Para santri maupun santriwati lulusan pondok pesantren merupakan sumber daya manusia yang potensional untuk ikut serta dalam pelayanan kesehatan di masyarakat.
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·3 menit baca
NGAWI, KOMPAS — Para santri ataupun santriwati lulusan pondok pesantren merupakan sumber daya manusia yang berpotensi ikut serta dalam pelayanan kesehatan di masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah perlu mendukung ketersediaan fasilitas penunjang pendidikan di bidang kesehatan bagi para santri.
Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengatakan, bangsa ini memiliki potensi SDM yang besar, salah satunya dari kalangan santri. Para santri bisa turut serta membantu pemerintah untuk menyukseskan program Indonesia Sehat pada 2045.
”Pada tahun 2018, ada 25.938 pondok pesantren di Indonesia dengan jumlah santri dan santriwati sebanyak 3,9 juta orang. Jumlah ini memiliki potensi daya ungkit yang besar sehingga kita bisa mencetak SDM yang maju pada 2045,” katanya seusai meresmikan laboratorium terpadu Fakultas Kesehatan Universitas Darussalam (Unida) Gontor, Ngawi, Jawa Timur, Sabtu (23/11/2019).
Menurut Terawan, untuk mencetak SDM yang berkualitas, para santri perlu dibekali dengan pendidikan ilmu agama dan diimbangi dengan pendidikan ilmu kesehatan. Ia menjelaskan, santri ini bisa menjadi garda terdepan untuk melayani masyarakat dengan kebaikan akhlak yang mereka pelajari di pondok pesantren.
”Banyak peran yang bisa dilakukan para santri, khususnya bagi mereka yang belajar di program studi ilmu gizi. Saya berharap, mereka bisa ikut serta menurunkan jumlah penderita stunting yang saat ini berada di kisaran angka 27 persen. Kami berharap, jumlahnya bisa menurun hingga 20 persen, bahkan di bawah 15 persen,” katanya.
Sementara itu, Rektor Unida Gontor Amal Fathullah Zarkasyi mengatakan, saat ini sudah ada tiga prodi di fakultas kesehatan, yaitu prodi keselamatan dan kesehatan kerja (K3), prodi ilmu gizi, dan prodi farmasi. Nantinya, Unida Gontor juga sedang merencanakan pembentukan fakultas kedokteran untuk para santriwati.
”Saya juga berharap, dengan diresmikannya laboratorium terpadu ini, para santri bisa memunculkan beragam inovasi yang bermanfaat bagi dunia kesehatan masyarakat,” katanya.
Laboratorium terpadu dari beberapa ruangan penunjang, yaitu laboratorium teknologi pangan, laboratorium mikrobiologi, laboratorium pusat nutrisi, laboratorium farmasi, dan laboratorium penilaian status gizi.
”Kami pun juga berharap agar di kampus ini bisa dibangun rumah sakit tipe C untuk penunjang fakultas kedokteran yang akan dibangun nantinya,” ucap Amal.
Menurut Amal, fasilitas kesehatan yang ada di pesantren masih sangat minim karena hanya ada Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM). Saat ini, para santri yang ingin mempraktikan ilmu-ilmu kesehatan hanya bisa bekerja sama dengan puskesmas ataupun RSUD terdekat.
Amal mengatakan, fakultas kedokteran ditargetkan bisa terbentuk pada 2024. Saat ini pihaknya sedang mengajukan proses perizinan.
Terawan menyambut baik rencana pembangunan fakultas kedokteran tersebut. Menurut dia, pembangunan fakultas ini bisa menambah khazanah ilmu pengetahuan para santri di bidang kesehatan. Nantinya, pemerintah juga akan membahas kembali rencana rumah sakit penunjang tersebut bersama pihak kampus.