Empat Proyek Sektor Hulu Migas di Wilayah SKK Jabanusa Segera Tuntas
›
Empat Proyek Sektor Hulu Migas...
Iklan
Empat Proyek Sektor Hulu Migas di Wilayah SKK Jabanusa Segera Tuntas
Empat proyek besar sektor hulu minyak dan gas yang beroperasi di wilayah SKK Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa) diharapkan tuntas sesuai jadwal.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Sebanyak empat proyek besar sektor hulu minyak dan gas yang beroperasi di wilayah SKK Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa) diharapkan tuntas sesuai jadwal. Semua proyek ini sebagai pendukung target capaian lifting minyak dan gas secara nasional.
Keempat proyek strategis hulu migas yang umumnya berada di Provinsi Jawa Timur itu adalah proyek Kedung Keris di Kabupaten Bojonegoro dengan operator ExxonMobil Cepu Ltd, proyek Jambaran Tiung Biru di Kabupaten Bojonegoro, dengan operator Pertamina EP Cepu, proyek Bukit Tua Phase 3 operator Petronas Carigali Ketapang II Ltd di Kabupaten Sampang, dan TSB Phase 2 dengan operator Kangean Energi Indonesia di Kabupaten Sumenep.
Dari proyek ini, target maksimum sales gas meningkat 10 persen secara nasional atau setara 192 juta kaki kubik per hari.
Hal tersebut dikatakan Kepala SKK Migas Jabanusa Nur Wahidi seusai lokakarya Media Periode III SKK Migas Jabanusa-KKKS dengan pimpinan media massa dari Jatim dan Jateng di Badung, Bali, Rabu (20/11/2019). Pembicara pada kegiatan itu adalah Direktur Riset & Data Katadata Heri Susanto serta Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro.
Menurut Nur Wahidi, untuk Jambaran Tiung Biru, progres proyek secara keseluruhan sudah mencapai 37,72 persen. Pekerjaan engineering proyek mencapai 80,72 persen, procurement 40,36 persen, dan konstruksi 14,49 persen. Dengan capaian ini, pada Juni 2021 proyek Jambaran Tiung Biru dipastikan tuntas dan mulai berproduksi. ”Dari proyek ini, target maksimum sales gas meningkat 10 persen secara nasional atau setara 192 juta kaki kubik per hari,” ujarnya.
Selama ini, paling tidak ada 15 kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di wilayah SKK Migas Jabanusa yang sedang menjalankan eksploitasi migas. Selain itu, ada 6 KKKS yang menjalankan aktivitas eksplorasi. Posisi Jabanusa dalam lifting migas nasional sangat penting dan jadi backbone.
Berdasarkan data 2018, realisasi lifting minyak dari Jabanusa sebesar 253,822 barel per hari atau mencapai 102,60 persen dari target. Sementara target lifting gas sebesar 753,2 juta kaki kubik per hari.
Pada 2019, target lifting minyak dari Jabanusa sebesar 258,169 barel per hari dan hingga menjelang berakhir 2019 tercapai 100,87 persen dari target. Target lifting gas dari Jabanusa ditetapkan sebesar 731,3 juta kaki kubik per hari.
Menurut Nur Wahidi, dukungan dari semua pihak itu sangat dibutuhkan SKK Migas Jabanusa dalam konteks ini. Sebab, sampai sekarang, lanjutnya, dari pemantauan, terkait perizinan dan pertanahan di Jabanusa, ada sejumlah masalah yang perlu diselesaikan.
Masalah perizinan nonteknis ada 13, perizinan bahan peledak 77, pengadaan tanah 5, dan izin pinjam pakai kawasan hutan sebanyak 3. Padahal, SKK Migas dan KKKS bekerja untuk kepentingan negara, terutama pemenuhan energi nasional dan pendapatan negara, tetapi dalam perjalanan masih banyak persoalan yang menghambat.
Kendati menghadapi banyak tantangan kegiatan hulu migas secara nasional, hingga kuartal III-2019, capaian lifting gas secara nasional sebesar 1.050 juta kaki kubik per hari, minyak dengan 745.000 barel per hari. Untuk capaian investasi hulu migas hingga September 2019 sebesar 8,4 miliar dollar AS dan capaian penerimaan negara dari hulu migas sebesar 10,99 miliar dollar AS.
Konteks kekinian
Komaidi Notonegoro mengutarakan, melihat sektor hulu migas dalam konteks ekonomi nasional kekinian jangan hanya dalam perspektif penerimaan negara di APBN. Justru dibutuhkan analisis input dan output yang bersifat multiplier effect kegiatan investasi hulu migas secara komprehensif. Terlebih soal sudut pandang bagaimana investasi dan kegiatan hulu migas memberikan kontribusi pada pembentukan produk domestik bruto (PDB) nasional dan porsi tenaga kerja yang terlibat.
Lebih lanjut Komaidi menyebutkan, kegiatan investasi hulu migas membutuhkan 73 sektor pendukung dan 45 sektor pengguna. Ke-73 sektor pendukung tersebut memberikan kontribusi PDB sebesar 55,99 persen dan porsi tenaga kerja 61,53 persen. Untuk sektor pengguna, besar kontribusi PDB yang dihasilkan mencapai 27,27 persen dan porsi tenaga kerja yang ditarik sebesar 19,34 persen. ”Dari perspektif ini, posisi hulu migas tetap strategis dan mesti didukung semua stakeholder,” katanya.
Di tataran global, ujar Komaidi, kendati kampanye dan inovasi teknologi energi baru terbarukan (EBT) atau energi nonfosil terus dikampanyekan, kecenderungan permintaan minyak dan gas secara global bergerak naik secara konstan. India, China, dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara sampai 2050 menjadi negara konsumen minyak dan gas dalam volume besar. Ini mengingat besaran angka demografi dan pertumbuhan ekonomi mereka yang bergerak konstan.
Boleh saja kampanye energi nabati dan EBT terus digeber, tapi konsumen memandang energi fosil lebih efisien dan terbukti efektif mendukung pertumbuhan ekonomi dan mobilitas orang di seluruh dunia.
Bahkan, jika perang dagang antara Amerika Serikat dan China mereda serta dinamika pertumbuhan ekonomi global menggeliat, dia memperkirakan demand migas di pasar internasional meningkat lagi.
”Boleh saja kampanye energi nabati dan EBT terus digeber, tapi konsumen memandang energi fosil lebih efisien dan terbukti efektif mendukung pertumbuhan ekonomi dan mobilitas orang di seluruh dunia,” ujarnya. Apalagi biaya energi nabati jauh lebih mahal daripada energi fosil.