Gedung Sarinah di Jl MH Thamrin, adalah bangunan pencakar langit pertama di Jakarta. Presiden Soekarno berharap, Sarinah menjadi pusat promosi produksi dalam negeri, terutama hasil pertanian dan perindustrian rakyat.
Oleh
Marcellus Hernowo
·2 menit baca
Ketika secara resmi dibuka pada Agustus 1966, pusat perbelanjaan Sarinah di Jalan MH Thamrin, Jakarta, tidak hanya menjadi cikal bakal usaha ritel modern Indonesia. Bangunannya yang setinggi 74 meter juga menjadikannya sebagai gedung pencakar langit pertama di Jakarta.
Keberadaan Sarinah sebagai gedung pencakar langit tersebut dikenang oleh Presiden Amerika Serikat (saat itu) Barack Obama saat ia mengunjungi Jakarta dan melewati Jalan MH Thamrin pada November 2010. ”Saya hampir tidak mengenali Jakarta lagi.
Satu-satunya gedung tinggi waktu saya tinggal di sini adalah Sarinah. Sekarang itu jadi salah satu gedung paling pendek di jalan itu,” ujar Obama yang pernah tinggal di Indonesia selama sekitar 3,5 tahun mulai tahun 1967. (Kompas, 10/11/2010) Kini, setelah lebih dari lima dekade berlalu, Sarinah yang dibangun dari dana pampasan perang Jepang itu memang bukan lagi gedung tertinggi di Jakarta.
Sarinah harus merupakan pusat sales promotion barang-barang produksi dalam negeri, terutama hasil pertanian dan perindustrian rakyat.
Eksistensinya sebagai pusat perbelanjaan juga harus bersaing dengan banyak pusat perbelanjaan lain di Ibu Kota yang lebih baru, luas, dan modern. Badan Pusat Statistik mencatat, sudah ada 80 pusat perbelanjaan di Jakarta pada 2018 dan tahun ini jumlah itu kemungkinan besar telah bertambah.
Semakin maraknya belanja online (daring) juga menjadi tantangan bagi Sarinah dan pusat perbelanjaan lainnya. Kejelian dalam menentukan dan memenuhi kebutuhan masyarakat, serta kreativitas dalam menyusun konsep untuk menarik pasar yang dituju, menjadi kunci dari setiap perbelanjaan agar dapat tetap bertahan.
Di tengah upaya menjawab tantangan untuk tetap eksis, harapan yang disampaikan Presiden Soekarno saat menggagas Sarinah tetap menarik disimak. Soekarno antara lain berharap, ”Sarinah harus merupakan pusat sales promotion barang-barang produksi dalam negeri, terutama hasil pertanian dan perindustrian rakyat.”
Harapan itu kini tentunya bukan hanya untuk Sarinah, yang namanya diberikan oleh Soekarno dari nama pengasuhnya ketika kecil. Namun, itu juga untuk pusat perbelanjaan lainnya.