Ihram dan Mahendra menjadi tumpuan asa tim rowing Indonesia untuk meraih medali emas SEA Games 2019. Mereka sudah menunjukan potensi besarnya dengan mengalahkan lawan-lawan dari Asia Tenggara pada Kejuaraan Asia Rowing.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
Ihram dan Mahendra sebelumnya merupakan atlet rowing kelas delapan pedayung putra (M8+). Demi persaingan di SEA Games 2019, kedua atlet ini dipasangkan untuk bermain pada nomor andalan kelas ringan double sculls putra (LM2X) yang menantang.
Mahendra mengenal dayung sejak masih duduk di bangku kelas dua SMP di PPLP Sulsel 2008. Ketika itu, dia disarankan berlatih dayung karena mempunyai postur ideal yang menunjang penampilannya sebagai atlet dayung. Dari awalnya coba-coba, Mahendra fokus berlatih dayung karena menjanjikan prestasi. Ia antara lain pernah meraih medali emas SEA Games 2015 dan medali emas Kejuaraan Asia Rowing 2017.
Peluang Mahendra dan Ihram meraih emas SEA Games 2019 terbuka setelah kedua pedayung ini meraih medali perunggu di Kejuaraan Asia Rowing yang bergulir di Chungju, Korsel, Oktober 2019. Dalam ajang itu, mereka mencatatkan waktu 6 menit 47,32 detik, di belakang pedayung India yang finis kedua, dan Hong Kong yang meraih emas.
Meski gagal meraih emas, Mahendra dan Ihram sukses mengalahkan negara-negara asal Asia Tenggara di babak penyisihan, yaitu Vietnam, Filipina, dan Thailand. Bermain lebih unggul dari negara Asia Tenggara membangkitkan optimisme kedua pedayung untuk meraih emas SEA Games.
Mahendra menuturkan, ada banyak perbedaan bermain di nomor rowing dengan delapan pedayung dan dua pedayung sculls putra. “Kelas dua pedayung itu lebih menantang dan persaingan lebih sulit. Kalau delapan pedayung menang atau kalah ditanggung bersama, kalau dua pedayung beban lebih berat,” katanya di lokasi pelatnas di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jabar, Selasa (12/11/2019).
Selain dalam hal jumlah pedayung yang berbeda, jenis kayuhan juga tak sama. Tim delapan memegang dayung dengan jenis sweep, yaitu seorang pedayung hanya memegang satu dayung dengan kedua tangannya. Sebanyak empat orang bertugas mengayuh dayung di sebelah kanan, empat orang lainnya bertugas mengayuh dayung di sebelah kiri. Ada satu orang menjadi pengemudi yang bertugas menyelaraskan tempo kayuhan dan menentukan arah laju perahu.
Sementara pada kelas double sculls putra, seorang pedayung harus memegang dua dayung sekaligus di tangan kiri dan kanan. Pedayung harus mampu menjaga konsentrasi dan mengeluarkan semua kekuatan untuk mengayuh dayung dan memastikan perahu meluncur dengan sempurna.
Kesulitan bermain di kelas sculls, menurut Mahendra, terletak pada keseimbangan dan tempo. Ia harus menyesuaikan tempo dan kecepatan kayuhan dengan pasangannya agar perahu dapat meluncur sesuai kecepatan yang diinginkan. Selain itu, daya tahan juga harus dijaga hingga finish.
Mahendra dipasangkan dengan Ihram sejak Mei 2019. Kedua pedayung ini diturunkan pada kelas ringan double sculls putra karena berat badan mereka sesuai dengan kategori lomba. Selain itu, kecepatan kayuhan juga tidak berbeda jauh.
Bagi Mahendra, ini bukan pertama kali bermain pada kelas double sculls putra. Ia pernah dipasangkan dengan Romdon Mardiana saat tampil di Asian Games 2018. Ketika itu, Mahendra dan Romdon menempati peringkat keempat. Kegagalan di Asian Games, menurut Mahendra, menjadi cambuk agar dapat tampil lebih baik di SEA Games 2019.
“Di Asian Games, saya kehabisan tenaga menjelang finish. Ini menjadi evaluasi agar tampil lebih baik di ajang selanjutnya,” kata Mahendra.
Ihram yakin bisa meraih medali emas SEA Games 2109. Keyakinan itu muncul karena bersama Mahendra telah mengalahkan negara-negara dengan kultur dayung kuat, yaitu Vietnam, Thailand, dan Filipina. “Selain itu, berdasarkan catatan waktu, kami masih menjadi yang terkuat,” ujarnya.