Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memastikan tidak ada perpanjangan masa tanggap darurat kebakaran untuk wilayah Gunung Ijen dan sekitarnya. Kebakaran di Ijen telah padam.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memastikan tidak ada perpanjangan masa tanggap darurat kebakaran untuk wilayah Gunung Ijen dan sekitarnya. Dengan demikian, jalur pendakian Gunung Ijen akan segera dibuka kembali.
Masa tanggap darurat pertama kali dikeluarkan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas pada Selasa (22/10/2019). Setelah masa tanggap darurat habis pada Senin (28/20/2019), Bupati kembali memperpanjang masa tanggap darurat hingga Senin (4/11/2019).
”Melihat kondisi saat ini, tidak ada rencana perpanjangan masa tanggap darurat. Kami telah menyepakati masa tanggap darurat diakhiri hari ini (Senin, 4/11/2019),” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi Eka Muharram.
Melihat kondisi saat ini, tidak ada rencana perpanjangan masa tanggap darurat. Kami telah menyepakati masa tanggap darurat diakhiri hari ini. (Eka Muharram)
Eka mengatakan hal itu karena sudah tidak ada titik api, sumber api, ataupun kepulan asap di wilayah Gunung Ijen. Jalur dari Taman Sari hingga Paltuding (titik awal pendakian) yang sempat tertutup ranting-ranting juga sudah bersih.
Baca juga; Pendakian Gunung Ijen Siap Dibuka
Jalur pendakian menuju Kawah Ijen juga dinilai sudah kondusif,sehingga jalur pendakian dapat dibuka. BPBD Banyuwangi juga akan segera mengirim surat rekomendasi pembukaan jalur pendakian ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur selaku pengelola Taman Wisata Alam Kawah Ijen.
Terkait operasi water bombing, Eka mengatakan, upaya tersebut sudah tidak efektif dan tidak diperlukan. Karena itu, helikopter MI8-MTV milik BNPB sudah tidak dioperasikan sejak Sabtu (2/11/2019).
”Hujan sudah mengguyur kawasan Gunung Ijen. Sejak pagi, awan tebal sudah menggumpal di sana sehingga bahaya jika tetap ada water bombing. Hingga hari ini helikopter masih di Banyuwangi dan menunggu perintah dari Gubernur Jawa Timur untuk dipindah ke lokasi lain,” tutur Eka.
Eka mengatakan, pihaknya telah menyampaikan rampungnya operasi water bombing kepada Gubernur Jawa Timur melalui BPBD Jawa Timur. Dalam upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Jawa Timur, Gubernur Khofifah Indar Parawansa memang memiliki wewenang untuk mengendalikan operasi water bombing tersebut.
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Seksi III Jember Setyo Utomo menyatakan kesiapannya untuk membuka kembali jalur pendakian Gunung Ijen. Pendakian Gunung Ijen yang ditutup sejak Minggu (20/10/2019) membuat wisatawan dan pendaki tidak dapat naik ke Gunung Ijen.
”Kami sudah cek lapangan di jalur pendakian. Kondisinya sudah kondusif. Kami sudah siap untuk membuka kembali jalur pendakian,” ujarnya.
Namun, hingga saat ini BBKSDA Jawa Timur belum menerbitkan surat edaran perihal pembukaan jalur pendakian. Hal itu dikarenakan surat edaran Bupati Banyuwangi terkait status tanggap darurat kebakaran hutan dan lahan masih berlaku.
Setyo mengatakan, hari Selasa ini akan ada pertemuan dengan Komandan Distrik Militer Banyuwangi 0825 selaku komandan satuan tugas pemadaman kebakaran dan hutan di Banyuwangi. Pertemuan ini untuk mengevaluasi status tanggap darurat.
Baca; Helikopter Pemadam Kebakaran Bakal Beraksi di Gunung Ijen
”Jika tidak ada perpanjangan status tanggap darurat, kemungkinan besar pada Rabu (6/11/2019) pendakian Gunung Ijen akan kami buka. Dengan demikian, wisatawan sudah bisa berkunjung ke Kawah Ijen,” ujarnya.
Terkait aktivitas petambang yang terganggu akibat penutupan jalur pendakian, Setyo mengatakan, ada kebijakan khusus bagi para petambang. Sejumlah petambang mendapat kesempatan khusus untuk mengambil belerang saat pendakian masih ditutup.
Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya ledakan di pipa-pipa saluran belerang. Apabila terjadi ledakan, dikhawatirkan terjadi titik kebakaran baru.
”Kami izinkan petambang mengambil belerang secara terbatas. Ini dilakukan sebagai salah satu upaya mitigasi agar tidak terjadi ledakan yang dikhawatirkan justru membuat kebakaran baru di lereng Gunung Ijen,” kata Setyo.
Pimpinan PT Candi Ngrimbi Unit 1 Banyuwangi Cung Lianto membenarkan bahwa sebagian petambang sudah mengambil belerang. Hal itu dilakukan secara terbatas dengan pengawasan khusus.
Cung mengatakan, kondisi di kawah sangat penuh belerang. Tumpukan belerang tersebut harus disingkirkan guna mencegah terjadinya ledakan yang bisa menyebabkan terbakarnya belerang.
”Banyaknya belerang membuat petugas sulfur kewalahan menyingkirkan belerang. Harus ada petambang yang memindahkan belerang tersebut dari kawah. Akhirnya ada kesepakatan untuk mengizinkan petambang secara terbatas mengambil belerang tersebut,” ungkap Cung.
Cung mengatakan, dalam kondisi normal, setiap hari ada 70 petambang yang naik ke kawah Gunung Ijen. Namun, dalam kondisi seperti ini jumlah petambang dibatasi hanya 25 orang per hari.
Jumlah belerang yang berhasil diangkut juga di bawah kondisi normal. Jika biasanya dalam sehari para petambang bisa mengangkut hingga 7 ton, kini para petambang hanya bisa mengangkut 4 ton per hari.
Cung mengatakan, para petambang sudah mulai mengambil belerang di kawah Gunung Ijen pada 28 Oktober. Kompas yang memantau pos penimbangan belerang juga melihat alat penimbangan belerang yang dipenuhi serpihan belerang pada Jumat (1/11/2019).
Pos penimbangan tersebut dibangun di atas bekas pos penimbangan yang terbakar. PT Candi Ngrimbi dan sejumlah petambang membangun pos penimbangan darurat sambil menunggu aktivitas penambangan kembali normal saat jalur pendakian kembali dibuka.