logo Kompas.id
Perlukah Memiliki Perlindungan...
Iklan

Perlukah Memiliki Perlindungan Kesehatan Ganda?

Sudah punya fasilitas jaminan kesehatan dari kantor dan BPJS Kesehatan, masih perlukah asuransi kesehatan mandiri? Kapan paling tepat membeli polis asuransi kesehatan? Apakah perlu asuransi kesehatan penyakit kritis?

Oleh
Joice Tauris Santi
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/8VRbyW2V5YH9v_9Z-1N7sUtklQQ=/1024x1019/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F12%2FJOE-sketsa.jpg
Handining

Anastasia Joice Tauris Santi, wartawan Kompas

Banyak perusahaan memberikan fasilitas jaminan kesehatan yang cukup baik kepada para karyawan.

Perusahaan mengganti biaya rawat inap, rawat jalan, imunisasi, hingga membeli kaca mata. Tidak hanya untuk karyawan, tetapi juga untuk keluarga karyawan.

Situasi seperti ini terkadang membuat karyawan menjadi terlena. Di satu sisi, tunjangan kesehatan yang bagus justru membuat karyawan menjadi tidak mandiri. Semua urusan kesehatan tergantung pada perusahaan. Karyawan mengabaikan pentingnya asuransi kesehatan mandiri.

Tunjangan-tunjangan lain, tidak hanya kesehatan, membuat gaya hidup karyawan berada di atas gaji pokoknya. Ketika masih produktif, berbagai tunjangan memang menunjang gaya hidup. Tidak begitu ketika sudah pensiun atau berhenti bekerja karena suatu sebab.

Memilih layanan kesehatan kelas 1, VIP, atau bepergian di kelas bisnis masih dimungkinkan karena fasilitas dari perusahaan. Keadaan akan jauh berbeda ketika karyawan memasuki masa pensiun.

https://cdn-assetd.kompas.id/Ye2Tkl26RFA7HvbaqI6gta2XPAo=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2F20191014_ENGLISH-ANAPOL_F_web_1571064395.jpg
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Suasana di Pavilion B Rumah Sakit Siloam Lippo Village, Karawaci, Tangerang, Banten, Jumat (9/8/2019). Hampir 90 persen pasien yang berobat di Pavilion B Rumah Sakit Siloam adalah peserta BPJS Kesehatan.

Penghasilan ketika pensiun tentu tidak sebanyak ketika masih produktif bekerja. Berbagai tunjangan, seperti tunjangan transportasi, tunjangan kesehatan, dan tunjangan jabatan, akan berkurang, bahkan hilang.

Di sisi lain, pengeluaran ketika pensiun tidak berarti menurun drastis. Pengeluaran ongkos ke kantor tentu menurun. Sebaliknya, biaya kesehatan tentu akan meningkat karena tunjangan kesehatan berkurang atau dihapuskan. Padahal, setiap tahun biaya kesehatan terus meningkat. Sementara, semakin bertambah tahun, badan sudah banyak terkena penyakit.

Membeli asuransi kesehatan

Sebenarnya, ada cara untuk menyiasati kebutuhan kesehatan di masa pensiun. Tetap melanjutkan iuran BPJS Kesehatan merupakan salah satu caranya. Setelah pensiun, kita akan menjadi peserta mandiri, karena perusahaan bisa jadi tidak lagi membayarkan iuran BPJS Kesehatan.

BPJS Kesehatan memberikan banyak fasilitas untuk mengatasi keluhan kesehatan. Hanya saja, sering kali kita harus mengantre panjang hanya sekadar untuk mendaftarkan diri ke dokter. Bahkan, untuk mendapatkan layanan serius, seperti melakukan operasi besar, diperlukan waktu hingga berbulan-bulan.

https://cdn-assetd.kompas.id/thWMgjwSf_wsx-96xoP6H65y7aM=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2FIMG_20191104_134448_1572863354.jpg
KOMPAS/NIKSON SINAGA

Peserta BPJS Kesehatan antre mendapatkan obat di farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan, Sumatera Utara, Senin (4/11/2019). Peserta rawat jalan menghabiskan waktu dari pagi hingga sore untuk mendapatkan layanan.

Inilah pengorbanan yang harus dijalani. Berbeda situasinya seperti ketika kita masih mendapatkan fasilitas perusahaan yang memungkinkan langsung mengakses layanan kelas VIP dan berbagai tindakan kesehatan dengan segera.

Cara lain adalah tetap memiliki asuransi kesehatan ketika produktif atau ketika perusahaan masih memberikan tunjangan kesehatan. Jadi, kita memiliki dua lapis perlindungan kesehatan yaitu dari perusahaan dan dari polis asuransi yang kita bayar sendiri.

Polis yang paling ideal adalah polis asuransi kesehatan saja, tidak dicampur dengan asuransi jiwa atau investasi.

Iklan

Polis yang paling ideal adalah polis asuransi kesehatan saja, tidak dicampur dengan asuransi jiwa atau investasi. Selain itu, pahami cakupannya. Ada beberapa produk asuransi yang memberikan penggantian sesuai biaya yang kita keluarkan.

Ada pula yang memberikan pagu pada setiap pengeluaran. Bandingkan saja produk-produk dari beberapa perusahaan asuransi sehingga kita dapat memilih salah satu yang paling cocok untuk kita.

https://cdn-assetd.kompas.id/HGMn3ZfChsoza9AqaCPxgk5Kh1w=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2FPelayanan-Kesehatan_82568332_1567094105.jpg
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Suasana pelayanan di RSUD Tangerang Selatan, Banten, Jumat (3/5/2019). Selain BPJS Kesehatan, RSUD Tangerang Selatan juga menggratiskan biaya pengobatan bagi warga Tangerang Selatan sejak enam tahun lalu hanya dengan menunjukkan KTP elektronik.

Asuransi kesehatan jenis ini biasanya berdurasi satu tahun dan akan hangus jika tidak terjadi klaim. Setiap tahun, biaya kesehatan akan naik seiring dengan kenaikan usia. Semakin tinggi usia, tentu semakin besar risiko kita terkena penyakit.

Apakah perlu asuransi kesehatan penyakit kritis? Asuransi penyakit kritis ideal dimiliki jika asuransi kesehatan untuk penyakit umum sudah di tangan. Jika dicermati, klausul untuk dapat mengajukan klaim pada penyakit kritis sangat sulit untuk segera dipenuhi.

Semisal, untuk dapat mengklaim penyakit ginjal, ada polis yang mempersyaratkan pemegangnya harus menjalani dahulu cuci darah terlebih dahulu, barulah klaim dapat cair. Padahal, untuk mencapai tahapan cuci darah ada perjalanan penyakit yang harus dilalui dan memerlukan biaya juga.

Ketika sakit, mungkin ada sebagian biaya yang tidak dibayar sepenuhnya oleh perusahaan. Kekurangan ini dapat ditutupi dengan mengajukan klaim asuransi kesehatan yang kita miliki.

https://cdn-assetd.kompas.id/PJmhaoGqXnJ4mKQ8kYvxLSa8U5E=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2F419278_getattachment2a80fcf1-39b4-4cad-81e0-255496ad17f6410665.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Calon nasabah mendapat penjelasan tentang asuransi kesehatan dari sebuah perusahaan asuransi, Selasa (21/2/2017). Untuk menyiasati kebutuhan di masa depan, seseorang perlu melakukan perlindungan ganda dengan mendaftar BPJS dan asuransi kesehatan mandiri.

Memang, memiliki tunjangan kesehatan dan asuransi kesehatan tidak dimaksudkan untuk mengambil keuntungan. Kedua fasilitas tersebut saling melengkapi tetapi tidak dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan.

Mengapa tidak membeli polis asuransi kesehatan ketika masa pensiun tiba? Usia pensiun biasanya jatuh pada usia 55 tahun ke atas. Membeli polis pada usia tersebut, akan membuat premi yang harus dibayarkan menjadi sangat mahal. Apalagi untuk mantan karyawan yang memiliki pekerjaan berisiko tinggi.

Baca juga: Timbang-timbang Sebelum Pensiun Dini

Perusahaan asuransi sudah memperhitungkan berbagai risiko atau penyakit yang mungkin diidap di usia di atas 50-an. Selain itu, ketika kita sudah memiliki penyakit tertentu misalnya hipertensi atau pernah dioperasi, tidak ada perusahaan asuransi yang akan menerima.

Kalau pun ada, penyakit-penyakit yang pernah kita derita akan dikecualikan dari cakupan asuransi. Misalnya, ketika kita pernah menderita hipertensi sebelum mengajukan pembelian polis, perusahaan asuransi tidak akan membayar klaim perawatan rumah sakit terkait penyakit hipertensi tersebut. Jadi, selain premi mahal, ada kemungkinan tidak ada perusahaan asuransi yang mau menerima kita.

https://cdn-assetd.kompas.id/6VmhVM_jba8jZ1aA7D_J00bpaJw=/1024x707/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2F20190818Bah37_1566124537.jpg
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Seorang warga, Kahar (58), menggunakan sarana olahraga yang dibangun di Taman Lansia, Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu (18/8/2019). Olahraga teratur dapat meningkatkan kebugaran dan mencegah berbagai penyakit.

Tunjangan kesehatan dari perusahaan yang mencakup keluarga, termasuk istri/suami dan anak, membuat banyak karyawan terlena. Keluarga karyawan yang hanya bergantung pada tunjangan kesehatan perusahaan, akan merasakan beban semakin berat ketika pensiun.

Biaya untuk iuran BPJS Kesehatan maupun polis asuransi kesehatan akan semakin besar karena usia yang semakin bertambah dan pos pengeluaran ini tidak pernah ada sebelumnya.

Baca juga: Investasi Receh

Mungkin sebagian orang akan merasa rugi jika tidak mengajukan klaim asuransi kesehatan yang dimilikinya setelah membayar premi sekian rupiah. Tetapi, bukankah seharusnya kita harus terus bersyukur dikaruniai kesehatan sehingga tidak harus menginap di rumah sakit?

Editor:
Sri Rejeki
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000