Ambisi Inter Milan untuk mengakhiri dominasi Juventus di Italia dan mengangkat prestasi Inter di Eropa melalui jalan yang terjal. Setelah mengikat kontrak Pelatih Antonio Conte, ambisi itu belum tentu bisa diraih.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
DORTMUND, RABU — Di awal musim ini Inter Milan memberikan kejutan dengan mendatangkan Antonio Conte yang merupakan mantan pemain dan pelatih klub rival, Juventus. Tujuannya adalah mengakhiri dominasi Juventus di Italia dan mengangkat prestasi Inter di Eropa. Namun, harapan tersebut masih terkendala masalah kedalaman skuad.
Untuk mencapai dua target tersebut, rupanya tidak cukup dengan mengangkat Conte menjadi manajer. Mereka juga perlu memperkuat skuad. Inter pun mendatangkan Romelu Lukaku dari Manchester United dengan memecahkan rekor transfer klub, yakni sebesar 65 juta euro atau sekitar Rp 1 triliun. Mereka juga mendatangkan rekan Lukaku di MU, Alexis Sanchez, secara pinjaman.
Selain kedua pemain tersebut, Inter juga mendatangkan bek senior Diego Godin dari Atletico Madrid secara gratis. Di luar ketiga pemain tersebut, tak ada nama tenar yang didatangkan Inter meskipun mereka mengeluarkan dana hingga 156,47 juta euro atau sekitar Rp 2,4 triliun.
Melihat komposisi skuad Inter musim ini, praktis tak ada pemain lapis kedua yang bisa diandalkan untuk rotasi. Alhasil, Inter pun harus menurunkan pemain yang sama di dua kompetisi besar sekaligus secara terus-menerus.
Situasi tersebut membuat Inter mudah mengalami kekalahan setelah unggul terlebih dahulu karena faktor kelelahan. Seperti yang mereka alami dalam pertandingan Liga Champions Grup F melawan Dortmund.
”Nerazzurri” unggul dua gol terlebih dahulu melalui Lautaro Martinez dan Matias Vecino. Namun, seusai jeda istirahat, mereka kehabisan tenaga dan ditekan terus-menerus oleh Dortmund. Bek Inter yang sudah mulai kelelahan pun seperti membiarkan Samir Handanovic menerima tembakan bola secara bertubi-tubi.
Dortmund berhasil melepaskan 18 tembakan dan 8 di antaranya mengarah ke gawang Inter. Keunggulan Inter di babak pertama pun sirna setelah Dortmund mencetak tiga gol melalui Achraf Hakimi yang mencetak dua gol dan Julian Brandt.
Situasi tersebut sama dengan ketika Inter melawan Barcelona. Saat itu, Inter unggul cepat melalui gol yang diciptakan Lautaro Martinez dan bertahan hingga turun minum. Namun, di babak kedua, Inter kebobolan dua gol yang dicetak oleh Luis Suarez.
Conte yang berambisi membawa Inter berprestasi di musim perdananya tampak sangat kesal dengan situasi ini. Sejak masa transfer dibuka pada pramusim lalu, ia telah berulang kali menyoroti kedalaman skuadnya. ”Kesalahan besar dibuat dalam perencanaan musim ini. Saya muak mengatakannya,” ujar Conte seperti dikutip dari Football Italia.
Sama seperti ketika menghadapi Barcelona, Inter mampu mendominasi di babak pertama. Mereka bisa menerapkan gaya permainan Conte yang mengombinasikan antara kecepatan, kekuatan, dan pergerakan yang dinamis. Untuk menjalankan taktik itu, dibutuhkan tenaga fit karena harus berlari dengan kecepatan tinggi. Sayangnya, mereka harus melakukannya di dua kompetisi sekaligus.
Pemain seperti Martinez, Lukaku, Cristiano Biraghi, Nicolo Barella, Marcelo Brozovic, Milan Skriniar, dan Stefan de Vrij seperti terus diperas tenaganya tanpa henti. Situasi tersebut tentu tidak akan bagus untuk menjalani kompetisi yang panjang seperti Liga Champions dan Liga Italia.
Selain itu, Inter juga tidak memiliki pemain berpengalaman yang berlaga dalam pertandingan yang penuh tekanan tinggi. Hanya Godin yang pernah meraih gelar, sedangkan beberapa pemain baru lainnya hanya pernah bertarung di kompetisi domestik.
Kelemahan yang dialami Inter rupanya telah dibaca lawan mereka, termasuk Dormund. Kapten Dormund Mats Hummels mengungkapkan, Inter memiliki permainan yang rapi di babak pertama. Mereka juga memiliki penyelesaian akhir yang bagus sehingga dapat memaksimalkan peluang yang ada.
Akan tetapi, situasi itu berubah di babak kedua karena para pemain sudah terlihat kelelahan. Alhasil, Dormund dapat menekan Inter dengan leluasa. ”Kami meninggalkan mereka sedikit ruang untuk bernapas setelah istirahat dan (kami) memainkan babak kedua yang sangat kuat,” ujar Hummels.
Inter tidak mungkin menunggu hingga jendela transfer Januari untuk menyelesaikan masalah ini sebab kompetisi terus berjalan ketat. Di Liga Champions, mereka berada di peringkat ketiga di bawah Barcelona dan Dortmund, sedangkan di Liga Italia, Inter tertinggal satu poin dari Juventus yang berada di puncak klasemen.
Seperti yang diungkapkan Conte, satu-satunya usaha yang bisa dilakukan adalah mengajak petinggi klub memikirkan menyelesaikan masalah ini. Inter tak mungkin bertahan seperti ini jika ingin meraih gelar di akhir musim. (AFP/AP)