Racikan Presisi Kouji
Kouji Santoso Eto (26), penyandang sindrom asperger, menemukan kecintaannya sebagai barista. Dunia itu lantas membuatnya lebih mampu berkomunikasi. Di kedai Kouji Genki Project yang dikelolanya, Kouji menyapa pengunjung dengan sapaan hangat dan racikan kopi yang sepenuh hati.
Kedai Kouji Genki Project didirikan khusus untuk menopang kemandirian Kouji dan anak berkebutuhan khusus lainnya.
Sebelumnya, Kouji telah merampungkan kuliah program inklusi di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School of Public Relations (LSPR) Jakarta. Walaupun ia mengambil jurusan bidang periklanan, Kouji justru tertarik pada dunia barista.
Setelah mengambil kursus barista, Kouji terbukti piawai menjalankan profesinya sebagai barista. Di kedai Kouji Genki Project, Kouji selalu tepat waktu membuka kafenya pada pukul 11.00 dan tutup pada 18.30. Kafe itu beroperasi dari Senin hingga Jumat.
Jika ingin bertandang, pengunjung sebaiknya melongok lebih dulu ke media sosial di akun Instagram-nya karena kafe ini sering kali dipesan untuk hanya melayani komunitas tertentu.
Seperti pada Kamis (21/11), Kafe Kouji Genki Project hanya melayani Jakarta Mothers Club dan Jakarta Chocolate Club. Pada Jumat (22/11), kafe ini hanya buka untuk kegiatan Jakarta Chocolate Club. Sebelumnya, kafe juga digunakan untuk pertemuan Indriya Foundation.
Lokasi kafe yang terletak di Jalan Cibulan II, Kebayoran Baru, ini memang nyaman untuk menggelar pertemuan. Selain tenang dan jauh dari suara bising, suasana kafe benar-benar bersih dan hidangan yang disuguhkan mampu menggugah selera.
Pada Senin (18/11), Kouji sibuk menyiapkan pesanan cokelat dan kopi.
Takaran pas
Begitu meracik minuman, tangan Kouji benar-benar berhati-hati menuang bubuk cokelat atau bubuk kopi ke dalam wadah. Takaran cokelat atau kopi ini harus benar-benar pas.
Ketika menuang susu untuk membuat minuman latte, misalnya, susu yang dituang harus benar-benar menunjuk angka 75 mililiter. Hasilnya, olahan minuman dengan mesin pembuat cokelat atau pembuat kopi itu sangat pas ketika dituang ke dalam gelas.
Jenis kopi yang disediakan antara lain adalah kopi Aceh Gayo, kopi organik, hingga kopi luwak. Kopi-kopi yang dipilih sendiri oleh Kouji ini lantas diracik menjadi espresso, cappuccino, long black, atau macchiato. Ada pula pilihan es krim buatan rumahan yang dipadukan dengan kopi.
”Paling suka latte. Bikin kopi sama kayak main play dough. Bikin bentuk,” ujar Kouji.
Selain kopi, Kouji piawai meracik cokelat. Di kedai ini tersedia banyak pilihan minuman cokelat dengan kadar persentase cokelat yang beragam hingga dark chocolate 70 persen. Bahan baku cokelatnya berasal dari beragam tempat, seperti cokelat Gorontalo atau cokelat Aceh.
Kouji belajar memperdalam tentang cokelat dari Komunitas Jakarta Chocolate Club yang beberapa kali menggelar kegiatan di kafe ini.
Sebagai tambahan rasa untuk minuman cokelat, tersedia taburan serbuk cokelat, serbuk kayu manis, maupun gula aren.
”Jadi barista karena waktu itu mama bilang suruh buka kafe yang pelayannya anak istimewa. Ide dari mama. Terinspirasi dari teman SD yang barista. Mungkin aku bisa seperti dia. Mau coba lakukan seperti dia,” kata Kouji.
Pilihan minuman lainnya adalah detox water ala Jepang. Minuman detoks ini diracik oleh Mentor Therapist dari Yayasan Anak Sehat, Itsuki Natsuya.
Hampir setiap hari, Natsuya mendampingi dan siaga memberi terapi yang dibutuhkan agar Kouji bisa mengelola emosinya sehingga bisa bekerja dengan bahagia. Natsuya juga membuka klinik di salah satu ruangan di kafe dengan metode yang disebutnya treatment wave therapy.
Untuk membuat detox water, air terlebih dulu dididihkan. Setelah mendidih, tutup wadah air mendidih dibuka selama 10 menit di atas api kecil. ”Filosofi air beta. Jadi filosofinya: air, api, dan udara. Dikasih tambahan jeruk jadi lebih sehat,” kata Natsuya.
Kafe ini juga menyediakan aneka minuman teh seperti matcha dari Jepang.
Orisinal Jepang
Karena ibunda Kouji berasal dari Jepang, rasa orisinal Jepang memang tersaji di kafe tersebut. Jika Kouji fokus sebagai barista, ibundanyalah yang lebih banyak berperan membuat beragam kudapan yang kebanyakan berasal dari Jepang.
”Orang Jepang banyak ke sini. Kuenya yang bikin Mama Kouji yang orang Jepang sehingga seleranya cocok. Manis, sehat, dan tepercaya,” kata Natsuya.
Salah satu kudapan yang tersedia di kedai Kouji Genki Project adalah black bean flour warabi mochi. Kudapan ini mirip dengan mochi dengan rasa tawar dan sensasi kenyal nan lembut. Rasa manisnya berasal dari siraman gula aren.
”Pakai sagu, ubi, dengan air. Hanya itu saja,” ujar Kouji tentang resep makanan ini.
Keik sifon (chiffon cake) di kedai ini juga sangat pas dijajal sebagai pendamping tepat ketika menyeruput kopi atau cokelat. Keiknya terasa sangat lembut terbuat dari bahan alami seperti cokelat, minyak zaitun, organic granite, lemon, dan tepung beras.
Kudapan lainnya adalah dessert peach gum collagen serta gula aren basque cheesecake. Kebanyakan kudapannya memang gluten free atau bebas gluten sehingga aman bagi anak-anak penyandang autisme.
Makanan yang agak berat yang bisa dijajal sebagai hidangan utama adalah spageti gluten-free atau sup jamur yang dihidangkan dengan ayam katsu dan roti Perancis atau croissant atau nasi.
Camilan dalam stoplesnya pun menggugah selera seperti kacang mede yang tidak digoreng dengan rasa bawang putih. Bersantap segala yang sehat di kedai Kouji Genki Project, pengunjungnya pun diharapkan bisa menjadi genki alias sehat.