Kanal-kanal Baru Muncul Seusai Kebakaran di Kalteng
›
Kanal-kanal Baru Muncul Seusai...
Iklan
Kanal-kanal Baru Muncul Seusai Kebakaran di Kalteng
Kanal-kanal baru muncul kembali setelah kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kanal-kanal baru muncul kembali seusai kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Hal itu dinilai akan membuat lahan jauh lebih kering dan bertentangan dengan program pemulihan gambut, tempat kanal disekat.
Kanal atau parit baru muncul, dari pantauan Kompas, dalam waktu lebih kurang satu bulan belakangan. Salah satunya di Kelurahan Kalampangan, Kota Palangkaraya, persis di tikungan sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Palangkaraya.
Salah satu alat berat masih bekerja di lokasi dengan membuat kanal yang ukurannya lebih kurang 1 meter. Terdapat dua kanal baru di lokasi yang sebelumnya lahan tersebut sempat terbakar.
Selain di lokasi itu, kanal-kanal baru juga muncul di Kabupaten Pulang Pisau, tepatnya di wilayah Desa Tanjung Taruna. Di lokasi tersebut alat berat masih bekerja, membuat setidaknya ada lima kanal baru. Gundukan tanah berada di bagian tengah yang biasa dilakukan petani sebelum menanam.
Masih di lokasi yang sama, kanal-kanal baru juga dibuat di Jalan Listrik di wilayah perbatasan Desa Tanjung Taruna dengan Desa Paduran Sebangau, Kabupaten Pulang Pisau. Alat berat pun masih ada di lokasi.
Kepala Urusan Perencanaan Desa Tanjung Taruna Agus Drianto mengungkapkan, pihaknya tidak bisa melakukan larangan pembuatan kanal karena berada di lahan-lahan milik perorangan dengan surat lengkap. Pihaknya baru bisa melarang ketikan itu dilakukan di kawasan tanpa pemilik, seperti hutan lindung.
”Itu biasanya memang untuk pertanian, tetapi kalau petani mungkin enggak, ya, karena pakai alat berat,” katanya.
Agus menambahkan, selama ini kebakaran lahan terus terjadi karena di musim kemarau lahan di desa yang sebagian merupakan tanah gambut menjadi jauh lebih kering. Pihaknya, didampingi Badan Restorasi Gambut (BRG), juga membentuk Masyarakat Peduli Api (MPA) yang berupaya memadamkan api.
Itu biasanya memang untuk pertanian, tetapi kalau petani mungkin enggak, ya, karena pakai alat berat.
”Sebagian besar warga di sini merupakan nelayan, kalaupun berkebun, ya, hanya kebun karet, bukan dibuka untuk pertanian yang bisa produksi harian, jadi tidak buka-buka lahan lagi,” kata Agus.
Kebakaran hutan dan lahan salah satunya disebabkan keringnya lahan gambut yang kemudian menjadi rentan terbakar. Dengan membuat kanal, gambut akan jauh lebih kering.
Program Manager Save Our Borneo (SOB) Muhammad Habibi mengatakan, tujuan dibuat kanal adalah untuk mengeringkan tanah gambut karena tanah gambut tidak bisa dimanfaatkan dalam keadaan basah.
”Untuk pertanian dan perkebunan atau apa pun ketika diolah, gambut harus kering dengan cara dibuat kanal,” ujar Habibi.
Habibi menjelaskan, dengan membuat kanal akan membuat gambut rusak. Ketika rusak, gambut akan sangat mudah terbakar.
Lembaga yang fokus pada isu lingkungan itu sedang melakukan analisis satelit terkait lahan-lahan gambut yang terbakar, khususnya di wilayah konsesi. Menurut Habibi, banyak kebakaran terjadi di wilayah konsesi yang belum diungkap ke publik.