Cristiano Ronaldo berperan tidak kasat mata saat Juventus membekap Lokomotiv Moskwa 2-1. Kemenangan itu membuat Juve meraih tiket babak 16 besar di Liga Champions diikuti Bayern Muenchen dan Paris Saint-Germain.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
MOSKWA, KAMIS - Pemilik lima gelar pemain terbaik dunia, Cristiano Ronaldo, tidak masuk daftar pencetak gol saat timnya, Juventus, menumbangkan tuan rumah Lokomotiv Moskwa 2-1 pada laga keempat Grup D Liga Champions Eropa, Kamis (7/11/2019) dini hari WIB. Tidak seperti biasanya, ia bahkan ditarik keluar pada laga itu.
Raut muka kecewa dan kesal terpancar di wajah Ronaldo saat ditarik keluar Pelatih Juventus Maurizio Sarri menit ke-82. Digantinya Ronaldo sebelum laga berakhir adalah pemandangan langka pada dua musim terakhir di Juve. Mantan bintang Real Madrid itu dikenal sangat ngotot di lapangan sehingga pelatih selama ini sungkan menggantinya.
”Ronaldo tidak dalam kondisi bagus mengingat kondisi lututnya yang masih dalam pemulihan beberapa hari terakhir. Saya khawatir dia menyakiti dirinya sendiri jika memaksakan diri bermarin seperti tadi dan terus berlari. Maka itu, saya menariknya keluar,” ujar Sarri dikutip Football-Italia.
Meskipun tidak dalam kondisi bagus, sentuhan Ronaldo terasa pada dua gol Juve di Arena RCD Moskwa, yang masing-masing dicetak Aaron Ramsey dan Douglas Costa. Juve seperti Ronaldo di laga itu. Mereka tampil ngotot sejak menit pertama hingga akhir meskipun sempat tertekan oleh serangan balik berbahaya Lokomotiv.
Gol pertama mereka yang dicetak Ramsey di menit ke-3 misalnya, tidak terlepas dari peranan ”CR7”, julukan Ronaldo. Penyerang yang menyamai rekor legenda AC Milan Paolo Maldini, yaitu 174 kali tampil di kompetisi antarklub Eropa, itu melakukan keahlian khasnya yaitu tendangan bebas. Bola tendangan keras Ronaldo dari jarak 27 meter itu gagal ditangkap sempurna Guilherme Alvin, kiper Lokomotiv.
Bola pun meluncur pelan ke arah gawang tuan rumah. Ramsey, yang tidak terkawal lawan, lantas menceploskan bola ke gawang untuk memastikan gol pertama Juve. Uniknya, dalam selebrasi golnya itu, Ramsey justru meminta maaf ke Ronaldo. Ia merasa telah mencuri gol dari rekannya itu. Saat itu, bola bisa saja melewati garis gawang tanpa dibantu Ramsey.
CR7 hanya tersenyum kecut mendengar permintaan maaf Ramsey itu. ”Saya mengira kiper masih bisa mengambil bola. Lalu, insting mendorong saya mengambil alih proses (gol) untuk memastikan bola melewati garis gawang. Maafkan saya Ronaldo,” ujarnya seusai laga itu seperti dikutip Goal.com.
Juve sempat kewalahan meladeni permainan tidak kalah ngotot serta serangan balik Lokomotiv. Gawang mereka pun kebobolan di menit ke-12. ”Si Nyonya Besar” bahkan bisa saja kalah jika Leonardo Bonucci, bek dan kapten tim yang berdiri tepat di garis gawang, tidak memblok bola tendangan geladang Lokomotiv, Joao Mario, di pengujung laga. Saat itu, kiper Juve, Wojciech Szczesny, meninggalkan posisinya di depan gawang.
Ketika laga seolah akan berakhir imbang 1-1, Costa—yang tampil sebagai pemain pengganti—menunjukkan momen ajaib. Persis di pengujung laga, Costa melakukan drible melewati dua bek lawan dan mengecoh kiper bak tarian Samba. Pertunjukkan memukaunya itu berbuah gol kemenangan Juve di menit injury time 90+3.
Transformasi
Gol Costa itu seolah mewakili transformasi Juve bersama Ronaldo dan pelatih barunya, Sarri. Gol dramatis itu tidak mungkin terjadi tanpa tekad kuat dan fisik prima. Dalam hal ini, ungkap Costa, Ronaldo sangat berjasa. Ia bercerita, kehadiran Ronaldo dua musim terakhir di Juve membuat lemak ”menghilang” dari klub Italia itu.
”Anda sering melihat Ronaldo tanpa kaus. Fisiknya menakjubkan. Itu mendorong setiap orang di tim ini ingin memiliki tubuh dan fisik sepertinya. Persentase lemak tubuh di tim ini turun drastis sejak ia tiba,” ujar Costa.
Di era Sarri, latihan fisik lebih digenjot ketimbang pelatih sebelumnya, Massimiliano Allegri. Para pemain dituntut lebih sering menekan lawan dan mengejar bola sepanjang laga.
Berkat pendekatan baru itu, Juve menjadi satu-satunya tim selain Liverpool yang tidak terkalahkan musim ini. Mereka pun lebih dini meraih tiket babak 16 besar Liga Champions.
Juve memuncaki grup D Liga Champions musim 2019-2020 dengan keunggulan tiga poin dari Atletico Madrid, wakil Spanyol yang dibekap Bayer Leverkusen, kemarin. Langkah Juve memastikan tempat di babak gugur ini diikuti dua klub lainnya, Paris Saint-Germain dan Bayern Muenchen. Kedua tim raksasa itu mengemas poin sempurna, yaitu 12 dari empat laga penyisihan grup.
Raihan tiket babak 16 besar itu didapat Bayern seusai membekap Olimpiakos Piraeus 2-0 di Stadion Allianz, Muenchen. Kemenangan itu menandai sinyal positif Bayern sepeninggal pelatih Niko Kovac yang dipecat akhir pekan lalu. Kovac dianggap gagal mengangkat performa bayern yang terpuruk di Liga Jerman. Mereka kini berada di posisi keempat, posisi janggal bagi penguasa Jerman itu.
Saat menghadapi Piraeus, Bayern dipimpin Hans Flick, asisten Kovac yang diangkat sebagai pelatih interim. ”Situasinya tidak mudah bagi kami. Namun, kami mampu mengimplementasikan hasil latihan pada laga ini. Saya puas dengan penampilan tim. Namun, tugas saya hanya untuk dua laga,” ujar Flick, yang asisten pelatih timnas Jerman saat menjadi juara dunia 2014. (AFP/Reuters)