Musim hujan yang berlangsung November 2019-April 2020 di Jawa Barat diperkirakan bakal didominasi hujan deras dengan durasi relatif singkat. Kondisi ini berpotensi memicu bencana alam.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Musim hujan yang berlangsung November 2019-April 2020 di Jawa Barat diperkirakan bakal didominasi hujan deras dengan durasi relatif singkat. Kondisi ini berpotensi memicu banjir, longsor, bahkan hujan es dan puting beliung.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan November 2019-April 2020 diprediksi 100-200 milimeter per bulan. Puncak musim hujan di Jabar diprediksi terjadi pada Maret dengan curah yang mencapai 300-400 milimeter.
Peneliti cuaca dan iklim dari Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, M Iid Mujtahidin, di Bandung, Rabu (6/11/2019), mengatakan, hujan di Jawa Barat relatif singkat, tetapi cenderung deras dalam lima tahun terakhir. Bahkan, cuaca ekstrem berpotensi terjadi jika terdapat jeda yang cukup lama di antara hujan dalam musim ini.
Karakteristik hujan tersebut, tutur Iid, berpotensi mengakibatkan banjir dan longsor. Hujan dengan intensitas tinggi tidak dapat diserap dengan maksimal oleh tanah. Air yang tidak terbendung tersebut mengalir tidak terkendali sehingga menyebabkan banjir.
Di sisi lain, hujan yang terjadi di daerah perbukitan atau lereng tanpa tanaman keras berpotensi longsor dan membahayakan permukiman penduduk. Keduanya menjadi bencana alam paling sering terjadi Jabar.
”Semakin lama jeda, cuaca ekstrem, seperti badai petir, angin puting beliung, bahkan hujan es, berpotensi terjadi, tetapi dalam skala lokal di radius kurang lebih 10 kilometer dari bentukan awan kumulonimbus. Karena itu, warga perlu waspada dan berhati-hati di musim hujan,” tuturnya.
Selain itu, jeda hujan yang terjadi juga bisa berdampak kepada kesehatan masyarakat dan kondisi pertanian. Iid melanjutkan, jeda hujan tersebut menyebabkan penyakit, seperti demam berdarah, yang hidup dari genangan akibat hujan sebelumnya. Karena itu, kebersihan lingkungan perlu menjadi perhatian.
Di bidang pertanian, tutur Iid, jeda hujan berpotensi menimbulkan hama. Hal ini dikhawatirkan mengganggu proses produksi tanaman dan berpengaruh negatif terhadap panen. ”Informasi tersebut sudah kami sampaikan ke instansi terkait sehingga mereka bisa mengantisipasi,” ujarnya.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Tony Agus Wijaya menuturkan, BMKG terus memantau perubahan cuaca dan menginformasikan kepada publik melalui laman dan media sosial. Dia menuturkan, kepedulian dan kewaspadaan dari masyarakat diperlukan, terutama di daerah rawan bencana, seperti lereng perbukitan.
”Warga di daerah lereng perlu meningkatkan kewaspadaan, terutama jika hujan terjadi selama berhari-hari. Di Jawa Barat, terutama kawasan Bandung Raya, potensi hujan terjadi dari siang hingga malam. Meski singkat, dengan intensitas yang tinggi, apalagi ekstrem, banjir, angin puting beliung, bahkan longsor, bisa saja terjadi,” tuturnya.
Warga di daerah lereng perlu meningkatkan kewaspadaan, terutama jika hujan terjadi selama berhari-hari. Di Jawa Barat, terutama kawasan Bandung Raya, potensi hujan terjadi dari siang hingga malam.
Salah satu daerah dengan potensi longsor tinggi di daerah Bandung Raya terdapat di kawasan perbukitan, seperti Pangalengan dan Arjasari. Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung Hendra Hidayat menuturkan, kawasan perbukitan menjadi rentan bencana akibat kemarau sebelumnya menyebabkan kekeringan yang berdampak pada kondisi tanah.
Selain itu, potensi banjir tahunan juga perlu diwaspadai. Banjir tidak hanya berasal dari luapan Sungai Citarum yang melanda daerah, seperti Kecamatan Bojongsoang, Baleendah, dan Kecamatan Dayeuhkolot. Daerah-daerah ini juga berpotensi mengalami banjir jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
”Kami mengimbau masyarakat membudayakan sadar lingkungan. Jangan sampai membuang sampah sembarangan sehingga menghambat saluran air. Kami juga meminta kewaspadaan aparat kewilayahan di daerah rawan longsor. Warga harus lebih berhati-hati,” ujarnya.