Pemilihan jenis teknologi dan alat pembayaran nirsentuh yang akan dimulai pada akhir 2020 diharapkan disiapkan dengan baik. Penerapannya dimulai secara bertahap di ruas-ruas tol perkotaan.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS--Penerapan transaksi nirsentuh diperlukan untuk memudahkan transaksi sekaligus mengatasi jumlah pengguna jalan tol yang semakin banyak. Namun, pemilihan jenis teknologi dan alat pembayaran diharapkan disiapkan dengan baik.
Menurut rencana, transaksi nirsentuh akan dimulai pada akhir 2020. Penerapannya dimulai secara bertahap di ruas-ruas tol perkotaan.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Jalan Tol Indonesia, Kris Ade Sudiyono, mengatakan, modernisasi sistem operasi jalan tol dilakukan melalui penerapan teknologi, termasuk di antaranya teknologi transaksi nirsentuh. Selain untuk meningkatkan layanan transaksi, teknologi juga menjadi solusi pengelolaan tol di masa mendatang.
“Penerapan teknologi ini bukan semata-mata untuk memenuhi standar pelayanan minimum, tetapi sebuah keniscayaan yang harus diambil bahwa penerapan teknologi adalah solusi untuk masa depan,” kata Kris Ade, Senin (18/11/2019), di Jakarta.
Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen Sophie Wulan Tangkudung, berpandangan, penerapan sistem transaksi tanpa berhenti atau nirsentuh akan sangat mengandalkan teknologi. Oleh karena itu, pemilihan jenis teknologi merupakan hal krusial.
Ellen menyebutkan, teknologi yang akan digunakan mesti dapat dioperasikan di mana saja bersama dengan sistem yang lain atau disebut interoperabilitas. Dengan demikian, pengguna cukup memiliki satu jenis teknologi untuk identifikasi kendaraan maupun bertransaksi, baik di jalan tol maupun di jalan biasa yang menerapkan sistem jalan berbayar elektronik (ERP).
Teknologi yang akan digunakan mesti dapat dioperasikan di mana saja bersama dengan sistem yang lain atau disebut interoperabilitas.
Untuk memperoleh teknologi terbaik, regulator mesti menentukan terlebih dahulu berbagai indikator yang hendak dicapai dalam sistem transaksi nirsentuh. Selanjutnya, teknologi tersebut harus dapat diaplikasikan untuk semua jenis kendaraan.
Data penting
Data menjadi sangat penting karena hanya mengandalkan teknologi berupa kamera dan sensor. Oleh karena itu, lanjut Ellen, registrasi dan identifikasi kendaraan merupakan prasayarat sedari awal. Selain itu, pemerintah juga mesti segera menyiapkan regulasi agar penerapan transaksi nirsentuh berjalan baik.
“Jadi, ketika terjadi ketidaksesuaian data, yang tertangkap adalah nomor plat kendaraan. Kalau misalnya nomor kendaraan tidak terdaftar, maka bisa didenda berlipat dan harus berdasarkan basis data terbaru,” kata Ellen.
Pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, menuturkan, dengan teknologi yang telah berkembang di dunia, baik untuk identifikasi kendaraan maupun sistem pembayaran, penerapan transaksi nirsentuh bukan hal yang sulit dilakukan. Di sisi lain, keberadaan teknologi identifikasi kendaraan memudahkan pengaturan pembatasan kendaraan.
Menurut Djoko, penerapan transaksi tanpa berhenti sebenarnya telah berjalan dengan pemasangan alat di kendaraan (OBU) oleh salah satu operator jalan tol, kendati tidak berjalan masif. Pengalaman itu memperlihatkan sebagian besar masyarakat di Indonesia masih sensitif dengan isu harga.
Untuk mengatasi hal itu, lanjut Djoko, alat identifikasi kendaraan di kendaraan dapat dipasang sejak dirakit di pabrik. Cara lainnya, dengan menggunakan teknologi terjangkau.
“Ini soal kebiasaan. Memang awalnya gagap, akan tetapi, akhirnya orang akan terbiasa, termasuk di daerah,” ujarnya.
Sementara itu, Pemerhati Kebijakan Publik dan Perlindungan Konsumen dari PH&H Public Policy Interest Group, Agus Pambagio, berpandangan, transaksi nirsentuh sudah jadi keharusan untuk diterapkan. Transaksi non tunai yang berjalan saat ini sudah baik, namun dinilai masih kurang. Sebab, untuk bertransaksi atau menempelkan uang elektronik diperlukan waktu sampai 3 detik.
Agus berpandangan, penerapan transaksi nirsentuh harus bersifat terbuka untuk semua jenis lembaga pembiayaan atau perbankan. Pemilihan teknologi harus dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan regulator.
“Dengan penerapan itu harusnya antrian kendaraan akan berkurang. Maka harus disiapkan dulu, misalnya gerbang tol harus dihilangkan. Namun harus diingat jalan tol itu bukan jalan bebas macet tetapi jalan bebas hambatan, seperti tidak ada persimpangan,” kata Agus.