JAKARTA, KOMPAS— Setelah 74 tahun kemerdekaan Indonesia, seluruh tim perumus kemerdekaan akhirnya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Tahun ini, tiga anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia/Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI/PPKI yang tersisa dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Tiga tokoh bangsa lainnya juga ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Salah satu anggota perumus kemerdekaan yang ditetapkan adalah Abdul Kahar Muzakkir, intelektual Muhammadiyah yang ikut merumuskan Pancasila bersama Panitia Sembilan lainnya. Anggota BPUPKI/PPKI lain yang mendapat gelar Pahlawan Nasional adalah tokoh Nahdlatul Ulama, pemimpin Barisan Sabilillah, yang pernah menjadi menteri agama di era pemerintahan Soekarno-M Hatta, M Masjkur. Alexander Andries Maramis yang juga masuk Panitia Sembilan dan pernah menjadi menteri keuangan juga diberi gelar yang sama.
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional dilakukan pada upacara yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (8/11/2019). Selain kepada tiga anggota BPUPKI, pemerintah juga memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada tiga tokoh lain. Selain Profesor Dr M Sardjito, Guru Besar Emeritus Fakultas Kedokteran UGM, yang namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit di Yogyakarta, ada juga Sultan Himatayuddin Muhammad Saidi (Sultan Buton), dan Ruhana Kudus, wartawati sekaligus Pemimpin Redaksi Soenting Melajoe, surat kabar perempuan yang terbit di Padang, Sumatera Barat.
Keenam tokoh itu ditetapkan lewat Keputusan Presiden Nomor 120 Tahun 2019 yang ditandatangani sehari sebelumnya. Presiden Jokowi memberikan plakat dan salinan kepada para ahli waris. Penganugerahan gelar pahlawan nasional merupakan agenda rutin menjelang Hari Pahlawan, 10 November. Penetapan dilakukan setelah proses pengusulan dan seleksi oleh Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
Wakil Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Jimly Asshiddiqie menjelaskan, awalnya, Kementerian Sosial mengajukan 20 nama calon pahlawan. Nama-nama diperoleh dari usulan provinsi dan kabupaten.
Jimly mengatakan, Kahar, Masjkur, dan Maramis merupakan anggota BPUPKI/PPKI terakhir yang belum jadi Pahlawan Nasional. ”Tiga anggota BPUPKI/PPKI yang tersisa ketinggalan belum dapat anugerah,” katanya.
Ruhana disebutnya perempuan pertama yang berjasa di bidang jurnalistik dan pendidikan. Sardjito dinilai berjasa di bidang kedokteran, kesehatan, dan pendidikan. Adapun Sultan Himayatuddin karena keberaniannya melawan penjajahan Belanda.
Pemberian gelar Pahlawan Nasional disambut baik oleh keluarga. Siti Jauharoh, putri Mudzakkir, aktivis Aisyiyah, berharap, generasi muda mau meneladani semangat perjuangan para pahlawan.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan, gelar itu membuktikan pengakuan atas jasa dan pengabdian tokoh kemerdekaan yang juga Muhammadiyah. Apresiasi juga diberikan Ketua Yayasan Sabilillah bidang Sosial, Ekonomi, dan Kemasyarakatan M Mas’ud Said. (NTA)