Kapolri Jenderal (Pol) Idham Azis tak ambil pusing atas suara-suara yang menyebutnya terpilih sebagai Kapolri karena dekat dengan Kapolri terdahulu, Tito Karnavian. Ia bangga sudah lama berjuang bersama Tito.
Oleh
Muhammad Iksan Mahar
·4 menit baca
Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Idham Azis tidak menutup telinga terkait banyaknya anggapan bahwa pemilihan dirinya sebagai orang nomor satu di Polri oleh Presiden Joko Widodo disebabkan kedekatannya dengan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, yang adalah Kepala Polri sebelumnya. Idham mengaku bangga pernah bertugas dan menghabiskan banyak momen bersama dengan Jenderal (Pol Purn) Tito.
Dalam acara serah terima jabatan Kepala Polri dan ramah tamah pelepasan Tito, Idham mengisahkan, dirinya dengan Tito telah melakukan tugas bersama sejak berpangkat kapten atau ajun komisaris. Jauh sebelum menjadi pimpinan Polri dan kini sebagai menteri, kata Idham, keduanya telah melalui masa-masa sulit bersama.
Ketika momen kesulitan di tengah tugas dulu, tambah Idham, dirinya selalu saling mengingatkan dengan Tito tentang makna Surah Asy-Syarh, utamanya ayat ke-5 dan ke-6. Kedua ayat itu berbunyi, ”Fa inna ma’al usri yusra. Inna ma’al usri yusra”. Yang memilik arti, ”Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”.
”Orang bilang saya orangnya Pak Tito, ya iyalahsaya orangnya Pak Kapolri. Kan, Kapolri komandan saya dan siapa yang ganggu kita punya komandan saya siap bela,” kata Idham, disambut tepuk tangan ratusan perwira Polri yang hadir dalam acara itu, Rabu (6/11/2019), di Markas Komando Brigade Mobile Polri, Depok, Jawa Barat.
Idham menambahkan, ketika dirinya dipanggil Presiden Joko Widodo, 22 Oktober lalu, ia langsung melapor Tito. Kemudian, Tito mengajaknya untuk shalat Dzuhur berjamaah sebelum memenuhi panggilan Presiden itu.
Saya tangkap Santoso (pemimpin kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur) dan menghadapi kelompok teroris tidak gemetar. Namun, ketika menerima panggilan itu, saya gemetar, jadi diajak shalat lohor(dzuhur) berjamaah sama Pak Tito.
Padahal, Idham menuturkan, dirinya tidak pernah membayangkan dapat menggantikan Tito sebagai Kepala Polri. Ketika menemui Presiden Jokowi, Idham mengungkapkan, Presiden hanya bertanya, ”Pak Idham kapan pensiun?” ujar Idham menirukan pertanyaan Presiden.
Idham hanya menjawab singkat, ”Siap. 1 Februari 2021, Pak Presiden.” Lalu, Presiden kembali membalas, ”Saya telah putuskan semalam Pak Idham menggantikan Pak Tito.”
Atas dasar itu, Idham pun mempersiapkan diri, terutama untuk melanjutkan program Tito, yaitu mewujudkan Polri yang promoter (profesional, modern, dan terpercaya). Ia pun berkomitmen melaksanakan tugas sebaik-baiknya selama 14 bulan sebagai Kepala Polri.
Terkait tantangan melanjutkan pembenahan internal, Idham mengatakan, dirinya akan melakukan program itu sebaik mungkin. ”Kalau masalah suka atau tidak suka, patung pancoran juga banyak yang tidak suka,” ucapnya.
Paling stres
Serupa dengan Idham, Tito juga menceritakan kisahnya ditunjuk Presiden sebagai Mendagri. Tito mengungkapkan, sepekan sebelum tanggal 23 Oktober, dirinya dan Panglima Tentara Nasional Indonesia Marsekal Hadi Tjahjanto dipanggil Presiden Jokowi. Dalam pertemuan itu, Presiden mengatakan, Tito dan Hadi akan melanjutkan tugas sebagai pimpinan di Polri dan TNI.
Namun, pada 21 Oktober, Presiden Jokowi meminta Tito menduduki jabatan Menteri Dalam Negeri. Terkait arahan Presiden itu, Tito pun meminta Presiden memberhentikannya sebagai Kepala Polri dan anggota Polri. Dalam pertemuan itu, Tito mengaku dirinya tidak menyodorkan nama siapa pun sebagai penerusnya, bahkan Presiden hanya meminta Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto sebagai Pelaksana Tugas Kepala Polri.
Kepada Idham, Tito berpesan bahwa kondisi bangsa Indonesia yang plural dan heterogen membuat perubahan dinamika politik, ekonomi, sosial, dan budaya cepat terjadi di Indonesia. Dinamika di masyarakat itu menjadi penyebab hadirnya ancaman keamanan dan ketertiban.
Pekerjaan Kepala Polri salah satu pekerjaan paling stressful di dunia. Kalau diperingkatkan, tingkat stresKapolri berada di angka 9, sedangkan sebagai Mendagri hingga saat ini tingkat stresnya 6,5 atau 7.
Andai tidak ditunjuk sebagai Kepala Polri, ia menekankan, tidak akan menuntaskan posisi Kepala Polri hingga pensiun 1 November 2022. ”Ketika diwawancara Kompas, saya mengatakan akan berhenti, pensiun dini. Hal itu untuk memberi jalan kepada yang lain, siapa saja, untuk memimpin Polri,” katanya yang mengabdi sebagai personel Bhayangkara selama 32 tahun.
Wawancara itu dilakukan awal Juli 2017 antara Tito dan Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo (saat itu menjabat Pemimpin Redaksi Harian Kompas). Hasil wawancara itu dimuat di Kompas, 10 Juli 2017.
Menurut Tito, sejumlah amanah yang diberikan kepadanya mulai dari Kepala Polri hingga Mendagri merupakan secret of life atau rahasia kehidupan. Ia tidak mengira justru akan purnatugas sebagai anggota Polri lebih dulu dari para seniornya, di antaranya Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional Komisaris Jenderal Mochamad Iriawan (pensiun 1 April 2020) atau Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri Komisaris Jenderal Condro Kirono (pensiun 1 Januari 2020).
Ketika menjadi Kepala Polri, Juli 2016, Tito harus menghadapi kenyataan di internal Polri bahwa masih banyak perwira tinggi (pati) Polri yang lebih senior dari dirinya. Kala itu, mayoritas pati Polri yang aktif berasal dari angkatan lulusan Akademi Kepolisian 1981 hingga 1986, sedangkan Tito adalah lulusan Akpol tahun 1987.
Tidak mudah bagi saya, yunior, untuk melaksanakan tugas mahaberat. Perlu ada manajemen tersendiri untuk menghadapi lingkungan internal, bagaimana menjalin hubungan baik dengan senior dan menjadi Kapolri untuk seluruh angkatan.
Setelah 39 bulan berlalu, Tito terbukti telah memberikan kondisi organisasi Polri yang stabil dan tanpa gejolak internal. Polri juga perlahan telah mendapatkan kembali kepercayaan publik seiring keberhasilan dalam menjalankan tugas nasional dan internasional, di antaranya pilkada serentak, Pemilu 2019, Asian Games 2018, dan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018.
Kini, publik menanti kiprah Idham untuk membawa Polri lebih baik….