Model investasi emas dengan konsep ”online to offline” (O2O) dikembangkan untuk membidik generasi milenial. Investasi emas menjadi salah satu instrumen pengaman untuk kehidupan yang layak saat pensiun.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Model investasi emas dengan konsep online to offline (O2O) dikembangkan untuk membidik generasi milenial. Lakuemas, penyedia aplikasi jual-beli dan tarik fisik emas, mengembangkan cara pembelian emas secara daring yang dapat ditukarkan dalam bentuk fisik di toko emas dan ATM emas.
Business Development Director Lakuemas Junior Sambyanto mengemukakan, emas batangan yang dibeli secara daring lewat Lakuemas dapat diambil secara fisik melalui ATM emas di lima mal di Jakarta. ATM emas ini merupakan yang pertama di Indonesia.
Pengambilan emas juga dapat dilakukan di 100 toko emas yang merupakan rekanan Lakuemas. Lewat toko tersebut, emas yang dibeli secara daring juga bisa ditukarkan menjadi perhiasan.
Ia menambahkan, investasi emas menjadi salah satu instrumen pengaman untuk kehidupan yang layak saat pensiun. Emas telah menjadi alat penyimpan kekayaan generasi terdahulu dan dinilai mampu mengimbangi depresiasi mata uang rupiah.
”Kami perlu mengedukasi generasi milenial agar jangan sampai susah di kemudian hari ketika pensiun tidak bisa menikmati standar hidup yang diinginkan,” katanya.
Saat ini, jumlah nasabah Lakuemas 20.000 orang, 80 persen di antaranya merupakan generasi milenial berumur 25-39 tahun. Emas yang ditransaksikan merupakan emas hasil produksi PT Antam Tbk.
Tumbuh 20 persen
Menurut Vice President Metal Sales & Marketing UBPP Logam Mulia PT Antam Tbk, Iwan Dahlan, tren permintaan emas terus meningkat. Hingga November 2019, penjualan emas Antam mencapai 31 ton atau melebihi target tahun ini sebesar 30 ton. Tahun 2018, penjualan emas Antam 26 ton.
Sejalan dengan tren permintaan emas yang meningkat, tahun 2020 pihaknya menargetkan penjualan emas Antam mencapai 35-36 ton atau naik 20 persen.
Tren permintaan emas terus meningkat. Hingga November 2019, penjualan emas Antam mencapai 31 ton.
Per triwulan III (Juli-September) 2019, penjualan emas dan perak mencapai Rp 17,52 triliun atau 71 persen dari total penjualan produk Antam senilai Rp 24,54 triliun. Sekitar 68 persen dari total penjualan untuk pasar ekspor. ”Tahun 2020, kami akan fokus memperbesar pasar domestik,” katanya.
Iwan menambahkan, masyarakat Indonesia, termasuk generasi milenial, saat ini sudah mulai terbuka untuk menyimpan emas untuk instrumen lindung nilai, karena emas tidak tergerus inflasi.
Hendry Wijaya, Owner Sembada Gold, menambahkan, tren permintaan emas batangan cenderung naik, sedangkan permintaan emas perhiasan cenderung fluktuatif bergantung momentum.
Bulan Oktober-November 2019, permintaan emas perhiasan cenderung turun hingga 30 persen. Sementara itu, harga emas perhiasan yang fluktuatif dapat menjadi investasi jangka pendek, sedangkan emas batangan dapat menjadi instrumen investasi jangka panjang.
”Investasi emas dapat dimulai sedikit-sedikit, bertahap, tetapi rutin. Pada akhirnya, akan terkumpul dan hasilnya akan besar,” katanya.