Pembatasan Pengunjung di TN Lore Lindu Disosialisasikan
›
Pembatasan Pengunjung di TN...
Iklan
Pembatasan Pengunjung di TN Lore Lindu Disosialisasikan
Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu Di Poso, Sulawesi Tengah, menyosialisasikan pembatasan kuota pengunjung ke Telaga Tambing yang belakangan membeludak. Pembatasan untuk menjaga ekosistem dan kenyamanan wisatawan.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
PALU, KOMPAS — Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu Di Poso, Sulawesi Tengah, mulai menyosialisasikan pembatasan kuota pengunjung ke Telaga Tambing yang belakangan membeludak. Pembatasan dilakukan untuk menjaga ekosistem dan kenyamanan pengunjung.
Telaga Tambing yang terletak di kawasan Taman Nasional (TN) Lore Lindu menjadi salah satu obyek wisata alam yang akhir-akhir ini ramai dikunjungi. Pengunjung berbondong-bondong ke lokasi wisata sejauh 90 kilometer dari Palu, ibu kota Sulteng, untuk menikmati kesejukan alam dan indahnya telaga ”beruap” pada pagi hari. Pada akhir pekan, mereka umumnya bermalam dengan mendirikan tenda.
Jumlah pengunjung ternyata sudah melebihi daya tampung tempat wisata di Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, yang maksimal 700 orang per hari tersebut. Dalam sebulan terakhir, jumlah pengunjung berkisar 800-3.000 orang per hari, terutama memuncak pada akhir pekan.
Irham Rangga Sasmita, Pelaksana Tugas Humas dan Publikasi Media Balai Besar TN Lore Lindu, Selasa (26/11/2019), di Palu, Sulteng, menyatakan, saat ini pihaknya melakukan sosialisasi batasan jumlah pengunjung. Diharapkan, pengunjung mulai memahami sehingga begitu diterapkan tak ada hambatan di lapangan.
Sosialisasi dilakukan dengan pemasangan spanduk di lokasi wisata dan sejumlah titik jalan menuju Telaga Tambing. Selama sosilisasi, petugas di Telaga Tambing membatasi pendaftaran pengunjung hingga pukul 22.00 Wita.
Tekait jangka waktu pembatasan jumlah pengunjung, menurut Irham, hal itu sangat tergantung perkembangan di lapangan. Bersamaan itu, pihak pengelola juga akan mengembangkan ekowisata di sekitar Telaga Tambing agar titik konsentrasi pengunjung bisa menyebar tak hanya di telaga.
Kepala Bidang Teknis Konservasi TN Lore Lindu Wantoko beberapa waktu lalu mengakui, jumlah pengenjung di TN Lore Lore belakangan melebihi daya tampung lokasi wisata. Hal itu mulai menimbulkan dampak negatif, seperti sampah yang tak dibuang ke tempatnya.
Kebisingan juga terjadi di lokasi wisata karena banyaknya pengujung. ”Pembatasan jumlah pengunjung sesuai kapasitas bertujuan untuk menjaga kelestarian ekosistem dan juga menjaga kenyamanan wisatawan,” katanya.
Amar (28), pencinta alam yang sering ke Telaga Tambing, menyatakan, pembatasan jumlah pengunjung tak bisa ditawar lagi. Hal itu harus dilakukan segera sebelum ekosistem di Telaga Tambing justru rusak.
Pembatasan jumlah pengunjung sesuai kapasitas bertujuan untuk menjaga kelestarian ekosistem dan juga menjaga kenyamanan wisatawan. (Lindu Wantoko)
Telaga Tambing dan sekitarnya menjadi habibat berbagai tumbuhan endemis, seperteti kantong semar (Nepenthes) dan berbagai jenis anggrek (Orchidaciae). Ada juga pohon leda (Eucalyptus deglupta). Selain itu, Telaga Tambing dan sekitarnya juga menjadi habitat dan tempat persinggahan berbagai jenis burung, termasuk geomalia (Geomalia heinrichi) yang endemis TN Lore Lindu.
Menurut Amar, wisata di Telaga Tambing harus dikemas dengan pendidikan konservasi. Hal itu dilakukan dengan memberikan penjelasan terkait jenis flora dan fauna endemis yang ada di sana sehingga wawasan pengunjung bertambah.