Stefanos Tsitsipas meraih gelar terbesarnya di O2 Arena. Namun, gelar Final ATP itu baru menjadi awal dari perjalanan panjang petenis berusia 21 tahun itu. Dia perlu terus berjuang menjadi lebih baik untuk jadi bintang.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
LONDON, MINGGU — Petenis Yunani, Stefanos Tsitsipas, meraih gelar terbesar sepanjang kariernya dengan merengkuh gelar juara turnamen tenis Final ATP 2019. Dalam laga yang berlangsung di The O2 Arena, London, Inggris, Senin (18/11/2019) dini hari WIB, petenis yang masih berusia 21 tahun itu menaklukkan petenis Austria, Dominic Thiem, dengan skor 6-7 (8), 6-2, 7-6 (4). Kemenangan itu membuat Tsitsipas digadang-gadang sebagai calon bintang tenis masa depan.
”Penonton telah memberikan saya begitu banyak energi dan keyakinan. Kemenangan ini saya persembahkan untuk mereka yang telah mendukung saya dengan luar biasa,” ujar Tsitsipas seusai pertandingan dikutip oleh laman Independent, Senin.
Dunia tenis putra menanti generasi baru setelah beberapa tahun terakhir didominasi petenis Swiss, Roger Federer, dan petenis Spanyol, Rafael Nadal. Kemenangan Tsitsipas dalam laga yang berlangsung 2 jam 35 menit itu membuat angin segar dalam persaingan di masa mendatang. Tsitsipas menjadi wajah baru yang menjuarai ATP Finals. Bahkan, Tsitsipas tergolong pemenang termuda setelah petenis Australia, Lleyton Hewitt, yang juara dalam usia 20 tahun pada 2001.
Kesuksesan Tsitsipas juga menjadikan ATP Finals 2019 sebagai turnamen akhir musim keempat berturut-turut yang dijuarai oleh petenis debutan di kejuaraan tersebut. Sebelumnya, petenis debutan yang menjuarai gelaran tersebut adalah petenis Inggris, Andy Murray, pada 2016; petenis Bulgaria, Grigor Dimitrov, pada 2017; dan petenis Jerman, Alexander Zverev, pada 2018.
Kondisi seperti ini terakhir kali terjadi pada musim 1988-1991. Juaranya, yakni petenis Jerman, Boris Becker, pada 1988; petenis Swedia, Stefan Edberg, pada 1989; petenis Amerika Serikat, Andre Agassi, pada 1990; dan petenis Amerika Serikat, Pete Sampras, pada 1991.
Di luar keberhasilannya sebagai juara ATP Finals, Tsitsipas memang dinilai sebagai bakat baru paling menarik dalam olahraga pukul bola tersebut. Dia punya kepribadian menarik dan gaya bermain menjanjikan, yakni agresif dan dinamis. Dengan kapasitas itu, petenis peringkat keenam dunia tersebut memiliki modal untuk menjadi salah satu petenis besar di tahun-tahun akan datang.
Menanti konsistensi
Sekarang, publik menanti apakah Tsitsipas menjaga konsistensi permainannya. Tantangan utama dia adalah membuktikan bisa melakukan sesuatu dengan lebih baik pada musim-musim berikut. Jika itu bisa dilakukan, Tsitsipas mungkin saja akan menjadi bintang masa depan sesungguhnya.
Berkaca pada pendahulunya, justru banyak petenis muda debutan setelah menjuarai ATP Finals justru gagal mempertahankan konsistensi permainan pada musim selanjutnya. Grigor Dimitrov, juara pada 2017, tidak memenangi gelar apa pun pada 2018. Melihat peringkat dunia, dia justru terus melorot dari peringkat ketiga menjadi ke-19 dalam 12 bulan berikutnya.
Alexander Zverev menikmati momen terbaiknya di AFP Finals 2018. Untuk meraih gelar itu, dia mengalahkan Roger Federer dan petenis Serbia, Novak Djokovic. Namun, petenis berusia 22 tahun itu hanya memenangi satu gelar minor pada 2019. Dia telah kalah dari lawan yang berperingkat dunia lebih rendah dalam 21 kesempatan dan hanya menang sekali melawan petenis 10 besar dunia sepanjang tahun ini.
Secara keseluruhan, petenis-petenis muda belum bisa berbicara banyak pada 2019. Fakta menunjukkan nama-nama sepuh masih mendominasi. Nadal yang berusia 33 tahun berhasil duduk di peringkat satu dunia, diikuti Djokovic yang telah berusia 32 tahun, dan Federer yang telah berusia 38 tahun. Ini adalah kedelapan kalinya mereka bertiga mengisi tiga besar peringkat dunia pada akhir tahun setelah musim 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2014, dan 2018.
Dominasi itu disebabkan oleh supremasi para pemain mapan tersebut di sejumlah turnamen Grand Slam. Nadal menang di Roland Garros untuk ke-12 kalinya tahun ini dan menambahkan AS Terbuka keempat. Djokovic memenangi gelar ketujuh Australia Terbuka tahun ini dan Wimbledon kelimanya. Terakhir kali petenis di luar tiga besar memenangkan gelar Grand Slam pada 2016, yakni ketika petenis Swiss Stan Wawrinka merebut AS Terbuka.
”Saya pikir, kami (para petenis muda) bisa berbuat lebih banyak tahun depan. Kami semua bermain tenis dengan hebat. Saya, Stefanos (Tsitsipas), Sascha (Zverev), dan beberapa pemuda lain, saya cukup yakin bahwa kami bisa menjadi juara baru Grand Slam di tahun depan,” kata Thiem. (AFP/REUTERS)