Kampung Boneka Cikampek Jadi Destinasi Belanja Terpopuler
›
Kampung Boneka Cikampek Jadi...
Iklan
Kampung Boneka Cikampek Jadi Destinasi Belanja Terpopuler
Kampung boneka Cikampek di Karawang, Jawa Barat, terpilih sebagai juara ketiga destinasi belanja terpopuler dalam Anugerah Pesona Indonesia 2019.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Kampung boneka Cikampek di Karawang, Jawa Barat, terpilih sebagai juara ketiga destinasi belanja terpopuler dalam Anugerah Pesona Indonesia 2019. Lewat penghargaan ini, para perajin berharap agar usaha mereka semakin berkembang dan dikenal luas.
Pada Jumat (22/11/2019), PT Ayo Jalan-Jalan dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memberikan sejumlah penghargaan pariwisata populer kepada kabupaten atau kota di seluruh Indonesia dalam sejumlah kategori, antara lain makanan tradisional, wisata air, ekowisata, situs sejarah, dan atraksi budaya. Untuk kategori destinasi wisata populer, juara pertama diraih oleh Pasar Induk Kebun Sayur di Kota Balikpapan, Pasar Hamadi di Kota Jayapura (juara II), dan kampung boneka Cikampek di Karawang.
Kampung boneka Cikampek berjarak sekitar 23 kilometer dari Kota Karawang. Lokasinya cukup strategis hanya berjarak kurang dari 1 kilometer dari Stasiun Cikampek dan sekitar 6 km dari pintu keluar Tol Cikopo.
Pusat industri boneka ini tersebar di beberapa kampung di Kecamatan Kotabaru, Karawang, yakni Kampung Mekarjaya, Baru Timur, dan Mekarbaru. Boneka dijual dengan harga yang relatif terjangkau, yakni mulai dari Rp 5.000 untuk boneka gantungan kunci hingga Rp 350.000 untuk boneka beruang ukuran jumbo.
Warga meyakini usaha boneka di daerah tersebut dirintis sejak tahun 1980-an. Kala itu, warga memanfaatkan bahan sisa pabrik garmen dan tekstil untuk dijadikan boneka. Usaha ini disebut pernah menyelamatkan nasib sejumlah orang yang dulu mengalami putus kerja.
Deretan toko boneka di sepanjang jalan menjadi penanda bahwa telah memasuki sentra kampung boneka Cikampek. Boneka beruang berukuran jumbo sekitar 1,5 meter tergantung di langit-langit toko. Beningnya etalase kaca menampilkan berbagai karakter, antara lain Spongebob, Winnie the Pooh, dan Bus Tayo.
Warna-warni boneka pun akan mengundang pengunjung untuk mampir. Tak heran, saat hari minggu, pembeli dari dalam kota ataupun luar kota banyak yang berdatangan.
Fitri (24), warga asal Purwasari, Karawang, membeli boneka Doraemon dengan berbagai ukuran seharga Rp 165.000. Ia memiliki toko daring yang khusus menjual boneka sejak tahun 2015. Boneka tersebut akan dijual kembali dengan harga Rp 285.000.
Menurut dia, harga boneka dari kampung itu sangat murah dan pembuatannya berkualitas. ”Saya biasa kulakan banyak boneka berbagai karakter sesuai dengan tren yang berkembang. Sejauh ini, kualitas boneka di kampung ini selalu memuaskan. Pelanggan saya tak pernah komplain,” ucapnya.
Hampir setiap minggu, Selli (26) mengantar Fajri (6), anaknya, untuk belanja boneka. Warga Klari, Karawang, tersebut sangat senang membeli boneka langsung dari perajinnya dibandingkan dengan di toko atau mal.
”Kualitas tidak jauh berbeda dan harga yang ditawarkan miring. Coba bayangkan, harga boneka ulat ini Rp 35.000 dari perajin. Kalau di mal, harganya bisa sampai dua kali lipat. Kan, lumayan irit uang belanja, ya,” ujar Selli sambil tersenyum lebar.
Fanny (48), pemilik usaha boneka Fanny Collection, mulai berkecimpung di dunia boneka pada 2006. Letak bengkel usahanya berada di gang belakang Jalan Patimbul. Meski agak terpencil, omzet yang dihasilkan besar, yakni Rp 250 juta dalam sebulan. Boneka produksinya tersebar ke penjuru Indonesia, dari Sabang sampai Merauke pun ada.
Ia mengaku belum mengetahui bahwa kampung boneka menjadi pemenang penghargaan. ”Saya bangga dengan prestasi tersebut. Namun, kami membutuhkan perhatian dari pemerintah agar membantu kami dalam mengembangkan usaha ini lebih luas dan pembinaan ekspor,” ucapnya.
Staf Ahli Menteri (SAM) Bidang Multikultural Kemenparekraf Guntur Sakti mengatakan, penghargaan ini diharapkan dapat semakin meningkatkan kepercayaan diri dalam mengembangkan pariwisata di setiap daerah. Adapun proses penilaian dilakukan melalui voting daring.
Pengawasan langsung dilakukan oleh dinas pariwisata daerah. ”Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi distorsi terlalu jauh antara popularitas di media sosial dan lapangan,” ucap Guntur dalam keterangan tertulis.