Polisi terus berupaya mengungkap motif tersangka penyiraman air keras dalam melakukan aksinya. Tersangka untuk sementara dinyatakan tidak mengalami gangguan kejiwaan ataupun mengonsumsi narkoba.
Oleh
Wisnu Aji Dewabrata
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tersangka teror penyiraman air keras di beberapa lokasi di Jakarta Barat, FY (29), diduga melakukan perbuatannya untuk mencari perhatian. Penyidik Polda Metro Jaya masih mendalami motif sesungguhnya yang melatarbelakangi tindakan tersangka.
Tersangka untuk sementara dinyatakan tidak mengalami gangguan kejiwaan ataupun mengonsumsi narkoba.
Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Gatot Eddy Pramono, Senin (18/11/2019), menuturkan, menurut keterangan tersangka, ia pernah jatuh saat bekerja dan sobek kepalanya.
Kepada polisi, tersangka mengaku kurang mendapat perhatian dari kakaknya bahkan ketika dirawat di rumah sakit. Akan tetapi, kakak tersangka kepada penyidik membantah tidak memperhatikan adiknya.
”Kenapa korbannya perempuan semua? Karena kakaknya perempuan. Itu alasan yang bersangkutan merasa kurang diperhatikan. Tapi kami masih mendalami apakah itu motif yang sebenarnya atau tidak,” tutur Gatot.
Menurut Gatot, tersangka FY terjatuh tahun 2015, tetapi baru sekarang dia melakukan teror air keras. Hal itu juga menjadi kajian penyidik. Oleh karena itu, motif yang disampaikan dalam konferensi pers adalah motif sementara. Sehari-hari tersangka yang berprofesi sebagai tukang servis mesin penyejuk ruangan (AC) senang bermain gim, tetapi belum diketahui apakah ada kaitannya.
Gatot menjelaskan, dari hasil pemeriksaan saksi dan labfor, diketahui tersangka beraksi di tiga tempat kejadian perkara, yaitu Selasa, 5 November, di Kebon Jeruk dengan korban dua pelajar SMP; Jumat, 8 November, di Kembangan dengan korban pedagang sayur; dan Jumat, 15 November, di Kembangan dengan sasaran enam pelajar SMP, tetapi hanya tiga yang menjadi korban.
”Dari pengembangan pemeriksaan yang dilakukan, ternyata sebelumnya sekitar tanggal 3 (November), ia pernah sekali melakukan penyiraman (air keras). Jadi empat kali dia melakukan penyiraman. Hanya karena campuran air dan soda apinya itu sedikit sehingga tidak berdampak pada korban dan tidak ada yang melapor kepada Polsek Kebon Jeruk, Polres Jakarta Barat, ataupun Polda Metro Jaya,” ucapnya.
Gatot menuturkan, uji labfor di tiga tempat kejadian menunjukkan soda api yang dibeli tersangka berasal dari satu toko di daerah Meruya Selatan. Dapat dipastikan bahwa pelaku teror air keras di ketiga tempat kejadian itu adalah orang yang sama.
Dapat dipastikan bahwa pelaku teror air keras di ketiga tempat kejadian itu adalah orang yang sama.
Tersangka membeli soda api, kemudian dicampur dengan air di dalam botol air mineral. Tersangka tidak menghitung dosisnya. Tersangka memilih korbannya secara acak. Dia tidak menentukan siapa korbannya. Ia kemudian menyiram korban dengan air keras campur air.
Kasus teror air keras ini cukup lama terungkap sejak kasus pertama karena sedikit saksi mata dan tidak ada rekaman kamera CCTV di Kebon Jeruk. Pada kasus kedua, polisi mendapat rekaman kamera CCTV meskipun agak kabur dan ada saksi mata.
Adapun pada kasus ketiga, polisi mendapat rekaman kamera CCTV dan banyak saksi mata. Selain itu, para korban memberikan keterangan yang signifikan untuk mengetahui pelakunya.