Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim meminta keamanan murid, guru, dan orangtua harus nomor satu sehingga masyarakat bisa belajar dengan aman dan senang.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
PASURUAN, KOMPAS — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim meminta semua pihak bekerja sama mencegah terulangnya kasus sekolah ambruk, seperti terjadi di SDN Gentong, Kota Pasuruan, Jawa Timur, Selasa (5/11/2019). Keamanan murid, guru, dan orangtua harus menjadi hal nomor satu sehingga masyarakat bisa belajar dengan aman dan senang.
Penegasan itu disampaikan Nadiem saat meninjau lokasi sekolah ambruk di SDN Gentong, Kamis (7/11/2019). Selain melihat kondisi sekolah, Nadiem juga menyampaikan ucapan dukacita ke rumah korban meninggal.
”Ini hari yang menyedihkan. Saya melihat ada empat kelas ambruk, ada dua korban, yaitu satu guru dan satu murid. Saya ucapkan belasungkawa dan turut berdukacita untuk keluarga korban. Setelah ini saya akan mengunjungi keluarga korban,” kata Nadiem.
Kejadian itu, menurut Nadiem, merupakan hal yang tidak bisa diterima. ”Harusnya kita lakukan hal yang lebih baik lagi dari semua pihak, baik dari pusat maupun pemerintah daerah. Semua harus bekerja sama, gotong royong, untuk memastikan hal ini tidak terjadi lagi,” katanya.
Menteri Nadiem sudah mengirim tim dari Kemendikbud untuk menginvestigasi peristiwa itu. Tim Inspektorat Jenderal segera menginvestigasi kejadian itu.
Harapan serupa juga disampaikan Zubair (39), ayah Irza Almira (8), siswi kelas 2 SDN Gentong yang menjadi salah satu korban meninggal. ”Saya berharap tidak ada kejadian roboh seperti ini lagi. Nanti jika sekolah dibangun lagi, bahan-bahannya harus lebih kuat. Jangan bahan-bahannya dikorupsi,” katanya.
Sebelumnya, Selasa (5/11/2019), atap empat kelas di SDN Gentong, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, ambruk saat proses belajar-mengajar. Reruntuhan atap menimpa sejumlah siswa dan guru, menyebabkan Selvyna Arsy Wijaya (19), seorang guru pengganti yang saat itu mengajar kelas 5, serta Irza Almira (8), siswa kelas 2, tewas. Sejumlah siswa lain mengalami luka-luka.
Atas ambruknya atap kelas di SDN Gentong, polisi menyelidiki dugaan kelalaian dalam renovasi sekolah pada 2017 itu. ”Kami sudah memeriksa empat saksi dan akan kembali memanggil saksi lain untuk mendalami penyebab kejadian ini,” kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Frans Barung Mangera.
Saksi
Empat saksi yang telah dimintai keterangan adalah Retno Tri Handoko (43), ASN pada Dinas Pendidikan Kota Pasuruan yang saat ini menjadi Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pendidikan Kota Pasuruan; Lukman Santoso (38) selaku Direktur CV Andalus; Sudendy Sasmita Mulya (40) selaku Direktur CV DHL Putra; dan Mochammad Rizal (42), PNS RSUD dr R Soedarsono Kota Pasuruan yang menjadi Pejabat Pembuat Komitmen pada Dinas Pendidikan Kota Pasuruan saat pekerjaan rehabilitasi ruang kelas SDN Gentong Kota Pasuruan tahun 2012. Renovasi sekolah dilakukan tahun 2012 (sebelumnya ditulis 2017).
”Direncanakan akan segera diundang untuk dimintai keterangan lima orang lagi,” kata Barung.
Lima orang dimaksud Barung adalah Ida Ariyani, Kepala SDN Gentong yang juga menjadi ketua panitia pembangunan rehab ruang kelas SDN Gentong tahun 2012; Machefa selaku bendahara SDN Gentong Kota Pasuruan yang saat itu juga menjabat bendahara panitia pembangunan sekolah dalam pengerjaan rehab ruang kelas SDN Gentong Kota Pasuruan tahun 2012; Dedik selaku pekerja pada rehab kelas SDN Gentong tahun 2012; Sutaji Efendy selaku penanggung jawab teknis dalam panitia pembangunan sekolah pada pekerjaan rehab ruang kelas SDN Gentong Kota Pasuruan tahun 2012; serta Subandrio selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Pasuruan pada 2012.