Petugas Kewalahan Basmi Sarang Tawon ”Vespa affinis” di Klaten
›
Petugas Kewalahan Basmi Sarang...
Iklan
Petugas Kewalahan Basmi Sarang Tawon ”Vespa affinis” di Klaten
Tim Pemadam Kebakaran Klaten kewalahan membasmi lebah Vespa affinis atau dikenal sebagai tawon endas bersabuk kuning. Sejak 2016, 10 warga meninggal dan 250 warga dirawat akibat serangan tawon tersebut.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
KLATEN, KOMPAS — Tim Pemadam Kebakaran Klaten kewalahan membasmi lebah Vespa affinis atau dikenal sebagai tawon endas bersabuk kuning di wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Sejak 2016, 10 warga meninggal dan 250 warga lain dirawat di rumah sakit karena serangan tawon tersebut.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Klaten Sugeng Haryanto mengatakan, sarang tawon Vespa affinis tersebar di semua kecamatan di Klaten. Meskipun tim pemadam kebakaran yang dinaungi Satpol PP Klaten terus melakukan penanganan dengan membasmi sarang tawon di permukiman warga, sarang baru terusmuncul.
”Saat ini (sarang tawon) yang sudah antre untuk ditangani ada lebih dari 40 tempat,” kata Sugeng di sela-sela Sosialisasi Penatalaksanaan Kasus Sengatan Tawon dan Pemberantasan Sarang Tawon di Klaten, Jumat (22/11/20190). Dalam struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Klaten, Satuan Polisi Pamong Praja Klaten juga menaungi pemadam kebakaran.
Menurut Sugeng, dari 1 Januari hingga 21 November 2019, tercatat ada 242 sarang tawon yang dibasmi tim pemadam kebakaran. Sejak 2016-2019, jumlah sarang tawon yang ditangani mencapai 667. ”Tahun 2016 ada 1 kasus sarang, pada 2017 sebanyak 217 kasus sarang, dan tahun 2018 sebanyak 207 kasus,” katanya.
Sugeng menyebutkan, selama 2016-2019, tercatat 10 orang meninggal dan 250 orang dirawat di rumah sakit karena diserang tawon Vespa affinis. Pihaknya menyatakan, tim pemadam kebakaran kewalahan menangani kasus sarang tawon yang terus muncul. Pasalnya, jumlah petugas pemadam kebakaran hanya 27 personel, sedangkan sarang tawon yang ditangani mencapai ratusan yang tersebar di sejumlah desa. ”Kami sudah habis-habisan, tetapi ternyata masih ada korban sehingga dibutuhkan kerja sama,” katanya.
Upaya pembasmian sarang tawon dilakukan pada saat malam. Hal ini karena saat siang Vespa affinis sangat agresif sehingga membahayakan petugas.
Menurut Sugeng, para sukarelawan sudah membantu melakukan pembasmian sarang tawon berukuran kecil. Adapun petugas pemadam kebakaran menangani sarang tawon berukuran besar.
Upaya pembasmian sarang tawon dilakukan pada saat malam. Hal ini karena saat siang Vespa affinis sangat agresif sehingga membahayakan petugas. Pembasmian tawon dilakukan dengan menggunakan alat pengisap asap ketika tawon berada di sarangnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Klaten Srihadi mengatakan, habitat asli tawon Vespa Affinis berada di gunung, hutan, dan semak-semak. Tawon tersebut merupakan tawon predator pemangsa serangga dan larva serangga lain.
Seiring perubahan iklim dan degradasi lingkungan hidupnya, Vespa affinis bermigrasi dan membuat sarang di sekitar rumah, bahkan di dalam rumah warga. Tawon tersebut mencari mangsa larva di tempat sampah rumah tangga dan pasar.
”Sebenarnya pembasmian tawon secara total bukan langkah yang bijak karena tawon ini adalah predator dalam rantai makanan ekosistem,” katanya.
Perlu dilakukan pengendalian hayati untuk mengendalikan populasi Vespa affinis dengan pertimbangan keselamatan warga.
Menurut Srihadi, perlu dilakukan pengendalian hayati untuk mengendalikan populasi Vespa affinis dengan pertimbangan keselamatan warga. Di sisi lain, masyarakat diimbau mengelola sampah sisa makanan agar tidak menjadi sumber pakan.
”Tawon Vespa affinis selalu mencari makan di sisa-sisa makanan di pasar dan tempat sampah di permukiman sehingga kita perlu bijak mengelola sampah dan menutup tempat sampah,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Klaten Cahyono Widodo mengatakan, semua puskesmas dan rumah sakit di Klaten telah disiapkan menangani pasien sengatan Vespa affinis. Pihaknya telah melakukan penyuluhan penanganan pasien tersengat Vespa affinis kepada para petugas kesehatan puskesmas dan rumah sakit.
Cahyono mengatakan, pertolongan pertama kepada korban dilakukan dengan kompresan es pada bekas sengatan dan merawat lukanya. Hal itu sesuai dengan rekomendasi WHO tahun 2013. Jika jumlah sengatan tidak banyak, korban disarankan dibawa ke fasilitas kesehatan tingkat pertama, puskesmas, klinik, atau dokter praktik swasta.
Kondisi pasien harus terus diobservasi. Jika menunjukkan tanda memasuki fase sistemik, dengan gejala antara lain pusing, nyeri perut, diare, mual, muntah, atau sesak napas, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit.