Roger Federer dan Novak Djokovic sudah harus saling menyingkirkan, padahal turnamen akhir musim Final ATP belum mencapai babak empat besar.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
LONDON, SELASA - Roger Federer dan Novak Djokovic, dua petenis putra yang mendominasi gelar juara Final ATP dalam 15 tahun terakhir akan bersaing dalam laga penentu pada turnamen di pengujung musim tersebut. Tetapi, persaingan mereka tidak terjadi di final. Mereka harus memperebutkan satu tiket semifinal untuk mendampingi Dominic Thiem. Sang pemenang melaju, yang kalah tersisih.
Pertemuan akan terjadi di The O2 Arena, London, Inggris, Kamis (14/11/2019), dalam laga terakhir babak penyisihan Grup Bjorn Borg. Pertemuan ke-49 antara Federer (enam kali juara Final ATP) dan Djokovic (lima kali juara) akan membuat salah satu dari mereka tersisih, setelah keduanya sama-sama harus mengakui keunggulan Thiem (26), petenis Austria peringkat kelima dunia.
Djokovic kalah 7-6 (7-5), 3-6, 6-7 (5-7) pada pertandingan yang berlangsung Selasa malam atau Rabu (13/11) dini hari WIB, dalam laga yang berlangsung selama 2 jam 47 menit. Adapun Federer, yang mengalahkan Matteo Berrettini dan menghidupkan kembali peluang ke semifinal, ditaklukkan Thiem pada Minggu.
Kemenangan beruntun atas dua petenis ”Big 3” memastikan Thiem ke semifinal sebagai juara Grup Bjorn Borg. Satu tiket lain, sebagai peringkat kedua grup, akan diperebutkan Federer dan Djokovic.
”Saya masih berada di sini dan akan bersaing dengan Roger. Pemenang ke semifinal, kalah tak lolos. Sesederhana itu,” kata Djokovic, menanggapi hasil yang diraihnya.
Tiket semifinal
Setelah lima kali bertemu dalam turnamen yang hanya diikuti delapan petenis terbaik pada setiap musim itu, baru kali ini Federer dan Djokovic bersaing memperebutkan satu tiket tersisa ke semifinal. Dua dari lima pertemuan itu terjadi pada final 2012 dan 2015 yang dimenangi Djokovic. Pertemuan pertama pada Final ATP terjadi di babak semifinal yang dimenangi Federer.
Pertemuan pada penyisihan grup terjadi pula pada 2013 dan 2015, namun keduanya tetap lolos ke semifinal. Djokovic unggul 3-2 dalam persaingan di London.
”Saya sangat senang akan melawan Novak pada Kamis nanti. Saya tak pernah berharap untuk tidak berada satu grup dengannya. Saya hanya harus fokus pada permainan saya, dan tampil dengan kemampuan terbaik,” ujar Federer.
Dua petenis itu, bersama petenis Spanyol Rafael Nadal, diberi julukan ”Big 3”, karena dominasi ketiganya pada persaingan papan atas tenis putra dunia selama lebih dari satu dekade terakhir. Meski Nadal yang jago lapangan tanah liat belum sekalipun menjadi juara turnamen Final ATP, Federer dan Djokovic tetap mendominasi turnamen ini.
Federer adalah petenis dengan gelar terbanyak, enam kali, yang diraihnya pada tahun 2003, 2004, 2006, 2007, 2010, dan 2011. Adapun Djokovic, dengan gelar juara pada 2008, 2012-2015, bergabung bersama Ivan Lendl dan Pete Sampras sebagai pemilik lima gelar juara.
Dengan reputasi tersebut, dan penampilan yang masih konsisten meski telah berusia lebih dari 30 tahun, Federer dan Djokovic sebenarnya menjadi favorit semifinalis dari Grup Bjorn Borg. Di Grup Andre Agassi, Nadal yang bersaing dengan Alexander Zverev (22), Stefanos Tsitsipas (21), dan Daniil Medvedev (23), termotivasi karena belum pernah juara dan dalam persaingan dengan Djokovic menuju petenis nomor satu dunia akhir 2019.
Namun, anak-anak muda yang menjadi pesaing ”Big 3” dalam Final ATP kali ini memberi perlawanan. Selain Thiem yang mengalahkan Djokovic dan Federer, Zverev juga tampil gemilang dengan menaklukkan Nadal, Senin. Setelah dikalahkan Zverev, Nadal pun berada pada posisi terbawah klasemen Agassi grup di bawah para pesaingnya.
Hasil tersebut membuat Nadal tak boleh kalah dalam dua pertandingan lain, salah satunya melawan Medvedev pada Rabu WIB. laga ini menjadi ulangan pertemuan terakhir mereka yang dimenangi Nadal dalam final Grand Slam AS Terbuka, September.
Pertandingan terbaik
Thiem, yang lolos ke Final ATP sejak 2016 namun tak pernah ke semifinal menilai, penampilan saat melawan Djokovic sebagai pertandingan terbaiknya.
”Saya harus bermain seperti tadi untuk mengalahkan Novak. Membutuhkan upaya khusus untuk melawan semua petenis yang lolos ke sini. Saya berhasil melakukannya melawan Roger dan Novak. Apalagi, Novak adalah petenis terbaik saat ini,” tutur Thiem yang akan berhadapan dengan peringkat kedua Grup Andre Agassi di semifinal.
Penampilan luar biasa Thiem, yang lima kali mengalahkannya dari enam pertemuan terakhir, diakui Djokovic. Sepuluh kali bertemu sebelum bersaing di London membuat Djokovic hafal karakter permainan Thiem.
Akan tetapi, petenis Austria itu bermain dengan gaya berbeda di The O2 Arena. Dia lebih agresif dengan sering mendekat ke net. Gaya mainnya itu menghasilkan 51 winner, lebih banyak dari 27 winner yang dibuat Djokovic.
”Dominic memukul dengan keras di setiap pukulan. Backhand down the line-nya juga akurat. Saya telah berjuang, tetapi Dominic tampil fenomenal,” puji Djokovic. (AFP)