Kadin: Pertanian dan Industri Pangan Butuh Terobosan
›
Kadin: Pertanian dan Industri ...
Iklan
Kadin: Pertanian dan Industri Pangan Butuh Terobosan
Sejumlah pihak menilai perlunya terobosan untuk meningkatkan daya saing pertanian dan industri pangan nasional. Dengan demikian, sektor ini bisa memberikan sumbangan lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Oleh
C Anto Saptowalyono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pihak menilai perlunya terobosan untuk meningkatkan daya saing pertanian dan industri pangan nasional. Dengan demikian, sektor ini bisa memberikan sumbangan lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani, dalam rapat koordinasi nasional bidang agribisnis, pangan, dan kehutanan serta pengolahan makanan dan peternakan di Jakarta, Selasa (5/11/2019), menyatakan, riset dan inovasi pun harus melibatkan pelaku usaha agar hasilnya sesuai kebutuhan, dapat dikomersialkan, dan tidak hanya berupa purwarupa.
Menurut Rosan, ada optimisme di antara pelaku usaha bahwa kontribusi agribisnis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin besar. Kontribusi itu dari sektor di hulu hingga hilir.
Wakil Ketua Umum Bidang Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan Kadin Indonesia Franky O Widjaja berpendapat, apabila ada optimalisasi dalam lima tahun ke depan, sektor agribisnis berpotensi dapat menambah 1-1,5 persen produk domestik bruto Indonesia. Investasi merupakan salah satu kuncinya. ”Kadin Indonesia akan terus menjadi mitra pemerintah dalam menguber potensi ini,” kata Franky O Widjaja.
Menurut Wakil Ketua Umum Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan Kadin Indonesia Juan P Adoe menuturkan, banyak faktor kebijakan dan pelaksanaan yang memerlukan terobosan.
”Melalui inovasi, implementasi teknologi dan industri 4.0, kami harapkan pula ada sebuah perubahan perilaku pasar dan perilaku konsumen,” kata Juan.
Merujuk data Badan Pusat Statistik, Ketua Pelaksana Rakornas Kadin Indonesia Franky Welirang menuturkan, jumlah penduduk Indonesia cukup besar, sekitar 267 juta jiwa. Populasi terus meningkat dan diperkirakan mencapai 357 juta jiwa pada tahun 2035.
Di sisi lain, peningkatan produksi tanaman pangan juga menghadapi tantangan.
Franky menuturkan, tantangan dimaksud mulai dari keterbatasan lahan dan bibit, dukungan teknologi modern yang masih lemah, hingga ancaman dampak negatif perubahan iklim.
”Oleh karena itu, perlu ada terobosan untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan melalui dukungan penyediaan lahan, bibit, teknologi, dan peningkatan daya saing,” ujar Franky.
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan, perlu terus dikembangkan model kemitraan antara petani secara umum dan pengusaha menengah dan besar.
Bambang menuturkan, selama ini ada dikotomi sehingga seolah-olah petani jauh dari dunia usaha. ”Kita harus memosisikan petani sebagai pengusaha di bidang pertanian walaupun masih berskala mikro atau kecil,” ujarnya.
Menurut Bambang, Kementerian Riset dan Teknologi berperan dalam peningkatan produktivitas sektor pertanian. Riset dan inovasi harus didorong agar berujung pada peningkatan produktivitas hasil pertanian.
”Kami akan membangun komunikasi intensif antara Kadin Indonesia, dunia usaha secara umum, Kemenristek, dan lembaga-lembaga penelitian,” ujar Bambang.
Menurut Bambang, diskusi berseri dengan pelaku usaha yang dapat membaca pasar dibutuhkan agar penelitian atau inovasi yang dihasilkan tidak berhenti hanya sebagai prototype atau purwarupa.