Kuswanto diterkam saat menebang kayu di area kebun kopi yang terletak di kawasan hutan lindung Gunung Patah, Lahat.
Oleh
Rhama Purna Jati
·3 menit baca
LAHAT, KOMPAS - Kuswanto (57), warga di Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, tewas diterkam harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) Minggu, (17/11/2019). Kuswanto diterkam saat menebang kayu di area kebun kopi yang terletak di kawasan hutan lindung Gunung Patah, Lahat.
Peristiwa terjadi sekitar pukul 09.00, saat Kuswanto bersama rekannya, Dedi (32), menebang pohon di area kebun kopi di kawasan hutan lindung. Seekor harimau tiba-tiba menyerang Kuswanto. Dedi berupaya mengalihkan perhatian harimau itu dengan berteriak dan bergerak ke arah lain. Dua petani lain yang mendengar teriakan itu datang membantu mengusir harimau menggunakan kayu.
Meski harimau itu akhirnya kabur, Kuswanto telanjur terluka cukup parah. Ia tewas sebelum dibawa ke rumah sakit. Kepala Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti, Lahat Sumadi, mengatakan, kejadian ini cukup mengagetkan karena serangan hewan buas di desanya jarang terjadi. Apalagi kebun warga juga tergolong jauh dari hutan lindung.
Sebelumnya, insiden konflik antara warga dan binatang buas di wilayah itu terjadi sekitar 50 tahun lalu. Saat itu, seorang warga yang sedang mandi diterkam harimau.
Sangat dekat
Jangan sampai ada korban lain.
Sumadi mengimbau warga desa untuk sementara tidak beraktivitas di sekitar kawasan itu mengingat tidak tertutup kemungkinan harimau masih berada di sekitar lokasi kejadian. ”Jangan sampai ada korban lain,” ujarnya.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel Martialis Puspito mengatakan, lokasi desa memang sangat dekat dengan hutan lindung, yakni berjarak sekitar 600 meter. Adapun kebun kopi warga berada 7 kilometer dari desa, menuju ke arah Hutan Lindung Gunung Patah. ”Dengan kondisi ini, kami tidak bisa melakukan evakuasi satwa karena memang di situlah habitatnya,” katanya.
Peristiwa ini tak lama setelah penyerangan harimau di kawasan Hutan Lindung Dempo yang terletak di kaki Gunung Dempo, Kota Pagaralam, Sumsel, Jumat (16/11) malam. Seekor harimau menyerang dua tenda yang dihuni enam wisatawan. Saat itu, korban bernama Irfan terluka dahinya akibat cakaran harimau.
Habitat terganggu
Konflik antara manusia dan harimau, menurut Martialis, disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari perambahan, kebakaran lahan, penebangan liar, hingga alih fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan. Pada saat yang sama, mangsa di habitat asli harimau juga semakin berkurang.
Kepala BKSDA Sumsel Genman Suhefti Hasibuan menyatakan, harimau merupakan satwa yang dilindungi karena terancam punah. Untuk itu, masyarakat diimbau berhati-hati dan mengurangi potensi konflik dengan satwa dilindungi. Aktivitas yang dapat merusak habitat satwa sebaiknya dihentikan agar tidak ada lagi korban.
BKSDA Sumsel mencatat, tahun ini ada lima kasus konflik antara manusia dan harimau. Untuk memastikan penyebab konflik, tim berencana untuk memasang kamera pemantau, terutama di titik-titik terjadinya konflik. ”Kami sudah mengusulkan kepada Penegakan Hukum KLHK untuk menyelidiki peningkatan kasus konflik di Sumsel ini,” katanya.