Kolaborasi para pihak menentukan masa depan gambut yang lebih baik. Bahkan, memberi keuntungan langsung untuk warga. KKN mahasiswa didorong sasar gambut.
Oleh
Irma Tambunan/Rhama Purna Jati/Syahnan Rangkuti
·3 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS — Kerusakan permanen lahan gambut di Sumatera dan Kalimantan akibat pengeringan dan kebakaran setiap tahun bisa dihindari. Syaratnya, komitmen kolaboratif semua pihak menghentikan eksploitasi habis-habisan ekosistem gambut. Selama ini gambut dikeringkan terus-menerus, khususnya untuk perkebunan monokultur. Di sisi lain, upaya mengurangi risiko bencana kurang sepadan.
”Jika kolaborasi bisa dibangun, ancaman kebakaran tahun depan bisa dicegah. Hal ini butuh komitmen,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo dalam Kuliah Umum ”Solusi Permanen Bencana Asap” di Universitas Riau, Pekanbaru, Selasa (5/11/2019).
Tahun ini kebakaran lahan gambut disebut-sebut sama dengan kebakaran tahun 2015, yang susah dipadamkan dan mengirimkan kabut asap hingga Singapura dan Malaysia. Pengeringan lahan berbarengan dengan musim kemarau panjang.
Menurut Koordinator Pusat Studi Bencana Universitas Riau Sigit Sutikno, risiko kebakaran lahan di Riau terjadi di dua periode, yakni Februari-Maret dan Juli-September. Puncak kemarau terjadi pada dua periode itu sehingga risiko kebakaran sangat tinggi.
Penyimpanan air saat hujan perlu dilakukan, salah satunya membangun sekat kanal. Rata-rata puncak musim hujan di Riau pada November-Desember dan April-Mei. Saat itulah waktunya menampung sebanyak mungkin air.
Membiarkan gambut kering, kata Doni, sama artinya melanggar kodrat kelestariannya. Namun, ia menegaskan bukan saatnya lagi menyalahkan pihak lain, melainkan semangat mencari solusi. Para pihak pun didorong bersama-sama mencegah bencana. Kolaborasi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan, masyarakat, dan media menjadi sangat menentukan.
Media dan kampus
Kemarin, BNPB secara khusus mengapresiasi Kompas yang mengungkap kejahatan pembalakan liar di balik kebakaran hutan di Jambi. Hal itu akhirnya mendorong penegak hukum menangkap dalang pembalakan liar.
”Karena pemberitaan di Kompas, Kapolri langsung mengerahkan penangkapan pelaku illegal logging tersebut,” katanya. Salah satu peran media adalah mengungkap kejahatan lingkungan.
Doni juga mengingatkan agar dunia pendidikan turut berperan mencegah kebakaran gambut. Program kuliah kerja nyata (KKN) didorong lebih nyata manfaatnya. BNPB siap mendukung pendanaan KKN tematik mencegah karhutla yang digagas Universitas Riau. Sebanyak 35.000 mahasiswa diharapkan mendorong tumbuhnya kesadaran ramah gambut.
Di beberapa kawasan, gambut yang dikelola baik mendatangkan keuntungan ekonomi. Sejumlah komoditas ramah gambut, seperti sagu, nanas, ubi, aren, dan kopi liberika, tumbuh baik. ”Dengan cara ini, warga akan menjaga lahan gambut,” katanya.
Di Desa Sungai Tohor, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, yang tahun 2014 lahannya terbakar, setelah menanam sagu, warga akhirnya menuai keuntungan. ”Dulu desa ini mengekspor asap, sekarang mengekspor sagu,” katanya.
Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead menuturkan, pihaknya sedang menyusun peta kesatuan hidrologis gambut (KHG) yang lebih detail. Itu lebih mudah menentukan posisi sekat kanal.
”Sekat kanal akan lebih terarah.” katanya. Tahap awal, dari 106 KHG yang dikelola BRG seluas 2 juta hektar, 39 KHG sudah dirancang pemetaannya. Itu tersebar di Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Papua.