Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menegaskan, tidak ada maksud untuk menyinggung partai mana pun, termasuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dalam pidato pembukaan Kongres II Nasdem.
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menegaskan, tidak ada maksud untuk menyinggung partai mana pun, termasuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dalam pidato pembukaan Kongres II Nasdem. Saat itu, ia menyebut ada partai nasionalis dan pancasilais yang sinis terhadap langkah politik Nasdem.
”PDI-P kan sahabat. (Nasdem) bersahabat dengan semuanya. Untuk apa saling menyinggung,” kata Paloh di sela-sela hari kedua Kongres II Nasdem, Sabtu (9/11/2019), di Jakarta.
Paloh menilai, seharusnya tidak ada prasangka buruk yang terjadi di antara partai politik di Indonesia. Menurut dia, Indonesia sebagai bangsa membutuhkan kekompakan dan persatuan bersama dalam menghadapi persaingan global saat ini.
”Pikiran besar yang harus ditawarkan terus-menerus, bukan pikiran yang introvert, yang membawa masalah ke ranah perasaan dan sentimental serta prasangka macam-macam,” ucap Paloh.
Pernyataan Paloh tersebut menanggapi penilaian yang disampaikan Ketua DPP PDI-P Andreas Hugo Pareira terhadap pidato Paloh pada pembukaan Kongres II Nasdem, Jumat malam.
Menurut Pareira, Paloh terlalu ”emosional” dalam menanggapi sindiran Presiden Joko Widodo mengenai manuver Paloh yang bertemu dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman.
Ia menilai, tidak sepatutnya Paloh menghubungkan identitas ideologi partai lain dengan sentimen-sentimen yang muncul akibat pertemuan Paloh-Sohibul.
”Karena itu, menurut saya, tuduhan (Paloh) soal partai pancasilais pun menjadi terlalu emosional,” kata Pareira.
Paling nasionalis, paling pancasilais
Saat membuka Kongres II Nasdem, Paloh berbicara mengenai kondisi iklim politik yang disebutnya penuh ”kecurigaan” setelah pertemuan tingkat tinggi Nasdem dengan partai oposan, PKS, yang berlangsung pada akhir Oktober lalu.
Sejumlah pihak, baik dari sesama partai pengusung pemerintah maupun akademisi dan masyarakat, manuver Nasdem tersebut adalah sebuah penjajakan untuk menyongsong Pemilu 2024.
Paloh menganggap kecurigaan tersebut sebagai sebuah diskursus politik paling picisan di negeri ini sebab, menurut dia, pertemuan Nasdem-PKS adalah sekadar silaturahmi semata.
Paloh pun lanjut menyinggung sebuah partai yang dianggapnya mengaku nasionalis dan pancasilais, tetapi bersikap sinis terhadap langkah-langkah Nasdem yang merangkul teman.
”Mengakunya partai nasionalis, partai pancasilais. Ya, buktikan saja! Rakyat butuh pembuktian mana partai yang masih melambangkan nilai pancasilais. Kalau partai yang masih cynical, propaganda kosong, mengajak perkelahian satu sama lain, sudah pasti bukan pancasilais itu,” tutur Paloh dalam pidato pembukaannya.
Pidato Paloh itu menjadi salah satu poin penting dalam rangkaian manuver Nasdem akhir-akhir ini. Sebelumnya, dalam acara peringatan 55 tahun Partai Golkar, Presiden Jokowi menyinggung mengenai pertemuan Paloh dan Sohibul yang tampak akrab dan hangat.
”Tidak pernah saya dirangkul oleh Bang Surya seerat seperti ia merangkul Pak Sohibul Iman,” ujar Jokowi saat itu.
Pemberdayaan pertanian
Selain sidang pleno yang digelar tertutup, Partai Nasdem juga menggelar pameran teknologi pertanian pada hari kedua kongresnya. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo adalah salah satu fungsionaris pusat Nasdem.
Dalam ruang Junior Ballroom JIExpo Kemayoran, terdapat 10 booth perusahaan teknologi pertanian, dari perusahaan rintisan yang membuat prototipe pesawat nirawak (drone) penyiram perkebunan hingga perusahaan alat pertanian multinasional.
Syahrul mengatakan, Nasdem sebagai partai tidak ingin kegiatan kongres hanya berisi agenda-agenda politik dan organisasi. Nasdem juga berkeinginan untuk memberikan tawaran solusi nyata bagi masyarakat.
”Pada saat ini tidak ada partai politik yang menyelenggarakan kongres dan berusaha melengkapi dirinya dengan mencoba mendekatkan aplikasi kehidupan yang nyata dari tantangan bangsa ini,” ucapnya.
Syahrul menilai, Indonesia sudah memiliki modal yang yang melimpah untuk meningkatkan produktivitas pertanian, dari iklim yang tergolong tropis hingga jumlah sumber daya manusia yang banyak.
Oleh karena itu, untuk memaksimalkan potensi tersebut, Indonesia membutuhkan riset teknologi dan keterampilan yang lebih baik. Sebab, teknologi akan mengurangi ongkos produksi kegiatan pertanian. ”Bagaimana produktivitas pertanian ini mau diangkat? Perlu cara untuk mengurangi cost produksi pertanian sehingga keuntungan dinikmati petani,” kata Syahrul.