Batu alam, salah satu kekayaan Nusantara, memiliki ratusan potensi yang mampu mendongkrak perekonomian. Di tangan kreatif Trully Nurul Ervandiary (43), batu alam dipoles menjadi 101 bentuk kerajinan tangan.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI
·4 menit baca
Batu alam sebagai salah satu kekayaan Nusantara memiliki ratusan potensi yang mampu mendongkrak perekonomian. Di tangan kreatif Trully Nurul Ervandiary (43), batu alam dipoles menjadi 101 bentuk kerajinan tangan.
Kerajinan tangan dari batu alam itu memenuhi ruang tamu di rumah Trully yang berada di Kalijudan, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya, Jawa Timur. Ruangan berukuran sekitar 15 meter persegi itu kini dijadikan galeri produk-produk kerajinan dengan merek 101 True Fashion Earth.
Produk yang ditampilkan berupa aksesori, antara lain, kalung, gelang, anting, bros, dan sabuk yang sebagian besar berbahan baku batu alam. Beberapa sisanya juga menggunakan bahan dari alam, yakni kayu dan tulang.
”Pasar aksesori berbahan baku batu alam, di dalam dan luar negeri, sangat besar. Kualitas batu alam dari Indonesia juga dikenal sangat bagus di mancanegara,” kata Trully di Surabaya, Jumat (1/11/2019).
Kualitas batu alam dari Indonesia juga dikenal sangat bagus di mancanegara.
Batu alam sebagai bahan utama produk kerajinan Trully diperoleh dari Pacitan. Daerah yang dikenal ”Kota Seribu Gua” ini menjadi pemasok utama batu alam untuk bahan baku aksesori. Ada dua jenis batu yang menjadi pilihan utama, yakni kalsedon dan druzy. ”Batu jenis druzy sangat langka di dunia, hanya ada di Pacitan dan Brasil,” ujarnya.
Sementara kayu untuk pembuatan aksesori diperoleh dari Blitar. Kayu yang digunakan adalah kayu dari pohon kopi, rambutan, dan sonokeling. Adapun tulang diperoleh dari tulang sapi dan kambing. Semua bahan-bahan tersebut yang mayoritas berukuran kecil kemudian dirangkai menjadi aksesori di rumah Trully yang sekaligus menjadi tempat produksi.
Aksesori dari batu alam ini dijual mulai harga Rp 5.000 per buah hingga ratusan ribu rupiah. Produk tersebut dipasarkan ke beberapa wilayah di Indonesia melalui gerai oleh-oleh kerajinan dan media sosial. Tidak jarang, aksesori buatan Trully dikirim untuk memenuhi pesanan dari luar negeri. ”Aksesori ini sebenarnya bisa saja dibuat dari plastik, tetapi tidak awet dan kurang menarik,” kata Trully.
Etnik kontemporer
Aksesori dari batu alam yang diproduksi oleh 101 True Fashion Earth merupakan produk terbatas. Antara satu produk dan produk lain sejenis yang diproduksinya selalu memiliki perbedaan. Sebab, bahan baku utamanya, batu alam, memiliki karakter yang berbeda antara satu batu dan lainnya meskipun masih satu jenis yang sama.
Trully memilih tema etnik kontemporer dalam setiap produk aksesorinya. Menurut dia, kerajinan bertema etnik kontemporer mampu mempertahankan keunikan dari batu alam, tetapi tidak ketinggalan terhadap perkembangan zaman.
Namun, model aksesori selalu dikembangkan sesuai dengan tren mode. Sebagai pelengkap berbusana, aksesori memiliki peran penting untuk meningkatkan penampilan penggunanya. Oleh karena itu, desain aksesori harus mampu menunjang penampilan sang penggunanya.
”Setiap ada perkembangan mode, saya mencari referensi baru untuk membuat desain aksesori. Biasanya cari ide dari internet dan majalah mode,” katanya. Kini, ada ratusan model aksesori dari beragam tipe yang diproduksinya.
Meskipun produknya kini diminati banyak konsumen, Trully memulai usahanya dengan tidak mudah. Dunia kerajinan tangan merupakan hal baru baginya. Sebelum bergelut dengan batu-batuan, Trully merupakan seorang pegawai bank. Sejak dipindah dari Surabaya ke Bali, dia memilih mundur dari pekerjaannya dan mulai berwirausaha menjadi penjual alat tulis kantor.
Usaha itu tidak berjalan sesuai rencana. Pada 2010, Trully akhirnya banting setir ke dunia kerajinan berbahan baku batu alam. Berbekal pengalamannya membuat desain produk selama di Bali, dia akhirnya menekuni usaha aksesori. Trully memulai usahanya bersama keluarga yang tinggal di Surabaya.
Berbagi ilmu
Sebagai seorang pengusaha yang terbilang sukses, Trully tak pelit membagi ilmunya. Di Pacitan, tempatnya mengambil bahan baku batu alam, dia mengajari warga yang bekerja mencari batu alam untuk meningkatkan kualitas produknya.
Agar bisa dijual dengan harga lebih tinggi, batu-batu dari petambang harus dipotong menjadi bagian-bagian kecil. Setiap potongan harus sama untuk menjaga kualitas produk. ”Sempat ada mesin pemotong dari China yang bisa menjaga kualitas potongan batu, tetapi itu tidak bisa dimanfaatkan maksimal oleh petambang,” ujar Trully.
Selain mengedukasi petambang, Trully juga sering kali bertukar ilmu tentang bagaimana menjadi pengusaha aksesori. Dia mengisi beberapa seminar wirausaha di Surabaya, salah satunya di program Pahlawan Ekonomi. Tidak hanya mendorong penciptaan wirausaha baru, Trully juga fokus melahirkan penjual.
”Tidak bisa kalau semua didorong menjadi pengusaha. Mereka pun punya keterbatasan dalam penjualan sehingga harus ada penjual yang fokus menjual produk-produk agar produk bisa laku,” kata Trully yang yang pernah diganjar juara kategori Creative Industry Pahlawan Ekonomi 2018.
Bagi Trully, alam Indonesia yang kaya dengan sumber daya yang bisa dimanfaatkan menjadi pintu rezeki. Semua sudah disediakan alam, tinggal manusia yang memanfaatkannya menjadi barang yang memiliki nilai tambah. Asalkan ulet dan pantang menyerah, selalu ada 101 jalan menuju kesuksesan.