Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo menandai seabad pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan prasasti Agrapana, yang mempunyai arti tentang hidup yang utama.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo menandai seabad pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan prasasti Agrapana. Prasasti itu sekaligus menunjukkan kesiapan seluruh elemen rumah sakit menyongsong tantangan masa kini.
Agrapana mempunyai arti tentang hidup yang utama. Itu diwujudkan dalam bentuk angka delapan yang berdiri kokoh di depan Gedung Unit Rawat Jalan Terpadu Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo. Bulatan-bulatan baja tahan karat pembentuknya tampak mengilap, memukau orang-orang yang memandangnya.
Selasa (19/11/2019) sore, prasasti karya I Wayan Upadana itu diresmikan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Pada nisan prasasti tertulis ”Tentang hidup yang utama, Sel-sel darah memiliki peran sangat penting bagi tubuh dikembangkan menjadi nilai-nilai yang mempresentasikan Satu Abad perjalanan”.
Tulisan itu dipertegas dengan tulisan lain ”Satu abad sudah dilalui, semangat mengabdi semakin terpatri. Terus berdedikasi nyata untuk bangsa dan negara. Mengedepankan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi negeri. Infinity, terus berlanjut dan tanpa batas. Siap melangkah menjadi Rumah Sakit terbaik sepanjang masa”.
”Seratus tahun merupakan perjalanan yang luar biasa dengan membawa nilai-nilai kemanusiaan. Perjalanan itu diwujudkan dalam bentuk angka delapan yang menunjukkan infinity. Kami tidak berhenti, kokoh, dan siap menyongsong era baru yang lebih gemilang,” ujar Direktur Utama RSUPN Cipto Mangunkusumo Lies Dina Liastuti.
Sejak tahun 1975, RS Cipto Mangunkusumo sudah direncanakan menjadi rumah sakit utama dengan perlengkapan dan peralatan serba modern dan lengkap serta ditempati para dokter ahli yang berpengalaman. Rumah sakit ini akan menampung pasien yang tidak teratasi atau tertangani di semua kelas rumah sakit (Kompas, 22 Maret 1975).
Dari semula hanya melayani 300 pasien, kini telah menangani sekitar 4.000 pasien rawat jalan setiap hari. Berbagai fasilitas pendukung tersedia, mulai dari IGD, layanan rawat jalan dan rawat inap, unit diagnostik, seperti laboratorium dan radiologi; hingga unit tindakan, seperti bedah, radioterapi, layanan jantung terpadu, dan bayi tabung.
”Secara terus-menerus harus mengembangkan layanan unggulan. Indonesia memasuki era globalisasi dan digitalisasi. Layanan kesehatan harus ikut perkembangan iptek agar mampu bersaing,” kata Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Tri Hesty Widyastoeti Marwotosoeko.
Selain terobosan baru yang banyak dicapai, seperti sel punca, terdapat juga pemanfaatan robotik untuk layanan prostat, bayi tabung, transplantasi hati, transplantasi ginjal, dan intervensi nonbedah. Menurut Tri, rumah sakit harus mendigitalisasikan layanan agar mampu menjangkau masyarakat sampai pelosok.
Ia juga mengingatkan agar membangun kendali biaya dalam standar layanan kedokteran tanpa mengurangi standar pendukung. ”Penting mengembangkan riset kesehatan, penelitian kedokteran, dan pendidikan lintas disiplin untuk pengembangan layanan,” ujarnya.
Salah satu contoh keberhasilan RS Cipto Mangunkusumo ialah ketika tim bedah jantung FK-UI-RS Cipto berhasil mengganti katup jantung yang rusak dengan katup buatan. Bedah jantung ini merupakan yang pertama kali dilakukan para dokter ahli Indonesia sendiri. Pada 1971 pernah dilakukan bedah jantung oleh para dokter Jepang (Kompas, 2 Juni 1977).
Dukungan
RS Cipto Mangunkusumo telah memperoleh akreditasi internasional. Itu tidak semata agar diakui di tingkat global, tetapi juga kepastian semua layanan terstandar dengan baik. Layanan berstandar internasional ini diberikan kepada semua pasien.
Melalui akreditasi internasional juga akan makin banyak warga dunia memercayakan kesehatannya kepada Indonesia. Perbaikan sistem jadi prioritas dalam jangka pendek dan menengah. Salah satunya ialah penguatan rumah sakit binaan yang didorong agar makin banyak pasien dengan penyakit tertentu bisa ditangani lebih dini.
Contohnya penguatan kemampuan melalui kerja sama dalam pembinaan tenaga medis dengan Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh dalam pelayanan transplantasi ginjal. Sampai saat itu, RSUD Zainoel Abidin sudah menangani empat pasien transplantasi ginjal.
Direktur Utama RSUD Zainoel Abidin Azharuddin mengharapkan dukungan agar pembinaan dapat terus berlanjut dan berkembang ke penanganan penyakit lainnya.
Hal yang sama juga dilontarkan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola. Ia meminta dukungan RS Cipto Mangunkusumo melalui pelatihan penanganan bencana dapat dilanjutkan. Pelatihan itu meliputi kesiapan pengorganisasian rumah sakit di Palu saat menghadapi bencana dan kesiapan internal dalam situasi bencana.