Dewan Adat Jayapura meminta pemerintah segera merehabilitasi dan meningkatkan pengawasan Cagar Alam Cycloop beserta kawasan hutan penyangganya.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Dewan Adat Jayapura meminta pemerintah segera merehabilitasi dan meningkatkan pengawasan Cagar Alam Cycloop beserta kawasan hutan penyangganya. Hal ini untuk mencegah banjir bandang disertai longsor kembali terulang seperti yang terjadi pada 16 Maret 2019.
Hal itu diungkapkan Koordinator Dewan Adat Suku Jayapura Daniel Toto, di Jayapura, Papua, Kamis (7/11/2019). Daniel mengatakan, hingga kini, upaya rehabilitasi Cagar Alam Cycloop dan kawasan hutan penyangga serta daerah aliran sungai belum terlihat optimal.
Padahal, sudah ada penandatanganan nota kesepahaman oleh 17 lembaga tentang rehabilitasi Cagar Alam Cycloop dan kawasan penyangga serta Daerah Aliran Sungai Sentani dan Tami di Sentani, ibu kota Kabupaten Jayapura, 1 April 2019.
Pihak yang menandatangani kesepakatan tersebut antara lain Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Pemerintah Provinsi Papua, serta Pemerintah Kabupaten dan Kota Jayapura.
Saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi, material dari Pegunungan Cycloop dapat terbawa masuk ke wilayah Sentani.
”Dari temuan kami, masih terdapat aktivitas warga di kawasan cagar alam dan penyangga. Hal ini menunjukkan belum terlihat upaya perlindungan Cycloop,” tutur Daniel.
Ia mengatakan, diperlukan komitmen untuk perlindungan kawasan Cagar Alam Cycloop dan penyangganya. Apalagi, Papua sudah memasuki musim hujan pada November ini. ”Saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi, material dari Pegunungan Cycloop dapat terbawa masuk ke wilayah Sentani. Hal ini dapat membahayakan warga setempat,” ujarnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua Welliam Manderi mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura untuk perlindungan Cycloop.
”Kami memastikan rencana aksi rehabilitasi dan perlindungan Cycloop akan segera terlaksana. Kami berharap pemda setempat turut aktif untuk melaksanakan kegiatan ini,” kata Welliam.
Kepala Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Papua Edward Sembiring mengatakan, rehabilitasi kawasan Cagar Alam Cycloop seluas 1.500 hektar akan dimulai bulan ini.
”Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Memberamo, Provinsi Papua, akan menyeleksi pihak yang melaksanakan tender rehabilitasi Cycloop. Kami juga telah menyiapkan ribuan bibit pohon endemik khas Cycloop untuk kegiatan penanaman,” papar Edward.
Adapun dampak banjir bandang di Kabupaten Jayapura pada 16 Maret 2019 tersebar di tiga kelurahan dan lima kampung di empat distrik, yakni Sentani, Waibu, Sentani Barat, dan Ravenirara. Sebanyak 106 orang meninggal, 153 orang luka berat, 768 orang luka ringan, dan 17 orang belum ditemukan hingga kini.
Total kerugian akibat banjir bandang tersebut mencapai Rp 506 miliar. Adapun fasilitas publik yang mengalami kerusakan antara lain 7 jembatan, jalan sepanjang 21 kilometer, 21 sekolah, 115 ruko, dan 5 tempat ibadah.
Sementara itu, rumah yang mengalami kerusakan meliputi 291 rusak berat, 209 rusak sedang, dan 1.288 rusak ringan. Ada pula 1.639 rumah warga di pinggiran Danau Sentani yang tergenang air.