Menuju Kota Masa Depan
Hampir seluruh manusia di dunia ini tak saja memiliki komputer di rumahnya, tetapi juga menggenggam perangkat di tangannya berbentuk telepon cerdas. Banyak yang bahkan memiliki lebih dari satu.
Tak ada alasan seseorang mempunyai komputer sendiri di rumahnya. Ken Olsen, seorang insinyur Amerika Serikat, mengatakannya dalam pertemuan dunia masyarakat masa depan World Futurer Society di Boston, Amerika Serikat, tahun 1977.
Olsen adalah penemu perusahaan digital, Digital Equipment Corporation, tentunya sangat paham dunia digital di zamannya. Akan tetapi, pernyataannya itu sekarang menjadi sejarah. Pernyataannya mengingatkan betapa cepat dan tidak terduganya teknologi digital dan informatika mengubah setiap sisi peradaban.
Sekarang, hanya 42 tahun saja setelah itu, hampir seluruh manusia di dunia ini tak saja memiliki komputer di rumahnya, tetapi juga menggenggam perangkat di tangannya berbentuk telepon cerdas. Banyak yang bahkan memiliki lebih dari satu.
Pernyataan Olsen itu kembali terngiang saat memasuki pameran teknologi C&C User Forum and IExpo 2019 di Tokyo, Jepang, 7-8 November 2019. Pameran yang diselenggarakan NEC, produsen perangkat keras dan lunak digital asal Jepang itu, begitu ramai oleh pengunjung dari sejumlah wilayah di Asia.
Baca juga : Ketika Kecerdasan Buatan Mampu Mendesain Motif Syal
Beragam teknologi membantu memecahkan permasalahan perkotaan, kesehatan, keamanan, dan transportasi. Alat pemetaan jalan rusak, alat pemrediksi banjir, hingga pendeteksi kerumunan dan perilaku mencurigakan akan sangat berguna menjawab permasalahan Ibu Kota.
Alat pemetaan jalan rusak, yang hanya berbentuk tabung seukuran kotak kacamata, cukup ditempelkan di mobil yang berjalan. Alat yang dilengkapi perangkat lunak (software) itu otomatis memetakan kondisi jalan, mengambil foto, dan menyajikannya dalam peta yang praktis dengan kode warna.
”Alat ini terdiri atas kamera dan sensor guncangan,” kata Senior Manager Public Relation NEC Asia Pacific Shinya Hashizume, beberapa waktu lalu.
Di bidang antisipasi banjir, teknologi sensor ketinggian muka air dipadu dengan sensor cuaca mampu memprediksi banjir sebelum bencana itu terjadi dan mengirim peringatan. Kuncinya ada di perangkat lunak yang menghitung beragam parameter jadi prediksi banjir.
Jakarta sebenarnya tak terlalu tertinggal di bidang ini. Kepala Subbagian Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Helma Dahlia mengatakan, BPBD DKI mempunyai 5 sensor ketinggian air dan 31 sensor cuaca. Sensor ketinggian air melengkapi pemantau ketinggian air di pintu-pintu air Dinas Sumber Daya Air DKI.
Pusdatin Kebencanaan dapat memantau parameter terukur di pusat kontrol di sana. Namun, sensor-sensor ini belum dilengkapi perangkat lunak yang dapat mengalkulasi prediksi. Data yang terkirim masih berupa angka real time sehingga analisis dilakukan manual oleh petugas.
”Kami juga punya disaster early warning system yang terpasang di lima kelurahan rawan banjir. Bentuknya seperti toa, tetapi kami bisa langsung kirim pesan ke sana. Biasanya kami kirim pesan peringatan, misalnya enam jam lagi air akan sampai di kali di sana sehingga warga waspada banjir yang mungkin datang,” katanya.
Baca juga : Puluhan Mobil Buatan Mahasiswa Bersaing Hemat Energi
Jakarta juga punya kamera pemantau (CCTV) yang bisa dipantau dari ruang kendali di Jakarta Smart City. Ada pula CCTV di bus Transjakarta yang bisa dipantau dari pusat kontrol di kantor Transjakarta. Akan tetapi, semuanya masih berupa kamera pemantau yang belum dilengkapi perangkat penganalisis.
Presiden Direktur NEC Indonesia Ichiro Kurihara mengatakan, saat ini teknologi CCTV bisa dilengkapi perangkat pengenal wajah hingga analisis perilaku. Dengan begitu, petugas bisa mengantisipasi kejahatan. Nantinya, perangkat lunak bisa dikembangkan mendeteksi kejahatan pelecehan seksual di kawasan publik. Pengenal wajah bisa mendeteksi adanya buronan, misalnya, di tempat umum.
”Keamanan lebih terjamin karena bisa memperingatkan petugas saat ada potensi kejahatan sebelum terjadi,” katanya.
Tak hanya menjawab masalah Jakarta. Teknologi juga dirancang menjawab masalah kota yang mengalami pertumbuhan penduduk minus, seperti di Jepang. Rendahnya angka kelahiran membuat sejumlah kawasan di Jepang semakin menyusut tenaga kerjanya sehingga kebutuhan teknologi untuk menggantikan tenaga kerja kian mendesak.
Toko tanpa manusia, salah satunya, beroperasi sepenuhnya secara otomatis, mengenali para pelanggan melalui alat pengenal wajah yang sudah dikembangkan NEC bertahun-tahun lalu, menerima pembayaran otomatis, serta melaporkan saat satu produk mulai turun stoknya dan meminta tambahan stok.
Terdapat pula bank tanpa manusia berbentuk seperti anjungan tunai mandiri (ATM), tetapi bisa melayani pembukaan rekening hingga beragam transaksi perbankan lainnya secara otomatis dengan teknologi pengenalan wajah. Tentunya bukan untuk Jakarta yang justru masih membutuhkan banyak lapangan kerja.
Kecerdasan buatan
Dari beragam teknologi yang dipamerkan tersebut, salah satu yang paling menarik perhatian adalah komputer kuantum yang bentuknya justru seperti komputer dari era 1950-an. Berbentuk tabung kaca seukuran lemari es dan konduktor-konduktor raksasa di dalamnya, komputer supercepat supercerdas yang masih terus dalam pengembangan itu mirip seperti ubur-ubur transparan dengan tentakelnya.
Presiden dan CEO NEC Takashi Niino mengatakan, komputer kuantum itu menjadi landasan baru untuk kecerdasan buatan. Penerapannya untuk perkotaan bisa beragam. Salah satu contoh sederhana, pengambil sampah yang mampu memecahkan masalah sendiri hingga mencari rute tercepat. Kemampuannya sudah seperti manusia yang mendapati masalah dan mencari solusi sendiri tanpa perlu campur tangan manusia.
”Misalnya menemui kemacetan di rute ini, dia bisa mencari jalan lain sendiri. Atau jika ada masalah terkait pengambilan sampah, ia bisa mengatasi sendiri. Komputer biasa yang ada sekarang akan butuh waktu bertahun-tahun untuk melakukannya karena kompleksnya perhitungan,” katanya.
Teknologi ini bukanlah teknologi masa depan yang masih jauh mengawang-awang. Niino mengatakan, pihaknya menargetkan peluncuran komputer kuantum itu tahun 2023.
Menurut Niino, secara filosofis, pengembangan teknologi digital adalah masyarakat yang setara dengan menjembatani keterbatasan fisik dan mengantisipasi masalah.
Di sisi lain, ada kekhawatiran teknologi ini semakin menyingkirkan warga dari peluang kerja hingga kecemasan ancaman privasi. Seperti internet, dampak teknologi ini pun belum bisa terukur sepenuhnya. Kuncinya tentunya pada manusia yang merancang dalam pemanfaatannya.
Menurut Niino, secara filosofis, pengembangan teknologi digital adalah masyarakat yang setara dengan menjembatani keterbatasan fisik dan mengantisipasi masalah.