Selama melatih Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino, sudah membangun skuad yang tangguh. Jose Mourinho sebagai pengganti dinilai bisa menyempurnakannya dengan mempersembahkan trofi.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
TOTTENHAM, RABU — Jose Mourinho mendapat sambutan positif dan membawa gairah baru ketika ditunjuk menggantikan Mauricio Pochettino sebagai pelatih Tottenham Hotspur, Rabu (20/11/2019). Kejeniusan dan gaya pragmatis pelatih asal Portugal itu dibutuhkan untuk mengakhiri paceklik gelar juara ”Si Lili Putih”, julukan Spurs.
Sejak Pochettino menangani Spurs, Mei 2014, lemari trofi di klub tersebut tidak pernah tersentuh dan semakin berdebu. Piala terakhir mereka dapatkan adalah trofi Piala Liga Inggris tahun 2008. Trofi itu bahkan sudah ada enam tahun sebelum Pochettino datang.
Di Liga Inggris, Spurs di tangan Pochettino hanya bisa menjadi ”pengganggu” tim-tim yang sedang berebut trofi. Peluang terbaik dimiliki Pochettino ketika Spurs tampil di final Liga Champions musim 2018-2019 melawan Liverpool. Meski tinggal selangkah lagi untuk meraih trofi paling bergengsi di Eropa, akhirnya mereka harus mengakui keunggulan ”The Reds”.
Setelah mencapai final Liga Champions akhir musim lalu, penampilan Spurs justru terus merosot. Mereka menelan dua kekalahan dan tiga hasil imbang pada lima laga terakhir di Liga Inggris musim ini. Posisi mereka melorot ke peringkat 14 dengan koleksi 14 poin.
Langkah mereka di Eropa juga tidak lagi mulus karena sempat dibantai Bayern Muenchen 2-7 pada laga penyisihan Grup B Liga Champions. Sebelumnya, mereka juga ditahan imbang 2-2 oleh Olympiakos. Rentetan hasil buruk tersebut akhirnya membuat manajemen Spurs bertekad bulat memecat Pochettino, Selasa (19/11/2019) malam waktu Inggris.
Asisten Pochettino, Jesus Perez, beserta beberapa staf lainnya juga dipecat. ”Sangat berat bagi kami mengambil keputusan ini. Keputusan ini sangat sulit dan tidak diambil secara terburu-buru,” kata Direktur Utama Tottenham Hotspur Daniel Levy.
Dengan keputusan yang sudah diambil dengan penuh perencanaan ini, Spurs tidak butuh waktu lama mendapatkan penggantinya. Mourinho langsung mengisi kekosongan. Sky Sports News mengabarkan, pelatih yang dijuluki ”Special One” ini sudah berada di tempat latihan Spurs, Rabu, untuk mulai bekerja.
Mantan pelatih klub-klub besar Liga Inggris seperti Chelsea dan Manchester United itu telah menandatangani kontrak hingga musim 2022-2023. Ia juga dikabarkan mendapat gaji dua kali lebih besar daripada Pochettino, yaitu 15 juta pounds atau Rp 272 miliar per tahun.
”Mourinho adalah pilihan tepat. Spurs adalah klub besar dan mereka perlu sosok yang bisa mengubah permainan menyerang dan atraktif menjadi permainan yang sedikit pragmatis untuk mendapatkan trofi,” kata mantan kapten Liverpool, Graeme Souness.
Mantan gelandang Spurs, Jamie Redknapp, juga mengatakan hal serupa. ”Jika anda ingin menang dan Spurs tidak pernah mendapatkan trofi, maka Mourinho orang yang tepat,” ujarnya.
Pemain berkualitas
Mourinho beruntung mewarisi skuad yang sudah dibangun Pochettino. Ia memiliki striker tajam seperti Harry Kane, penyerang lincah seperti Son Heung-min, atau bek tangguh seperti Jan Vertonghen. Gawang tim dijaga kiper Hugo Lloris yang sukses menjaga gawang Perancis hingga menjuarai Piala Dunia 2018.
Namun, elemen yang dibutuhkan Spurs saat ini adalah pragmatisme dan Mourinho dikenal sebagai sosok pelatih yang sangat beriorientasi pada hasil. Ia yang membuat permainan Manchester United kerap menjadi bahan cacian karena menerapkan sistem parkir bus.
Hubungannya dengan MU memang tidak berakhir dengan baik hingga Mourinho dipecat pada Desember 2018, atau hampir satu tahun lalu. Ia meninggalkan MU ketika klub berjuluk ”Setan Merah” itu mulai memburuk permainannya. Ketidakharmonisannya dengan pemain bintang, Paul Pogba, juga ramai diberitakan. Setelah itu, Mourinho banyak menghabiskan waktu dengan menjadi komentator di televisi.
Meski demikian, akhir yang buruk bersama MU tidak lantas mengubur pencapaian fantastis Mourinho sebagai seorang pelatih. Ia pernah mempersembahkan trofi Liga Champions untuk Porto pada tahun 2004 dan gelar treble untuk Inter Milan pada tahun 2010. Di Inggris, ia tiga kali membawa Chelsea menjadi juara Liga Inggris dan membawa MU sebagai juara Liga Europa tahun 2016.
Kariernya di Spanyol bersama Real Madrid juga bersinar ketika ia membawa Real sebagai juara Liga Spanyol pada 2012, sekaligus mematahkan dominasi Barcelona. Mourinho sudah teruji pada sejumlah liga top Eropa.
Namun, Mourinho tetaplah sosok yang kontroversial karena egonya sangat besar.
”Luas Tottenham hanya sekitar 6 kilometer persegi, kami tampaknya akan berusaha keras meladeni ego Mourinho yang mungkin lebih besar dari stadion kami,” kata Anggota Parlemen di Tottenham, David Lammy. (AP/AFP/REUTERS/DEN)