Cegah Banjir, DIY Galakkan Gerakan Tanam Air Hujan
›
Cegah Banjir, DIY Galakkan...
Iklan
Cegah Banjir, DIY Galakkan Gerakan Tanam Air Hujan
Aktivitas menanam air hujan diyakini dapat mencegah banjir atau meluapnya air sungai. Hal tersebut bisa dilakukan dengan membuat resapan air di setiap rumah tangga, salah satunya dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Aktivitas menanam air hujan diyakini dapat mencegah banjir atau meluapnya air sungai. Hal tersebut bisa dilakukan dengan membuat resapan air di setiap rumah tangga. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta berusaha menggalakkan hal itu menyambut musim hujan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta Biwara Yuswantana, Jumat (22/11/2019), mengatakan, aktivitas menanam air hujan digalakkan melalui Gerakan Tampung, Resapkan, Alirkan, dan Pelihara Air Hujan (Ger-TRAP).
”Tujuannya memanen air hujan sebagai bentuk investasi untuk meningkatkan debit air tanah. Lalu, mencegah air tidak mengalir ke saluran dan sungai yang bisa berakibat banjir di daerah hilir sungai di DIY, khususnya di kawasan selatan,” kata Biwara.
Biwara mengatakan, dalam menanam air hujan, hal yang juga dilakukan adalah membangun sumur-sumur resapan dan kolam penampungan air. Pembuatan resapan itu hendaknya dilakukan di kawasan perdesaan. Sebab, masih banyak area pekarangan sehingga lebih efektif mencegah air hujan langsung mengalir ke saluran air, selokan, ataupun sungai. Kondisi itu dikhawatirkan mempercepat sedimentasi sungai dan memicu longsor.
Gerakan menanam dan memelihara air hujan ini sudah disosialisasikan sejak September. Sosialisasi tersebut dilakukan melalui forum-forum pengurangan risiko bencana di masyarakat.
”Kepedulian masyarakat terhadap kondisi lingkungan ini sangat penting. Itu yang kami dorong, bagaimana mereka kemudian tahu cara-cara mencegah kemungkinan ancaman bencana,” ujar Biwara.
Berdasarkan pantauan, Jumat pagi, sebagian wilayah di Kota Yogyakarta mulai diguyur hujan. Intensitasnya berkisar rendah hingga sedang. Hujan yang lumayan deras terjadi di Kecamatan Timoho, Kota Yogyakarta. Hujan itu berlangsung pukul 08.00-11.00.
Secara terpisah, Kepala Pusat Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Yogyakarta Etik Setyaningrum mengatakan, dari hasil pantauannya, hujan di wilayah DIY dimulai dari bagian utara di Kabupaten Sleman dan Kulon Progo. Adapun curah hujan mencapai 50 milimeter per hari.
”Menurut prakiraan, DIY bagian utara mengalami musim hujan terlebih dahulu disusul wilayah tengah dan selatan pada November akhir hingga awal Desember,” kata Etik.
Etik menyatakan, turunnya hujan di wilayah Kota Yogyakarta dapat menjadi salah satu indikator dimulainya musim hujan. Intensitas hujan juga berpeluang semakin meningkat.
”Suatu wilayah dikatakan sudah masuk musim hujan apabila curah hujan dalam 10 hari itu sama atau lebih besar dari 50 mm per hari. Itu diikuti pada dua dasarian berikutnya secara berturut-turut,” kata Etik.
Etik mengungkapkan, hasil prakiraan BMKG, pada pertengahan November, curah hujan sekitar 200 mm per bulan. Pada Desember, diperkirakan terjadi peningkatan curah hujan menjadi 300-400 mm per bulan. Itu menjadi kriteria curah hujan yang tinggi dalam satu bulan.