Tak ada waktu terbuang percuma. Sejak sepekan menjelang Konferensi Tingkat Tinggi Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau dikenal dengan RCEP digelar, tim kelompok kerja secara intensif berunding. Tidak tanggung-tanggung, perundingan tak jarang digelar sejak pukul 08.00 dan berakhir pada pukul 22.00.
Diskusi berjalan alot. Demikian juga saat proses perundingan digelar di sela-sela KTT Ke-35 ASEAN di Bangkok, Thailand, akhir pekan lalu. Saat memasuki sesi rapat pleno, Sabtu (2/11/2019), dan dibuka secara resmi pada Minggu (3/11), perundingan semakin intensif. Tim perunding dari setiap negara, yang dipimpin oleh Ketua Komite Perundingan RCEP Iman Pambagyo, terus bekerja dan berdiskusi untuk mencoba mencari titik tengah.
RCEP memang diinisiasi Indonesia pada KTT Ke-19 ASEAN tahun 2011, saat Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menjabat. Harapannya, RCEP menjadi blok ekonomi yang kuat dengan sepuluh negara ASEAN ditambah enam negara mitra: China, Jepang, Korea Selatan, India, Selandia Baru, dan Australia.
Perundingan telah berjalan selama tujuh tahun dan alot. Salah satu yang menjadi kendala adalah ada beberapa negara yang belum memiliki perjanjian area perdagangan bebas (FTA) dan RCEP menjadi perjanjian FTA pertama mereka. Selain itu, ada isu-isu yang khusus untuk setiap negara. India, misalnya, khawatir negaranya akan dibanjiri produk-produk dari China. Sementara itu, neraca perdagangannya dengan China dalam kondisi defisit parah.
Meskipun demikian, para pejabat yang terlibat memiliki optimisme. ”Ada kemajuan dan tekad politik kuat dari negara-negara RCEP untuk menyelesaikan perundingan,” kata Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi sembari mengakui bahwa negosiasi ini memang tidak mudah.
Kerja keras
Di hari terakhir menjelang KTT RCEP, Iman Pambagyo pun memastikan, semua tetap komit dengan pokok-pokok pengaturan yang sudah ada. Pertemuan tim working group baru berakhir sekitar tengah malam dan Iman pun kembali ke hotel tempatnya menginap yang berada sekitar 45 menit perjalanan menggunakan mobil dari lokasi KTT di Impact Exhibition and Convention Center, Bangkok.
Dalam keterbatasan waktu yang ada, Iman pun menyiapkan strategi dan langkah-langkah untuk memastikan pernyataan bersama para pemimpin negara lancar terlaksana. Ia baru istirahat sekitar pukul 02.00 dan kembali aktif pada pukul 04.00 untuk mengecek naskah pernyataan bersama yang harus didistribusikan kepada setiap kepala negara melalui menteri perdagangan masing-masing. Dengan demikian, semua pihak masih sempat membaca dan memastikan semua klausul sesuai hasil negosiasi.
Keterbukaan dalam negosiasi dan usaha supaya semua pihak mendapatkan manfaat adalah kunci. Tak ada yang merasa dijarah. Sebaliknya, sama-sama mendapat manfaat.
Strategi yang dilakukan antara lain menangani masalah yang tidak terlalu kontroversial dulu dan diakhiri dengan isu-isu sulit. Terbukti langkah itu banyak membuahkan hasil.
Kendati baru 15 negara yang bergabung dalam pernyataan bersama, para pemimpin negara RCEP sepakat untuk mengunci pokok-pokok pengaturan RCEP. India tetap dilibatkan meskipun mengatakan belum berniat bergabung. Perundingan bagian annex dan appendix yang berisi akses pasar juga akan tetap melibatkan India. ”Ada kepala negara yang mengatakan, kita mulai dengan 16 negara, kita akhiri dengan 16 (negara),” kata Iman mengutip perkataan salah seorang pemimpin dalam KTT RCEP. (Nina Susilo)