Perbuatan baik yang dilakukan seseorang melampaui pertanyaan orang pada agama yang dianut orang itu. Sebab, kebaikan adalah tuntutan kemanusiaan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·4 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Perbuatan baik yang dilakukan seseorang mampu melampaui pertanyaan orang pada agama yang dianut orang itu. Sebab, kebaikan adalah tuntutan kemanusiaan,
Hal itu dikatakan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Cilacap KH Ahmed Shoim El Amin, Jumat (8/11/2019) malam, seusai memberikan pengajian bagi karyawan Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS) di Akademi Maritim Nusantara, Cilacap. Pengajian digelar dalam rangkaian perayaan 50 tahun imamat Pastor Charles Patrick Edward Burrows OMI (76) atau dikenal dengan Romo Carolus di Cilacap, Jawa Tengah.
Selama setengah abad menjadi imam atau pastor Gereja Katolik, Romo Carolus setia melayani kemanusiaan di tengah keberagaman tanpa memandang suku serta agama. ”Beliau adalah orang baik. Banyak sekali kebaikan yang telah dipersembahkan untuk masyarakat. Saya yakin, kalau kita berbuat baik, masyarakat tidak akan pernah tanya apa agamamu. Karena kebaikan itu adalah tuntutan kemanusiaan itu sendiri,” tutur KH Ahmed Shoim El Amin atau Gus Shoim.
YSBS didirikan Romo Carolus pada 1976. Dari catatan Kompas (5/7/2012), melalui yayasan ini, ia membangun 5 TK, 2 SD, 8 SMP, 3 SMA, dan 1 akademi maritim, yaitu Akademi Maritim Nusantara. Romo Carolus percaya bahwa pendidikan adalah hak semua anak. Pendidikan juga membebaskan orang dari kemiskinan dan kebodohan.
Pendidikan juga membebaskan orang dari kemiskinan dan kebodohan.
Di sekolah yang didirikan, murid pun mendapatkan pelajaran agama sesuai agama orangtua, jauh sebelum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diterapkan. Romo juga membantu perbaikan mushala, memberdayakan perekonomian warga khususnya dengan berbagai pola termasuk usaha bersama, credit union, dan tanggung renteng.
Karya Romo Carolus tersebar di Kabupaten Cilacap, termasuk di Kampung Laut, Majenang, Sidaeraja, Kawunganten, Kabupaten Banyumas seperti di Sokaraja, dan Yogyakarta. Pada perayaan ulang tahun 50 tahun imamat itu, sekitar 500 karyawan hadir berpesta. Para karyawan tidak hanya beragama Katolik dan Kristen, tetapi sebagian besar adalah Islam.
”Dampak sosial yang saya tahu, banyak sekali manfaatnya. Saya pernah wawancara dengan masyarakat yang seagama dengan saya, Muslim. Mereka mendapat manfaat dari YSBS ini dan tidak ada persyaratan agama di dalamnya. Mereka bahkan didukung melakukan kegiatan keagamaan sesuai yang diyakini,” papar Gus Shoim.
Menurut Gus Shoim, keberadaan YSBS yang sudah sangat lama di tengah masyarakat menjadi bukti bahwa kehadiran Romo Carolus beserta karyanya bermanfaat. ”Tidak ada menimbulkan kekeruhan sosial. Kalau menimbulkan kekeruhan sosial, sudah pasti tidak akan bisa lama,” ujarnya.
Perayaan 50 tahun imamat dirayakan sejak Jumat pagi. Para karyawan berdinamika bersama dalam kegiatan lomba dan pada petang hari mereka mendoakan Romo Carolus. Umat Islam menggelar pengajian di Aula Akademi Maritim Nusantara yang dipimpin Gus Shoim dan umat Katolik menggelar perayaan ekaristi di Kapel St Eugenius De Mazenod.
Selanjutnya, perayaan ramah-tamah digelar bersama dengan berbagai hiburan dari karyawan. Ada yang membawakan tari-tarian, paduan suara, hingga hadroh. ”Sangatlah menyenangkan berkarya bersama masyarakat untuk membuat dunia ini lebih enak dihuni oleh kita bersama-sama,” kata Romo Carolus.
Ia menambahkan, kebersamaan adalah wujud dari suasana Kerajaan Allah di mana terdapat suasana saling menghargai dan mengasihi. ”Selama pengabdian 50 tahun, ada ribuan orang menyumbang untuk membuat jalan di desa-desa, untuk membeli makanan bagi orang yang berkekurangan dan mengalami bencana. Kita bahagia asal berusaha membahagiakan orang lain. Sejauh itu kita menjadi orang yang bahagia,” papar Romo Carolus.
Ia juga berharap bangsa Indonesia semakin bersatu dan Pancasila jadi dasar kehidupan bersama-sama. Dengan persatuan, lanjut Romo, diharapkan masyarakat kian sejahtera dan hidup penuh damai.
Provinsial Oblat Maria Immaculata Indonesia Pastor Tarsisius Eko Saktio menyampaikan, selama 50 tahun Romo Carolus menyerahkan hidupnya untuk berkarya demi menghadirkan cinta kasih tanpa memandang suku dan agama. ”Ini patut jadi contoh bagi kita. Kadang orang mementingkan perbedaan, suku dan agama. Mari hadirkan kebaikan dan kerukunan di tempat masing-masing sehingga tercipta perdamaian di dunia,” kata Eko.
Memet (50), salah satu karyawan YSBS yang bertugas sebagai pembina dan konservasi di Nusakambangan, mengatakan senang bekerja sama dengan Romo Carolus. Dalam karyanya, Romo tidak pernah membicarakan soal agama. ”Romo ramah dengan warga dan berwibawa. Beliau tidak pernah omong agama,” ucap Memet yang bekerja di YSBS sejak 2009.
Romo ramah dengan warga dan berwibawa. Beliau tidak pernah omong agama.
Dari catatan Kompas (27/5/2012), penerima anugerah Maarif Award 2012 ini selama berinteraksi dengan umat lain lebih senang melepaskan ”seragam” agamanya. Karya kemanusiaan yang nyata dan inklusif di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan, dan infrastruktur dilakukan sejak 1973.
Romo Carolus yang lahir di Dublin, Irlandia, 4 April 1943, adalah anak keempat dari lima bersaudara. Dia masuk novisiat Oblat Maria Immaculata tahun 1962 dan ditahbiskan menjadi imam pada 1969. Romo yang resmi menjadi WNI tahun 1983 itu juga dikenal sebagai romo yang menolak hukuman mati.
Sembari mempersembahkan ekaristi di salah satu lembaga pemasyarakatan di Nusakambangan, Romo juga memberi perhatian pada penghijauan kembali lahan gundul di sana (Kompas, 15/7/2012).