Kebakaran hutan yang berkobar di seluruh Amazon, Brasil, pada tahun 2019 ini dipastikan tiga kali lipat lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, kebakaran kali ini merupakan yang tertinggi sejak 2010.
Oleh
Ahmad Arif
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Kebakaran hutan yang berkobar di seluruh Amazon, Brasil, pada tahun 2019 ini dipastikan tiga kali lipat lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, kebakaran kali ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2010. Deforestasi menjadi pemicunya.
Bukti-bukti ilmiah luasnya kebakaran hutan di Amazon dan kaitannya dengan deforestasi ini dipublikasikan di jurnal Global Change Biology pada 18 November 2019. Kajian itu ditulis tim ilmuwan internasional dari sejumlah universitas dan lembaga.
Hasul kajian tersebut sekaligus membantah pernyataan Pemerintah Brasil, yang sebelumnya menyatakan situasi kebakaran di Amazon pada Agustus 2019 lalu masih dalam kategori "normal" dan di bawah rata-rata historisnya.
Para ilmuwan tersebut menganalisis ulang bukti-bukti yang dikumpulkan dari sistem deteksi deforestasi DETER-b Pemerintah Brasil. Sistem itu menghitung deforestasi dengan menafsirkan gambar yang diambil oleh satelit NASA.
Dari data satelit ini bisa dilihat adanya peningkatan deforestasi pada bulan Juli tahun ini yang mencapai hampir empat kali lipat rata-rata dari periode sama dalam tiga tahun sebelumnya. Padahal, deforestasi hampir selalu diikuti oleh kebakaran.
Jos Barlow, guru besar dari Lancaster Environment Centre, Lancaster University, Inggris yang menjadi penulis utama makalah itu menyebutkan, "Peningkatan kebakaran aktif dan deforestasi pada tahun 2019 itu membantah informasi yang dikeluarkan Pemerintah Brasil bahwa selama Agustus 2019 kebakaran yang terjadi di Amazon masih normal."
Peningkatan kebakaran aktif dan deforestasi pada tahun 2019 itu membantah informasi yang dikeluarkan Pemerintah Brasil bahwa selama Agustus 2019 kebakaran di Amazon masih normal.
Penulis lain dalan kajian ini yakni Erika Berenguer dari Universitas Lancaster dan Universitas Oxford, Rachel Carmenta dari Universitas Cambridge, dan Filipe França dari Universidade Federal do Pará.
Dalam kajian ini disebutkan, kebakaran hutan di Amazon pada Agustus lalu terjadi tanpa didahului kekeringan yang kuat. Para ilmuwan juga menunjukkan bahwa gumpalan asap sangat besar dan tinggi, hanya bisa disebabkan oleh pembakaran sejumlah besar biomassa.
Jumlah kebakaran ini menurun 35 persen pada bulan September lalu. Tidak jelas apakah penurunan ini karena pergantian musim dan hujan mulai turun atau oleh moratorium dua bulan oleh Presiden Bolsonaro. Namun analisis dari DETER-b menunjukkan deforestasi berlanjut pada tingkat yang jauh di atas rata-rata pada bulan September, terlepas dari moratorium Presiden.
Erika Berenguer mengatakan, "Tulisan kami jelas menunjukkan, tanpa mengatasi deforestasi, kita akan terus melihat hutan hujan terbesar di dunia ini berubah menjadi abu. Kita harus mengekang deforestasi."