Monsinyur Situmorang, Tak Henti Berbagi Kasih
Dinginnya malam Kota Bandung, Rabu (20/11/2019) dini hari, menambah sendu kepergian Uskup Padang Monsinyur Martinus D Situmorang. Doa-doa bergema di Katedral Santo Petrus Bandung, bersenandung mengantarnya menuju Bapa.
Dinginnya malam Kota Bandung, Rabu (20/11/2019) dini hari, menambah sendu kepergian Uskup Padang Monsinyur Martinus Dogma Situmorang. Doa-doa bergema di seantero Katedral Santo Petrus Bandung, bersenandung mengantar tidur abadi salah satu putra terbaik bangsa.
”Fides per caritatem operatur”, Iman bekerja lewat kasih; ini merupakan moto tahbisan Mgr Martinus Dogma Situmorang OFMCap sebagai Uskup Padang, 36 tahun silam. Hingga menjelang kepergiannya menghadap Sang Sumber Hidup, kehangatan kasih itu tak pernah padam dalam perjuangan dan pelayanan pastoral Mgr Situmorang, yang selalu dibagikannya bagi keluarga dan umat.
Martinus wafat di Rumah Sakit Santo Borromeus, Bandung, Selasa (19/11/2019) pukul 21.40 karena komplikasi berat di organ hati. Sebelumnya, dia dirawat intensif dari Rabu, 6 November, di rumah sakit yang sama. Kepergiannya menyisakan duka bagi kerabat, sahabat, murid, hingga jemaatnya.
Selang beberapa menit beliau wafat, satu per satu keluarga dan sahabat mendatangi Rumah Duka St Borromeus. Mereka saling tenggelam dalam pelukan lalu berdoa dalam diam. Sesekali tangisan terdengar dan dibalas dengan pelukan erat.
Pembalseman dilakukan hingga pukul 02.00 WIB. Jenazah monsinyur kemudian dimasukkan ke dalam peti putih. Parasnya tenang, tidur lelap tanpa beban. Sekitar 20 orang yang terdiri dari keluarga, sahabat, dan jemaat berkumpul di sekelilingnya, mengungkapkan salam terakhir dalam diam.
Ambulans bergerak pelan menyusuri Jalan Ir H Juanda, mengantar jenazah ke Katedral St Petrus, Bandung, Jawa Barat. Rombongan memasuki aula, meletakkan peti jenazah di hadapan altar. Sejawat Martinus, Romo Alexius Sudarmanto dari Komisi PSE Karitas dan Ekonom Keuskupan Padang memimpin doa malam kala itu sebagai bentuk penghormatan terakhirnya. Doa-doa dari para pengantar berkumandang. Dinginnya Kota Bandung yang mencapai 20 derajat celsius tidak dihiraukan.
”Saya terkesan dengan pribadi beliau yang begitu tegas. Beliau adalah teladan untuk keadilan, kebenaran, dan kejujuran. Dia juga meminta kita untuk berpikir jernih, meminta kami untuk bekerja optimal, tapi jangan sampai hancur dan luluh gara-gara itu. Optimalisasi ini tentu untuk kebaikan orang banyak,” tuturnya.
Tidak hanya itu, Martinus juga dikenal sebagai pribadi yang toleran dan menerima semuanya. Menurut Alexius, hal tersebut yang membuat monsinyur diterima oleh semua pihak di daerah tempatnya mengabdi. ”Nilai yang selalu beliau ingatkan kepada kami, kalau tidak mau dijahati, janganlah menjahati orang lain,” ucapnya.
Baca juga : Kasih Abadi Situmorang
Sosok peduli
Jemaat mulai memadati Katedral untuk mengikuti misa rekuiem bagi Mgr Situmorang, Rabu pukul 08.30 WIB. Misa dipimpin Uskup Tanjungkarang Mgr Yohanes Harun Yuwono. Sebelum misa dimulai, silih berganti jemaat memberikan penghormatan terakhir pada jenazah Mgr Situmorang yang disemayamkan di depan altar di dalam peti putih.
Jemaat juga menaikkan doa diiringi tangis duka mendalam mengenang segala dedikasi dan pengabdian almarhum menggembalakan umat di Keuskupan Padang. Situmorang lahir di Palipi, Pulau Samosir, Sumatera Utara, 28 Maret 1947. Situmorang merupakan anak ke-3 dari 15 bersaudara.
”Beliau jika bertemu uskup, atau orang-orang yang sudah dikenalnya, selalu merangkul, menanyakan apa kabar dengan penuh kehangatan. Meski dalam kondisi sakit pun, beliau tetap menunjukkan kegembiraan,” kata Monsinyur Yuwono. Dia berujar, semangat Situmorang juga tak pernah kendur meski harus melewati medan yang sulit ketika mengunjungi stasi ataupun umat di pelosok.
”Beliau juga sosok yang penuh perhatian dan peduli meski sebagai uskup senior. Yang saya ingat, ketika akan ke Italia, beliau yang mengajak, sekaligus malah mengurus tiket pesawat, penginapan, sebelum masuk ke penginapan uskup Indonesia di sana. Sampai ke hal-hal yang kecil, seperti waktu keberangkatan, beliau juga mengingatkan saya supaya tidak tertinggal pesawat,” ucap Harun.
Dalam khotbahnya, Harun juga meneguhkan keluarga besar yang ditinggalkan, juga jemaat, untuk tidak terlalu larut dalam duka. ”Kita tentu berduka dengan kepergian beliau menghadap Allah Sang Sumber Hidup. Namun, kematian itu bukan akhir dari segalanya, melainkan kematian merupakan pintu masuk kepada kehidupan abadi bersama Allah dengan kasih tanpa batas, tanpa pamrih, dan tak pilih kasih,” tuturnya.
Kegembiraan
Adik Mgr Situmorang, Mangadar Situmorang (55), yang juga Rektor Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, menyebutkan, hingga sehari menjelang meninggal, Situmorang masih menunjukkan kegembiraan kepada siapa pun yang datang menjenguk ke rumah sakit. Ini merupakan sikap kasih konkret yang selalu dibagikan oleh Situmorang.
”Waktu saya menjenguk hari Senin petang, almarhum dibawakan makan malam oleh suster berupa bubur, air putih, dan jus. Suster juga menyuapi, beliau tetap menunjukkan wajah gembira. Semua yang datang disapa dengan senyum dan sukacita. Ini memang yang selalu dilakukannya,” ujarnya.
Menurut Mangadar, Situmorang merupakan sosok yang menikmati setiap persoalan hidup, juga bersahabat dengan segala tantangan. Walau mengalami sakit berat, Situmorang tetap menikmati dan tak menolak kenyataan itu. Dia tetap melakukan kunjungan pastoral ke desa-desa untuk menemui umat meski harus menghadapi hujan, ombak besar, dan angin kencang. Dia bisa tidur di perahu kecil, pasrah dalam iman.
”Dia ingin memang selalu tampil sehat dan prima. Dia biasa memberi salam, memeluk, dan mendekap erat. Saat bertemu umat, dia juga selalu menunjukkan kegembiraan sehingga umat juga terbangun iman dan semangat hidupnya,” ujar Mangadar.
Menjelang siang peti ditutup dan jenazah Mgr Situmorang dibawa ke ambulans, selanjutnya menuju Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Jenazahnya diterbangkan ke Padang pada pukul 17.20 dan akan disemayamkan di Keuskupan Padang, kemudian dimakamkan di Padang, Jumat, 22 November.
Baca juga : Uskup Padang Mgr Martinus D Situmorang Wafat di Bandung
Rendah hati
Jenazah Mgr Situmorang sampai di Gereja Katedral St Theresia Kanak-kanak Yesus Padang, Rabu pukul 21.26. Ratusan anggota umat dari sejumlah paroki di Keuskupan Padang menghadiri misa dan tirakatan.
Petrus Sukamto (47), umat paroki St Maria Bunda Yesus Padang, merasakan duka mendalam atas wafatnya Mgr Situmorang. Umat di Keuskupan Padang kehilangan sosok pemimpin yang mengayomi dan penuh kehangatan.
”Kepergiannya membuat kami merasa sangat kehilangan seorang gembala yang tidak bisa diungkapkan. Kami semua umat mendoakan ia tenang (di akhirat). Semoga ia pergi dengan damai dan diterima di pangkuan Bapa di surga,” katanya.
Menurut Kamto, Mgr Situmorang merupakan sosok mengayomi, bersahabat, dan bersahaja. Uskup sangat dekat dengan umat, bahkan hafal dengan nama setiap umat yang pernah bertemu dengannya.
Secara pribadi, Kamto pernah punya kesan mendalam terhadap Mgr Situmorang. Kamto pernah menjadi ketua acara ulang tahun dan pembangunan Santa Maria Bunda Yesus Padang dan mengharuskannya bertemu Uskup.
Saat bertemu Uskup, Kamto merasa segan dan sungkan karena Uskup sosok terhormat. Kamto juga merasa kegiatan yang dilakukannya tidak direstui Uskup. Namun, sikap yang ditunjukkan uskup saat pertemuan membuat suasana mencair.
”Bagaimana kamu akan tahu saya keberatan jika kamu tidak cerita? Katakan saja, tidak perlu takut,” ujar Kamto, menirukan respons Uskup. Setelah itu, pembicaraan mencair. Kamto merasa dekat dan tidak berjarak dengan Uskup.
Baca juga : Uskup Timika Mgr John Saklil Berpulang
Duka mendalam juga dialami Lidya Prihandika Riski Sekar Sari (20), umat Paroki Gereja Katedral St Theresia Kanak-kanak Yesus Padang. Ia tidak menyangka Mgr Situmorang meninggal umat secepat ini.
Saat Mgr Sitomorang mengembuskan napas terakhir, Selasa malam, Lidya sudah terlelap. Ia baru tahu kabar wafatnya Uskup pada Rabu pagi dari sang ayah. Lidya awalnya menyangka kabar itu hoaks. Namun, akhirnya kabar tersebut terkonfirmasi.
”Saya sangat shock. Tidak menyangka ia wafat. Saya sangat berduka atas kejadian. Ketika bertemu saat ibadah, ia sudah menganggap saya seperti anak sendiri. Semoga arwahnya diterima di sisi Tuhan,” ucap Lidya.
Sekretaris Keuskupan Padang Pastor Fransiskus Aliandu mengatakan, pemakaman Mgr Situmorang menurut rencana dilakukan pada Jumat siang di komplek Komisi Keuskupan Padang.
Sebelum pemakaman, Jumat, diadakan ibadat pagi, dilanjutkan tirakatan dan misa rekuiem. Pada Kamis, 21 November, juga diadakan ibadat pagi yang dilanjutkan tirakatan dan misa.
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit atas nama pemerintah provinsi menyampaikan turut berdukacita atas wafatnya Mgr Situmorang. ”Semoga almarhum diberikan tempat yang layak di sisi Tuhan Yang Maha Esa,” katanya melalui pesan tertulis.
Opung, selamat jalan, dan hidup kekal bersama Allah dalam kemuliaan abadi, dari umat yang mencintaimu dan merelakan kepergianmu.