Banjir luapan yang melanda Provinsi Aceh meluas dari 17 desa menjadi 35 desa. Kawasan permukiman penduduk yang digenangi banjir berada di Kabupaten Aceh Selatan, Nagan Raya, dan Kota Langsa.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Banjir luapan yang melanda Provinsi Aceh meluas dari 17 desa menjadi 35 desa. Kawasan permukiman penduduk yang digenangi banjir berada di Kabupaten Aceh Selatan, Nagan Raya, dan Kota Langsa. Sebagian kawasan air sudah surut, tetapi warga dan petugas bersiaga menghadapi banjir susulan.
Rilis data terbaru dari Badan Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Aceh (Pusdatin BPBA) sejak Sabtu (16/11/2019) hingga Senin (18/11/2019) total desa yang terkena banjir sebanyak 35. Desa yang terkena banjir tersebar di Aceh Selatan 20 desa, Nagan Raya 13 desa, dan Langsa 2 desa.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBA Muhammad Syahril mengatakan, banjir luapan berlangsung tidak lama, biasanya tidak sampai sehari airnya langsung surut. Namun, banjir susulan kemungkinan besar akan datang seiring dengan hujan dan debit air sungai bertambah.
Banjir susulan kemungkinan besar akan datang seiring dengan hujan dan debit air sungai bertambah.
Di Aceh Selatan, banjir dipicu oleh luapan Sungai Gelombang. Sungai ini melintasi Aceh Selatan, Aceh Singkil, dan Kota Subulussalam. Sungai Gelombang meluap setelah diguyur hujan dalam intensitas sedang selama beberapa hari. ”Ketinggian air di permukiman antara 20 sentimeter sampai 1 meter. Tidak ada warga yang mengungsi, kami juga masih mendata nilai kerugian,” kata Syahril.
Pendataan sementara, dampak banjir di Aceh Selatan telah merusak irigasi persawahan di Kecamatan Samadua dan irigasi di Kecamatan Kluet Tengah. Tanggul sungai sepanjang 30 meter di Desa Puloe Air, Kluet Tengah, juga ambrol. Petugas BPBD telah disiagakan untuk memantau debit air Sungai Gelombang. Peralatan seperti alat berat, perahu karet, tenda, dan logistik disiagakan.
Di Kabupaten Nagan Raya, banjir menggenangi jalan nasional Banda Aceh-Meulaboh. Banjir di Nagan Raya dipicu luapan Sungai Tripa. Saban tahun, setiap musim hujan, sungai ini kerap meluap.
Camat Tripa Makmur Rajab Sumitro menuturkan, ketinggian air di permukiman warga mencapai 1 meter, tetapi tidak ada warga yang mengungsi. Dinas Sosial Nagan Raya telah menyalurkan bantuan masa darurat berupa bahan kebutuhan pokok kepada warga terdampak banjir. Ia mengatakan, hingga Senin sore, air mulai surut. ”Namun, aktivitas warga belum normal,” lanjutnya.
Sebelumnya, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Sultan Iskandar Muda Banda Aceh Zakaria Ahmad mengatakan, sejak Oktober hingga Desember, Aceh masuk puncak musim hujan.
Akibat curah hujan yang tinggi, potensi bencana hidrometeorologi juga meningkat. Bencana hidrometeorologi itu merupakan dampak dari fenomena hidrometeorologi, seperti banjir, angin kencang, petir, dan gelombang besar. ”Semua kabupaten di Aceh akan mengalami suplai air hujan yang melimpah,” kata Zakaria.
Zakaria mengatakan, warga yang berada di kawasan pegunungan harus lebih waspada sebab ada potensi terjadi bencana longsor dan banjir bandang. Di daerah seperti Tangse (Pidie), Gayo Lues, dan Aceh Tenggara kerap terjadi banjir bandang saat musim hujan.