fenomena itu dikhawatirkan muncul akibat masih terasanya dampak kemarau panjang jelang bulan Maulid.
Data Dinas Perdagangan NTB menyebutkan, stok beras di Bulog NTB mencapai 80.000 ton atau cukup untuk kebutuhan masyarakat hingga 20 bulan ke depan. Agar kebutuhan semua daerah terpenuhi, beras-beras itu akan didistribusikan ke 10 kota/kabupaten di NTB.
"Operasi pasar ditempuh karena harga beras medium nyaris Rp 10.000 per kilogram dari Harga Eceran Tertinggi Rp 9.450 per kg. Apalagi, kini sedang berlangsung musim kemarau panjang yang membuat petani sulit menanam padi," kata Kepala Dinas Perdagangan NTB Selly Andayani, Selasa (5/10/2019) di Mataram, Lombok.
Menurut Selly, antisipasi dini harus dilakukan. Bila menunggu pasokan air mengalir ideal, maka besar kemungkinan musim tanam akan dilakukan petani pada Januari dan panen di Maret 2020. Bila hal itu terjadi, dikhawatirkan masyarakat akan kesulitan mendapatkan beras sebelum panen dilakukan. Apalagi, dalam beberapa hari terakhir, kebutuhan masyarakat bakal meningkat seiiring masuknya bulan Maulid.
“Biasanya terjadi panic buying dua minggu pertama bulan Maulid, meski dua minggu berikutnya akan tenang lagi,” tutur Selly.
Biasanya terjadi panic buying dua minggu pertama bulan Maulid, meski dua minggu berikutnya akan tenang lagi
Selain pemenuhan langsung kebutuhan masyarakat, operasi pasar juga diyakini efektif mengendalikan inflasi yang mulai merangkak naik akibat kenaikan bahan pokok dalam Oktober ini. “Bulan September lalu terjadi deflasi tapi Oktober mulai terlihat gejala terjadinya inflasi mencapai 0,44 persen,” ujar Achris Sarwani, Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTB.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Mataram, M Amran M Amin, mengatakan, dalam periode 28 Oktober- 2 November, ada kenaikan harga beberapa bahan pokok naik. Misalnya, daging ayam broiler dari harga Rp 40.000 per kg menjadi Rp 42.000 per kg. Cabai merah besar dari Rp 15.000 per kg menjadi Rp 20.000 per kg. Kenaikan harga juga terjadi pada cabai merah keriting, dari Rp 12.000 per kg menjadi Rp 15.000 per kg.
Akan tetapi, tidak hanya pemerintah yang bergerak mengantisipasi kenaikan kebutuhan bahan pokok. Yadi Zamammi, warga Lingkungan Peresak Timur, Kota Mataram, terbiasa menabung atau menitip uang ke pedagang bumbu dan daging. Bumbu hingga daging itu akan diambil menjelang Maulid.
Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, Yadi mengatakan, dia sudah mulai menabung di Koperasi Simpan-Pinjam Eka Arsa Pagutan lewat program Tabungan Maulid. Di Koperasi itu, kini ada 380 anggota yang memanfaatkan TAMU. Calon anggota dikenakan 10 persen biaya administrasi dari tabungan. Mereka akan dikenakan penalti, bila mengambil uang sebelum masuk Bulan Maulid.