Sisi jalan menuju Danau Kerinci, Jambi, penuh dengan umbul-umbul, Jumat (8/11/2019) sore. Di depan dermaga danau itu, pebalap sepeda Tour de Singkarak 2019 menuntaskan etape ketujuh.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·2 menit baca
JAMBI, KOMPAS - Sisi jalan menuju Danau Kerinci, Jambi, penuh dengan umbul-umbul, Jumat (8/11/2019) sore. Di depan dermaga danau itu, pebalap sepeda Tour de Singkarak 2019 menuntaskan etape ketujuh.
Warga Kerinci mengerubungi titik finis. Mereka menunggu kedatangan 75 pebalap yang mengayuh sepeda dari Kayu Aro.
Menjelang pebalap datang, langit tiris. Sebagian penonton berteduh di tenda-tenda. Ada pula yang berlindung di bawah payung.
Di antara penonton itu, ada dua pria yang memboyong keluarganya. Selain belum pernah menyaksikan balap sepeda secara langsung, mereka juga punya misi lain: mengenangkan masa lalu.
"Awak di danau kini. Awak libur dulu," demikian Arwis (60) menjawab panggilan telepon dari induk semangnya. Ia sengaja meliburkan diri untuk menonton balap sepeda jalan raya ini.
Arwis bekerja sebagai penyuplai barang dagangan untuk warung-warung di kampungnya, Hamparan Rawang, Sungai Penuh, sekitar satu jam perjalanan dari Danau Kerinci. "Kito penasaran, kek apo betul balap kereta angin itu," katanya. Arwis menyebut sepeda sebagai kereta angin, istilah lawas untuk kendaraan tak bermesin itu.
Arwis akrab dengan sepeda. Lebih dari sepertiga hidupnya berada di atas sepeda. Sejak tahun 1980 hingga 2002, ia menggunakan sepeda untuk mengangkut gabah. Gabah diangkut dari sawah ke penggilingan.
"Dulu awak punya (sepeda) Phoenix, rasanya sudah mewah sekali punya itu di tahun 80\'an," katanya.
Memasuki tahun 2002, sepeda ontel ia tinggalkan, berganti dengan bentor: becak motor. Tetapi kenangan akan sepeda tetap hinggap di kepalanya.
Kenangan mengayuh kereta angin juga mengantarkan Kepin (64) ke Dermaga Kerinci. Ketika masih bujangan, ia pernah bersepeda dari Kayu Aro-Danau Kerinci. Sewaktu masih bujangan, ia pernah punya sepeda jadul buatan Inggris: raleigh.
"Lemah nian rasanya paha awak mengayuh dari Kayu Aro ke sini (Danau Kerinci)," kenang pedagang sate ini. Ia mengaku heran ketika mengetahui para pebalap telah mengayuh sepeda dengan jarak ratusan kilometer sebelum sampai di etape tujuh.
Untuk pertama kali, rute Tour de Singkarak 2019 menempuh wilayah Jambi, khususnya etape ketujuh dan kedelapan. Atas dasar inilah warga Kerinci tumpah ruah menyaksikan balapan yang pertama kali di kampung mereka.
Bupati Kerinci Adirozal mengaku senang karena Tour de Singkarak 2019 melintas di Kerinci. Masyarakat Kerinci pun turut beramai-ramai datang ke start, finis, juga di sepanjang etape lomba.
"Tadi ada laporan, ini etape paling ramai penontonnya," katanya.
Ia menyadari bahwa sebagai tuan rumah banyak hal yang harus diperbaiki. Penginapan belum memadai untuk menampung atlet dan ofisial. Di sisi lain, jalan juga masih ada yang belum bagus.
"Akan terus kami perbaiki di masa datang," katanya.