Produsen Popok Bidik Rp 1,5 Triliun dari Pasar Modal
›
Produsen Popok Bidik Rp 1,5...
Iklan
Produsen Popok Bidik Rp 1,5 Triliun dari Pasar Modal
PT Uni-Charm Indonesia mengincar dana hingga Rp 1,5 triliun dari pasar modal. Produsen popok dan pembalut wanita itu menunjuk Sinarmas Sekuritas sebagai penjamin emisi.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Uni-Charm Indonesia mengincar dana hingga Rp 1,5 triliun dari pasar modal. Produsen popok dan pembalut wanita itu menunjuk Sinarmas Sekuritas sebagai penjamin emisi untuk lakukan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia pada 20 Desember 2019.
Hal itu disampaikan Presiden Direktur Uni-Charm Indonesia Yuji Ishii di Jakarta, Senin (25/11/2019). Dengan melepas saham ke publik, Uni-Charm Indonesia akan mendapat modal untuk meningkatkan kapasitas produksi di masa depan.
Kendati tahun ini situasi pasar modal sedang tertekan, Ishii optimistis saham yang dilepas dapat terserap pasar, baik investor institusi luar negeri maupun dalam negeri. ”Saya optimistis karena perusahaan memiliki brand yang memimpin pasar di Indonesia untuk ketiga kategori produk utama,” ujarnya.
Pada 2018, pangsa pasar produk Uni-Charm di Indonesia untuk popok bayi mencapai 49,8 persen. Sementara pangsa pasar popok dewasa mencapai 46 persen. Adapun pangsa pasar Uni-Charm untuk pembalut wanita 42,1 persen.
Uni-Charm Indonesia berencana melepas sahamnya kepada publik sebanyak-banyaknya 831,31 juta lembar atau sekitar 20 persen dari total seluruh modal ditempatkan dan disetor. Harga saham akan ditawarkan dalam rentang harga Rp 1.400-Rp 1.800 per saham.
Dari penawaran tersebut, mereka membidik dana Rp 1,16 triliun hingga Rp 1,5 triliun. Dari total dana ini, 64,6 persen atau sekitar Rp 969 miliar akan digunakan untuk kebutuhan belanja modal. Adapun 20,6 persen (Rp 238 miliar) dipakai untuk pembayaran utang dan 14,8 persen (Rp 222 miliar) untuk modal kerja.
Associate Director Sinarmas Sekuritas Datin Rashidah Mahadi menargetkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat diperoleh pada 11 Desember 2019. Adapun masa penawaran umum akan dilangsungkan pada 12-13 Desember 2019.
Emisi kecil
Berdasarkan catatan Kompas, sejak Januari 2019 hingga berita ini diturunkan, sudah ada 46 emiten yang mencatatkan sahamnya (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Emiten paling baru tahun ini adalah PT Dana Brata Luhur Tbk yang sekaligus menjadi anggota ke-659 BEI.
Meski aksi pencatatan saham perdana tahun ini marak, emiten yang melantai di BEI sepanjang 2019 didominasi emiten dengan emisi kecil. Jika dijumlahkan dari seluruh perusahaan yang melakukan IPO sepanjang 2019 berjalan, total nilai emisi hanya mencapai Rp 12,45 triliun.
Total nilai emisi itu tidak jauh berbeda pada 2017 yang mencapai Rp 9,5 triliun. Padahal, di tahun tersebut jumlah perusahaan yang melakukan IPO hanya 37 emiten. Sementara sepanjang 2018 terdapat 57 perusahaan IPO dengan total himpunan dana mencapai Rp 15,9 triliun.
Head of Financial UOB Kay Hian Sekuritas Nefo Handojo menyatakan, bisnis penjaminan emisi akan berat akibat gejolak harga saham-saham baru yang terjadi tahun ini.
Di samping itu, kondisi ekonomi global masih belum stabil dan belum ada katalis dari dalam negeri bisa saja menjadi rintangan perusahaan untuk lakukan IPO tahun depan. Namun, dia tetap optimistis bahwa nilai dana hasil IPO tahun depan tidak akan jauh berbeda dengan hasil tahun ini.